PETAWA TANG LABU'
Secara bahasa, istilah ini artinya tidak terlalu baik, sebab itu seharusnya diterjemahkan sebagai 'senyum yang tidak tulus'; Petawa itu adalah dari kata dasar tawa artinya tawa, senyum. Dalam kalimat ini, petawa lebih diartikan senyum dan itu mengacu pada tindakan sesama (biasanya keluarga dekat) yang memberi bantuan dengan memberikan ternak peliharaan, yaitu babi atau kerbau yang digunakan oleh keluarga yang berduka ketika ada kematian atau dalam acara-acara keluarga lainnya.
Tang labu' secara harafiah seharusnya berarti tidak tulus. Labu' artinya tenggelam tetapi dalam kalimat yang terkait dengan pemberian atau kesungguhan melakukan sesuatu, maka labu' berarti bahwa sesuatu yang diberikan itu sampai ke dalam hati (tulus) - sampai tenggelam ke dalam hati.
Apakah budaya orang Toraja dengan sub-sub sukunya itu adalah masyarakat yang tidak tulus ketika menolong? Ini pertanyaan yang akan kita gali untuk menjadi sebuah perenungan kehidupan di dunia yang terpanggil untuk saling membantu dalam kehidupan ini.
Masyarakat Toraja adalah masyarakat yang selalu saling menopang dalam kehidupan dan segala seluk-beluk kehidupannya. Ketika orang metawa (memberi pertolongan kepada sesama atau keluarga), maka setiap orang harus memberikan petawa labu' -- pemberian yang tidak mengharapkan imbalan apalagi menganggapnya sebagai piutang yang harus dibayar.
Pada sisi sebaliknya, orang yang menerima pertolongan (to dibengan petawa) akan selalu menyatakan terima kasih kepada Saudara yang telah menolongnya dalam bahasa kiasan telah diseberangkan melintasi arus kehidupan, sebagai perbuatan yang tidak akan mampu dibalas ~ kurru sumanga' diona dipalamban uppotete kamamassengan penawanna Siulu'; pa'kamase tang lakibela umbala'i.
Tetapi secara ke dalam (bagi dirinya sendiri dan bagi keluarga batihnya) harus selalu mengatakan bagi dirinya sendiri bahwa mereka telah menerima petawa tang labu' dari saudaranya dalam arti bahwa mereka tidak boleh menenggelamkan perkara itu begitu saja tetapi harus mengingatnya untuk kemudian juga akan menolong orang yang telah menolongnya pada masa kesusahan. Tae' ia mala dikalembei petawanna siulu'ta, tang lanalaburanni uran ba'tu bongi: Tidak boleh kita melupakan pertolongan dari Saudara kita, biar hujan maupun malam tidak boleh menenggelamkannya.
Tetapi secara pintas, ketika hal ini disampaikan secara ke dalam pada keluarga yang telah menerima pertolongan, mengemukan hal ini sering dikatakan sebagai petawa tang labu'na siulu' - suatu istilah yang sebenarnya tidak terlalu etis untuk disampaikan.
Petawa tang labu' sering juga dikatakan dengan bahasa lainnya dengan pengertian yang kurang lebih sama:
- Indan tak disinga', pa'kamase tang ditukka (hutang yang tidak ditagih, pemberian yang tidak dituntut)
- Siri' dio lindo (malu yang melekat di dahi).
Tentu saja bahwa bahasa ini tidak untuk disampaikan kepada keluarga yang telah menolong tetapi menjadi tanggung jawab ke dalam dari pihak yang telah menerima pertolongan dari keluarga yang mengasihinya ketika mereka dalam kesusahan.
Tentu ada hal-hal yang harus didiskusikan terkait hal ini tetapi mari kita berusaha untuk selalu memberi petawa labu' kepada sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar