Total Tayangan Halaman

BAPTISAN DALAM AGAMA KRISTEN

BAPTISAN DALAM AGAMA KRISTEN

Baptisan yang paling dikenal dalam Alkitab berawal dari Baptisan Yohanes Pembaptis yang dilakukannya sebagai persiapan untuk orang menerima Mesias yang akan datang, yang sudah sangat dinantikan oleh orang Israel yang sejak zaman pembuangan ke Babel mengalami penderitaan karena merindukan penyelamatan dari Allah, yang sebagian besar hanya dipahami secara politis.

Berilah dirimu dibaptis sebagai tanda pertobatan (bnd. Matius 3:11), demikian kata Yohanes Pembaptis ketika membaptiskan orang Israel di sungai Yordan. Dengan demikian, orang yang dibaptiskan adalah orang yang bertobat.

Yohanes membaptis dengan air tetapi ia mengatakan bahwa Ia yang akan datang kemudian akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Ini menunjuk pada kisah ketika para murid menerima Roh Kudus yang turun dalam bentuk lidah-lidah api ketika hari Pentakosta yang menjadi titik awal berdirinya gereja.

Gereja yang hidup di dunia ini juga mengemban amanat agung, yaitu pergi untuk menjadikan segala bangsa murid Tuhan Yesus dan membaptiskan mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus; yang disertai dengan Tugas untuk mengajarkan melakukan perintah Tuhan Yesus. Dalam melakukan tugas itu ada jaminan bahwa Tuhan Yesus akan meneyertai umatNya sampai kepada akhir zaman 

Perbedaan kemudian terjadi dalam perjalan kehidupan sejarah gereja karena adanya perbedaan pada sudut pandang teologi dan penasiran terhadap baptisan ini. Bahkan memang sejak gereja mula-mula perbedaan pemahaman tentang Baptisan sudah menjadi satu masalah yang timbul dalam kehidupan bergereja (Ibrani 6:1-2)

Paling tidak ada dua hal yang membuat gereja berbeda dalam pemahamannya tentang baptisan:
pertama: Gereja yang menekankan pada cara baptisan dan gereja yang menekankan pada makna.
Pada perbedaan ini, gereja yang menekankan cara baptisan itu dilakukan menekankan bahwa baptisan Tuhan Yesus itu dilakukan dengan cara diselam sebab Baptis berasal dari kata Yunani (Baptizo) yang artinya mandi -- mandi berarti seluruh badan basah oleh air; bahkan ada yang menerjemahkan kata Baptizo dengan diselam atau dicelup. Baptisan dianggap tidak sah kalau tidak diselam. Ayat yang sering ditekankan oleh gereja-gereja pada haluan ini misalnya Markus 10:38-39 'Kamu harus dibaptis dengan cara yang sama dengan cara Kristus dibaptis'. Demikian juga dengan menyebutkan ayat-ayat ketika baptisan itu dilakukan, selalu disertakan dengan keterangan ada air yang banyak (Yoh. 3:23; Kis. 8:38 disebutkan tentang turun ke Air). Jadi baptisan harus dilakukan dengan cara diselam kalau tidak berarti tidak selamat. Orang yang dibaptis dengan tidak diselam berarti tidak Alkitabiah.

Pada sisi sebaliknya, gereja yang menekankan pada makna baptisan dan bukan caranya, lebih melihat bahwa baptisan itu tidak menyelamatkan tetapi menjadi ikatan yang menyatukan manusia dengan Allah yang menyelamatkan manusia, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Demikian juga baptisan kudus adalah tanda ikatan dengan sesama orang yang percaya kepada Yesus Kristus.
Gereja pada paham ini, biasanya lebih terbuka untuk menerima setiap orang yang telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus dengan tidak mempersoalkan dengan cara apa seseorang itu dibaptiskan. Ayat yang sering dipakai untuk menjelaskan dasar pemahaman mereka adalah 1 Petrus 3:21 bahwa yang dibersihkan itu bukanlah tubuhnya karena itu harus basah semua, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang bersih.

Perbedaan yang kedua adalah mengenai baptisan anak; ada gereja yang menolaknya dan ada gereja yang menerimanya.
Gereja yang menolaknya biasanya disebut gereja Anabaptis, didasarkan pada doktrin bahwa setiap orang harus mengaku imannya sendiri, baru bisa menerima keselamatan yang dari Tuhan; dan baptisan itu adalah tanda keselamatan; tetapi sering terdengar bahwa orang yang tidak dibaptis selam tidak selamat. Anak-anak yang lahir dari keluarga orang percaya hanya diberkati dan nanti baru ia dibaptiskan setelah ia dapat mengaku imannya sendiri di hadapan Tuhan. Gereja-gereja dengan paham ini umumnya adalah mereka yang lebih menekankan baptisan pada caranya dan bukan pada maknanya sebab secara alamiah, tidak mungkin jika anak-anak itu dibaptis dengan cara diselam.

Pada sisi sebaliknya, gereja-gereja yang lebih menekankan makna baptisan dari pada cara pelaksanaan baptisan lebih menerima baptisan anak sebab bercermin dari pengakuan iman bahwa keselamatan itu adalah warisan turun temurun dari umat Tuhan (baca: bangsa Israel, kita ini adalah Israel baru) yang dalam Tradisi Yahudi anak disunatkan pada hari kedelapan sebagai pengakuan iman atas janji Allah kepada Abaraham dan keturunannya. Jika melihat dalam Perjanjian Baru, sering disampaikan ayat-ayat Alkitab yang menyebutkan bahwa ada orang yang dibaptiskan dengan segenap isi rumahnya, berarti termasuk anak-anak. Secara logis dikatakan bahwa Allah itu memberikan kasih karuniaNya kepada semua orang dan tidak tergantung pada tingkat pemaham intelektual manusia - nanti kenal Tuhan baru diselamatkan; anak-anak tidak bisa mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah, harus menunggu dulu sampai bisa mengaku sendiri sebelum mereka diselamatkan.

Saya tidak pernah mengumpulkan data gereja-gereja mana yang memegang paham lebih mengutamakan cara baptisan dari pada maknanya -- gereja yang cenderung pada baptisan selam dan menolak baptisan anak-anak; dan gereja-gereja mana yang termasuk sebagai gereja-gereja yang lebih menekankan makna baptisan dari pada cara melakukan baptisan sehingga mereka lebih terbuka untuk menerima setiap cara baptisan dan yang umumnya melakukan baptisan percik di atas kepala dan melakukan baptisan anak tetapi yang penting ialah bahwa setiap orang dibawa kepada Kristus pada akhirnya.
Gereja pada arus ini adalah mereka yang melihat bahwa bisa jadi Yohanes Pembaptis yang merasa tidak layak untuk membuka tali kasus dari Ia yang datang lebih kemuadian dari padanya, membungkuk dan mencedok air untuk membaptiskan Tuhan Yesus yang berdiri di hadapannya; penafsiran ini memang sangat terbuka dari teks yang tertulis tetapi juga bisa diterima. Bagi gereja dalam paham ini biasanya melihat baptisan ulang sebagai kesalahan; sama seperti Kristus disalibkan hanya satu kali saja, maka setiap orang juga hanya dibaptiskan satu kali saja untuk secara kekal diterima di dalam kasih Tuhan yang besar itu.

Contoh kasus:
Ada warga jemaat dari gereja yang mementingkan makna baptisan lebih dari pada cara baptisan dilakukan hendak menikah dengan orang dari gereja yang lebih menekankan cara baptisan dilakukan daripada maknanya.

Gembala dari gereja yang lebih mementingkan cara baptisan dari pada maknanya mengatakan kepada warga jemaat dari gereja yang lebih melihat makna dari pada cara baptisan dilakukan bahwa sebelum acara pemberkatan perkawinan dilakukan, terlebih dahulu orang itu harus dibaptis selam sebab baptisannya tidak Alkitabiah dan tidak membawa keselamatan.

Orang itu menanggapi Gembala dengan berkata: "Percayakah Bapak bahwa orang yang disalibkan bersama-sama dengan Tuhan Yesus, yang kepadanya dikatakan Tuhan Yesus bahwa 'hari ini juga engkau bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus' sungguh-sungguh diselamatkan?

"Ya." Jawab Gembala.

"Siapakah yang pergi membaptis selam dia sehingga selamat, jika baptisan selamlah yang menyelamatkan?"

Selanjutnya adalah perenungan masing-masing orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEMELIHARAKAN YANG DIPERCAYAKAN

Kamis, 23 Januari 2025 Renungan Pagi 2 Timotius 1:12 Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepa...