Jumat, 9 September 2022
Renungan Pagi
Yehezkiel 34:25
Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka dan Aku akan meniadakan binatang buas dari tanah itu, sehingga mereka dapat diam di padang gurun dengan aman tenteram dan dapat tidur di hutan-hutan.
PERJANJIAN DAMAI ALLAH
Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan situasi yang tenang, aman, dan sejahtera. Setiap hari adalah hari yang menyenangkan bahkan hidup yang enteng. Saling mendoakan hidup enteng (terutama enteng jodoh) sudah menjadi sebuah kebiasaan yang umum.
Tetapi manusia selalu hidup dalam kehidupan yang adalah perjuangan, keadaan yang membutuhkan daya dan perhatian yang besar untuk bisa keluar sebagai pemenang.
Manusia tidak bisa mengandalkan daya dan pengetahuannya semata dalam menjalani kehidupan ini melainkan harus selalu melihat bahwa Allah memelihara manusia dengan berkat dan anugerah yang tidak berkesudahan. Daya manusia terbatas dan berkat Allah mencukupkan hidup ini, kasih dan anugerah-Nya tak terbatas.
Perjanjian damai dengan Allah bukanlah situasi tanpa beban dan tantangan melainkan situasi yang baik untuk bisa hidup diam di padang gurun dengan tenteram tenteram, dan dapat tidur di hutan-hutan, sebuah gambaran tentang hidup yang baik di tengah keadaan yang sulit.
Keadaan dalam perjanjian damai dengan Allah dimulai dengan karya menghilangkan binatang buas dari tanah (negeri) itu. Sebuah keadaan yang mengacu pada keadaan sebenarnya tetapi lebih pada hilangnya tirani kehidupan dalam hidup umat. Perjanjian damai dengan Allah adalah upaya yang dimulai dari diri sendiri untuk menciptakan damai, semakin mengikis sampai habis keadaan homo homoni lupus – istilah Yunani yang berarti manusia menjadi harimau bagi sesamanya.
Matius 5:9
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar