Sang
Wanita Bijaksana dan Rumah di Bukit
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh bukit hijau, hiduplah seorang wanita bernama Rania. Ia dikenal sebagai wanita paling bijaksana di seluruh wilayah. Rania tinggal di sebuah rumah besar di atas bukit, yang pintu-pintunya selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin datang untuk belajar. Di depan rumahnya, ada sebuah pohon besar dengan ayunan, tempat anak-anak sering duduk mendengarkan nasihatnya.
Rania tidak hanya cerdas, tetapi juga penuh kasih. Setiap pagi, ia menyiapkan jamuan di meja panjang di halaman rumahnya. Ia mengundang siapa pun yang lewat untuk duduk, makan, dan mendengarkan petuah-petuahnya. Namun, tak jauh dari sana, di lembah yang gelap, ada seorang wanita bernama Lila. Berbeda dengan Rania, Lila dikenal sebagai wanita yang menggoda orang-orang dengan janji-janji palsu. Ia mengajak orang untuk menikmati kesenangan sesaat, tetapi ujungnya selalu membawa kehancuran.
Suatu hari, seorang pemuda bernama Arkan, yang sedang mencari arah hidupnya, berjalan melewati kedua tempat tersebut. Di bawah bukit, Rania berdiri di depan pintu rumahnya dan berkata, “Datanglah, Arkan. Di sini ada jamuan bagi jiwa dan pikiranmu. Aku akan membimbingmu menuju jalan yang membawa kehidupan dan damai.”
Namun, sebelum Arkan sempat melangkah, ia mendengar suara lembut dari lembah. “Mengapa kau harus bersusah payah mendaki bukit itu?” kata Lila dengan senyuman manis. “Datanglah ke tempatku. Aku punya segala kesenangan yang kau inginkan. Tidak perlu belajar, tidak perlu berpikir—hanya nikmati hidup.”
Arkan ragu. Ia melihat jalan menuju rumah Rania yang menanjak dan tampak berat, tetapi penuh harapan. Sedangkan lembah Lila terlihat mudah dijangkau, penuh dengan suara tawa dan musik. Akhirnya, ia memutuskan untuk mendengarkan keduanya sebelum memilih.
Ketika ia duduk di meja Rania, ia mendengar cerita-cerita tentang kehidupan yang bermakna, tentang bagaimana pilihan yang benar kadang sulit tetapi membawa kebahagiaan sejati. Rania memberinya kitab kecil yang berisi kebijaksanaan dan berkata, “Ini adalah panduanmu untuk memilih jalan hidup yang benar. Bacalah, dan engkau akan menemukan terang di tengah kegelapan.”
Di sisi lain, ketika ia pergi ke lembah Lila, ia disambut dengan pesta besar dan kebisingan. Lila berkata, “Lupakan semua yang kau dengar dari Rania. Hidup ini singkat, jadi nikmatilah. Tidak ada yang perlu dipikirkan selain kesenanganmu sekarang.”
Arkan terdiam. Ia membuka kitab kecil yang diberikan Rania dan membaca satu kalimat yang berbunyi, “Ada jalan yang tampaknya lurus bagi manusia, tetapi ujungnya menuju kehancuran.” Ia melihat sekeliling dan menyadari bahwa lembah Lila penuh dengan orang-orang yang tampak bahagia di luar, tetapi kosong di dalam.
Dengan mantap, Arkan meninggalkan lembah dan kembali ke rumah Rania di bukit. Di sana, ia memutuskan untuk tinggal dan belajar, menemukan makna hidup yang sejati.
Pesan moral: Seperti dalam Amsal 9, kehidupan sering menawarkan dua jalan—jalan hikmat dan jalan kebodohan. Meskipun jalan hikmat mungkin tampak lebih sulit, hasilnya adalah kehidupan yang penuh damai dan berkat. Sedangkan jalan kebodohan mungkin menggoda, tetapi berujung pada kehancuran.
Copy Paste
Tidak ada komentar:
Posting Komentar