Kematian Yesus
Markus 15:20b-41
Hal pertama yang dapat dipelajari dari pembacaan kita kali ini adalah bahwa kekerasan melahirkan kekerasan. Kekerasan orang Yahudi, khususnya pemimpin mereka yang adalah pemuka-pemuka agama yang memperalat kekuasaan Roma kepada Yesus menyebabkan kekerasan kepada Simon dari Kirene.Kekerasan adalah rantai setan yang hanya bisa diputuskan dengan tekad untuk tidak melakukan kekerasan dan orang pertama yang harus menyadari hal ini adalah mereka yang menjalankan tugas sebagai tokoh agama atau yang biasa disebut rohaniawan.
Hal kedua adalah bahwa manusia harus belajar menanggung derita jika itu adalah kehendak Tuhan. Yesus diberi minum anggur bercampur mur untuk diminum-Nya tetapi Ia menolak. Minuman yang diberikan kepada Yesus mungkin sekali adalah sejenis obat bius agar ia tidak merasakan sakit tetapi Ia tidak meminumnya sebab Ia sadar bahwa apa yang dialami-Nya adalah kehendak Allah.
Banyak orang yang tidak melakukan kehendak Allah dalam hidupnya sebab ia tidak mau mengalami penderitaan. Musuh paling berat dalam melakukan kehendak Allah adalah memenuhi hasrat senang-senang; mau ke gereja untuk ikut ibadah tetapi lupa karena senang nonton pertandingan tinju di televisi. Dalam perayaan Jumat Agung kali ini, marilah kita belajar untuk siap menderita demi kemuliaan Tuhan yang mengasihi umat-umat-Nya sampai rela memikul salib dan menanggung kematian yang pedih.
Ketiga, alasan Tuhan Yesus disalibkan adalah karena rasa cemburu pemimpin Yahudi atas pengaruh Yesus kepada orang banyak yang tergambar dalam tulisan 'Raja orang Yahudi' ~ INRI -- Iesous Nazarenus Rex Iodarium (Yunani). Apa artinya ini? Saudaraku, memang manusia tidak suka kalau orang meninggikan derajatnya di hadapan sesamanya tetapi setiap pribadi ingin dikenal sebagai orang yang berderajat tinggi dan orang suka meninggikan diri di depan orang-orang. Yesus disalibkan karena status raja dunia tapi biarlah kita belajar menerima Dia sebagai raja di dalam hati -- untuk kehidupan rohani -- yang selalu mengajar kita untuk kerendahan.
Salibkanlah semua kesombongan diri, semua godaan yang membuat kita merasa berada di atas orang lain. Derajat tinggi orang percaya bukan karena ke'aku'an tetapi karena pelayanan bagi yang membutuhkan.
Keempat, mari kita melihat ayat 23, 33-37. Yesus berada di salib selama enam jam. Waktu yang cukup lama untuk menderita bagi manusia. Penderitaan yang dialami-Nya adalah penderitaan fisik yang sangat dan penderitaan batin. Secara fisik, Ia menderita menanggung rasa sakit pada kedua tangannya yang menanggung seluruh tubuhnya yang tergantung dan kaki yang menanggung berat tubuh juga harus sakit jika ia membiarkan tubuhnya bertumpuh pada kaki itu. Tidak ada pilihan yang enteng yaitu membiarkan tubuh menggantung pada tangan yang terpaku atau bertumpuh pada kaki yang juga terpaku; orang yang disalibkan biasanya meninggal karena kejang otot.
Jika Tuhan Yesus rela menderita untuk kita selama enam jam, maukah kita juga rela menderita selama enam jam untuk Tuhan? Jika saya menantang sidang jemaat untuk perayaan Jumat Agung ini tetap berada di gedung gereja ini sampai pada pukul tiga petang sebentar, bersediakah saudara? Kita tidak usah disalibkan di sini tetapi cukuplah bahwa kita ada di sini untuk mengenang bahwa Yesus telah menderita untuk kita. Yesus menderita untuk kita selama enam jam tetapi untuk berada di dalam ibadah sampai dua jam saja itu sudah terasa sangat berat bagi kita, sungguh suatu ketidakadilan.
Marilah kita belajar untuk mengorbankan waktu -- juga berarti mengorbankan urusan-urusan kita bersama dengan waktu itu -- untuk memuliakan Tuhan dalam kehidupan kita.
Peringatan kematian Yesus hari ini kiranya membawa kita untuk merenungkan kehidupan kita yang sangat sulit untuk berbuat bagi Tuhan karena mengejar harkat duniawi dan segala kesenangannya dan bersedia untuk menyalibkan semuanya itu. Kristus telah mati untuk kita; bersediakah kita untuk mematikan semua hal yang membuat Dia harus tersalib? Tuhan Yesus memberkati untuk mewujudkan hidup yang bermakna dalam mengikut Tuhan dengan semangat yang sungguh.
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar