Diutus Seperti Anak Domba ke Tengah-Tengah Serigala
Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.
Ayat ini terdapat dalam perikop pengutusan tujuh puluh (70) murid untuk mendahului Yesus ke daerah-daerah yang akan dilalui Yesus dalam pewartaan Injil Kerajaan Allah. Murid-murid itu diberi tugas supaya banyak orang yang turut menuai di ladang Sang Pemilik tuaian sebab yang bekerja baru sedikit saja sementara tuaian sangat banyak. (Lukas 10:1-12)Tugas pengutusan para murid adalah mencari orang yang akan turut bekerja untuk mengabarkan Injil Kerajaan Allah.
Diutus seperti anak domba ke tengah-tengah serigala menggambarkan situasi pelaksanaan tugas pengutusan para murid yang sulit. Kesulitan itu bahkan bisa berakibat nyawa melayang sebab serigala adalah hewan buas -- pemangsa dan anak domba hanyalah domba yang belum berpengalaman mengatasi bahaya termasuk menghadapi serigala. Seandainya saja bahwa yang diutus itu adalah domba (bukan anak domba) seperti yang tertulis dalam Matius 10:16, maka mungkin ia sudah tahu caranya menghadapi bahaya termasuk dari terkaman serigala tetapi pada akhirnya tetap harus disimpulkan bahwa medan tugas pengutusan itu sangat berat sebab domba berpengalaman sekalipun tetap tidak akan berdaya pada situasi berada di tengah-tengah serigala.
Ada beberapa kemungkinan yang bisa dibayangkan supaya tugas pengutusan ini berhasil, antara lain:
- Domba menjadi sama seperti serigala.
- Menciptakan situasi dimana serigala tetap serigala tetapi dapat menerima domba.
- Mengupayakan supaya serigala menjadi domba.
Bagaimana memahami ayat ini dalam dunia sekarang ketika gereja berkiprah untuk melaksanakan 'tri panggilan gereja', bersekutu (koinonia), bersaksi (marturia), melayani (diakonia)?
Apakah gereja masih tetap seperti anak domba dan medan pengutusannya tetap ke tengah-tengah serigala? Tidak dan Ya.
Pertama, 'tidak'. Banyak hal yang memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa gereja tidak lagi seperti anak domba dan medan pengutusan juga sudah tidak seperti ke tengah-tengah serigala sebab manusia sudah pada umumnya belajar untuk saling menghargai; bahasa orang pintar menyebutnya toleransi. Demikian juga kekristenan sudah tidak asing lagi bagi dunia, bahkan ada daerah-daerah tertentu di dunia ini yang penduduknya adalah mayoritas Kristen. Dunia yang di dalamnya kekristenan diberitakan, adalah dunia yang berbeda dari dunia ketika Yesus baru datang untuk memberitakan Kerajaan Allah; seorang ibu -- Penatua Erni Suryanti - 16 Pebruari 2014 di jemaat Filadelfia Sikuku -- dalam khotbahnya mengatakan bahwa pada masa pelayanan Tuhan Yesus, masih banyak orang yang diceritakan kerasukan setan yang menyebabkan berbagai penyakit sementara dunia sekarang tidak lagi banyak kasus yang sama ditemukan di dunia ini. Ini berarti bahwa tantangan dalam tugas pemberitaan hal Kerajaan Surga tidak lagi mengalami tantangan yang berat. Pada Sisi sebaliknya, para pemberita juga biasanya adalah mereka yang benar-benar telah dilatih dengan keahlian khusus sehingga mereka bisa memikirkan cara mencapai tujuan pengutusan mereka secara sistematis; yang diutus dengan kemampuan terbatas pun dapat mengembangkan diri pada berbagai kesempatan bahkan bisa mengembangkan diri secara mandiri dengan tersedianya banyak media yang bisa digunakan untuk itu. Seperti anak domba adalah sebuah keadaan yang bisa diubah dan hanya yang tidak mau berubah dengan mengembangkan diri yang tetap seperti seperti anak domba.
Kita telah melihat bahwa dunia bukan lagi serigala dan mereka yang bekerja sebagai pekabar Injil tentang kerajaan Allah tidak lagi seperti anak domba tetapi itu hanya pada lapisan kesadaran dan kondisi di atas kertas. Karena itu, hal berikut yang akan kita bahas adalah jawaban ya atas pertanyaan apakah pekabar injil tetap seperti anak domba dan medan pemberitaan Injil Kerajaan Allah tetap seumpama kerumunan singa. Hal pertama yang akan kita bahas sebagai yang menjadi serigala dalam pemberitaan Injil Kerajaan Allah sekarang adalah banyaknya 'warna Kerajaan Allah' yang dipegang oleh para murid yang berkelompok-keompok itu sebagai kebenaran mutlak tentang Injil Kerajaan Allah.
Satu penyebab tidak tercapainya misi pewartaan Kerajaan Allah adalah perbedaan pandangan iman (~ teologis ~) orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus mengenai baptisan, misalnya. Golongan tertentu menetapkan bahwa hanya orang yang dibaptis selam yang selamat sebab Yesus pun dibaptis selam, meski tidak jelas dalam Alkitab bahwa Yesus memang dibaptis selam. Aliran yang lain mengatakan bukan caranya yang penting tetapi pemaknaannya sebagai penerimaan materai keselamatan dan tertulisnya nama orang yang dibaptis dalam daftar buku kehidupan di hadapan hadirat Allah di sorga dan dengan demikian mereka membuat menjadi aturan dalam gereja bahwa orang yang menerima baptisan dua kali adalah orang yang melakukan 'pelanggaran'. Biasanya, orang yang dibaptis dua kali (bahkan ada yang lebih dari itu) adalah mereka yang telah menerima baptisan percik pada waktu masih kecil dalam gereja pada aliran kedua dari pemahaman gereja tentang baptisan yang telah dibahas sebelumnya dan kemudian berkenalan dengan gereja dari aliran pertama lalu percaya bahwa orang tidak selamat kalau tidak dibaptis selam dan memberi diri lagi untuk dibaptis dengan cara diselam. Gereja dari aliran pertama bersukacita untuk jiwa yang diselamatkan melalui baptisan itu dan gereja aliran kedua bertanya-tanya tentang materai mana yang akan dipakainya kelak ketika ia kembali ke hadirat 'Sang Pemberi Keselamatan'.
Mengenai baptisan ulang, dalam Alkitab juga dapat ditemui bahwa ada orang yang dibaptis ulang tetapi persoalannya adalah bahwa mereka pada awalnya dibaptis oleh Yohanes sebagai tanda pertobatan dan memang mereka belum dibaptis dalam nama Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 19:1 dst).
Masih terkait dengan baptisan, aliran pertama umumnya tidak melakukan baptisan anak dengan pertimbangan praktis bahwa menyelam mereka adalah bahaya dan juga pemahaman teologis bahwa pengakuan iman dari diri sendiri yang menjadi dasar pelaksanaan baptisan sedangkan gereja aliran kedua melakukan baptisan anak dengan pemahaman teologis bahwa Allah melakukan perjanjian anugerah yang alamatnya adalah bagi 'kamu dan bagi anak-anakmu' dan bahwa secara praktis dapat dibenarkan oleh kenyataan bahwa ada banyak keluarga yang menerima baptisan sekeluarga (berarti dewasa dan anak-anak) dalam kesaksian Alkitab, misalnya dalam Kisah para Rasul 16:15; 16:33; 18:8. Mungkin keluarga stefanus juga menerima baptisan sekeluarga (1 Korintus 1:16).
Mengakhiri bagian ini marilah kita merenungkan bahwa baptisan bukanlah untuk kebersihan jasmani melainkan untuk kebersihan batin (1 Petrus 3:21) dan bahwa kita diingatkan oleh Alkitab bahwa orang yang masih bertentangan soal baptisan adalah mereka yang imannya belum berkembang (Ibrani 6:1-2).
Marilah kita menyadari bahwa satu tantangan berat bagi gereja yang menyulitkan pekabaran Injil Kerajaan Allah kepada seluruh dunia adalah pertentangan yang terjadi dalam gereja itu sendiri sehingga gereja seakan-akan 'bertarung untuk menyelamatkan orang yang telah selamat' dan amanat agung itu tertinggal. Gereja membawa dirinya ke tengah-tengah serigala sehingga sulit untuk bergerak dan serigala itu adalah perbedaan pemahaman tentang perkara-perkara praktis dalam iman.
Terlepas dari serigala yang telah dibicarakan, persolan karakter manusia yang memang sejak kecilnya selalu timbul kejahatan dari hatinya (Kejadian 8:21) adalah alasan lain untuk menjawab ya atas pertanyaan apakah gereja masih tetap seperti anak domba yang diutus ke tengah-tengah serigala untuk misi pekabaran Injil Kerajaan Allah. Manusia yang memang begitu gampang terjatuh daripada berusaha bangun membawa pada situasi serba sulit untuk memberitakan Injil kerajaan Allah. Serigala itu kadang-kadang berwajah/berpenampilan domba tetapi hatinya tetap serigala yang buas. Bahkan ada juga pekabar Injil Kerajaan Allah yang sudah cukup puas dengan hasil bahwa serigala itu sudah tidak mengancam domba.
Apa pun yang terjadi, marilah menyadari bahwa ada kemungkinan serigala-serigala itu menjadi domba tetapi bukan oleh kekuatan manusia yang hanyalah utusan melainkan oleh kekuatan 'tangan yang tak terlihat' yang mengutus untuk tugas itu; yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam situasi itu kita diminta untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti seperti merpati.
Domba tidak boleh tidak pergi ke pengutusan ke tengah-tengah serigala sebab kita hanya benar-benar domba jika serigala itu telah menjadi domba.
Silakan membaca Cerdik Seperti Ular dan Tulus Seperti Merpati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar