Total Tayangan Halaman

Di Antara Yesus dan Pemimpin Pesta

Di Antara Yesus dan Pemimpin Pesta

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.


Membaca cerita tentang mujizat pertama yang dilakukan oleh Tuhan Yesus (Yohanes 2:1-11), ada beberapa hal yang menarik di dalamnya. Yesus merasa bahwa Ia belum waktunya bekerja tapi Ia jadi bekerja, bekerja bukan pada waktu-Nya; Manusia memang punya banyak cara untuk menutupi kekurangannya sama seperti yang dicontohkan oleh pelaksanaan pesta perkawinan di Timur Tengah pada zaman dahulu; dan tentu saja bahwa kita ingin melihat dan merasakan bagaimana seandainya dalam pesta pernikahan kita sendirilah mujizat itu terjadi.

Tulisan ini, adalah sebuah perenungan saya pribadi terhadap tanggapan pelayan yang disuruh Tuhan Yesus untuk mencedok air dari tempayan yang akan diantarkannya kepada pemimpin pesta dengan berbagai kemungkinan yang pada akhirnya ia harus memutuskan untuk mengambil tindakan mengantarkan "air" itu kepada alamat yang sudah pasti bisa mendatangkan celaka bagi dirinya.

Kalau setelah air penuh di tempayan dan langsung berubah menjadi anggur sebelum ia diperintahkan untuk mencedoknya, maka tentu saja bahwa itu tidak terlalu sulit untuk melakukan tugasnya. Ia akan berbahagia sebab tugasnya yang terhambat dan harus membuatnya repot untuk mengatur prioritas yang akan diberi anggur karena angurnya sudah kurang, sekarang ia dapat dengan sukacita memberi anggur kepada siapa saja tanpa harus dan tugasnya untuk memberi kepuasan minum anggur kepada setiap orang akan membuatnya bersukacita. Tugas yang terlaksana dengan baik pasti akan memberi kebahagiaan kepada yang melakukan tugas itu.

Demikian juga jika air itu nanti berubah menjadi anggur ketika ia mencedok air itu, ia akan berpikir bahwa tindakannyalah yang menjadi satu dari kemungkinan terjadinya mujizat dan ia pasti akan merasa bahwa ia turut ambil bagian dalam mujizat yang terjadi. Mujizat tidak terjadi begitu saja tanpa kesediaan kita untuk mengerjakan sesuatu. Orang yang tidak mau mengambil tindakan apa pun terhadap masalah yang terjadi adalah orang yang tidak akan pernah melihat mujizat Tuhan untuk masalah yang dihadapinya.

Persoalannya ketika cawan yang ia isi dengan air yang ia cedok dari tempayan itu tetap berisi air ketika ia hendak mengantarkannya, maka terjadilah pergumulan dalam hidupnya. Mau mengantar, itu mempermalukan diri sendiri sebab sudah tahu air tapi mengaku mengantarkan air atau bahkan ia bisa mendapat murka dalam tugas yang ia lakukan. Tetapi tidak melakukannya juga adalah masalah sebab itu berarti bahwa ia tidak patuh kepada Ibu Maria, yang barangkali dalam pesta pernikahan itu adalah panitia yang bertanggungjawab untuk mengatur segalanya agar pesta berjalan dengan baik. Ia harus memilih antara melakukan tugas dari atasan atau mementingkan harga diri. Bagi yang berpikiran pendek, bisa saja ia berangkat untuk mengantarkan air itu tetapi di tengah jalan ia menyimpang untuk meminum air itu (syukur, ada kesempatan baik untuk menghilangkan haus setelah lelah bekerja) atau membuangnya (sambil berkata: "sudah repot ditambah lagi akan mendapat resiko berat. Berbuat ini adalah lebih baik") lalu pulang dan melapor bahwa ia sudah selesai melaksanakan tugasnya. Pilihan yang lebih bijaksana adalah bahwa ia tetap mengantarkan air itu dan mempersiapkan jawaban sejujur-jujurnya jika ia ditanya tentang apa yang dia lakukan. Barangkali dalam hal inilah ia memberanikan diri melakukan tugasnya, kejujuran. Jujur membutuhkan kerepotan untuk menjelaskan banyak hal sebab itu manusia sering tidak jujur karena tidak mau repot untuk menjelaskan banyak hal. Dengan siap melakukan kejujuran, maka mujizat dapat tercipta dalam kehidupan kita. Orang yang tidak jujur akan dipenuhi banyak mawas diri bahkan akan menghancurkan harga dirinya.

Sampai pada bagian ini, rupanya kita setuju bahwa pelayan itu mengantarkan air (belum jadi anggur) di cawan sampai beberapa saat sebelum air itu diserahkan kepada pemimpin pesta, sebab dalam Alkitab dituliskan bahwa pemimpin pesta itu mengecap air (sebuah tindakan yang hendak memastikan keadaan persediaan anggur pemilik pesta yang diperkirakannya sama dengan pesta-pesta lainnya, pasti sudah kurang baik.) Tinggal satu kemungkinan yang belum kita perkirakan, yaitu bahwa pelayan itu tetap melihat air di dalam cawan tapi ia mempunyai iman bahwa air itu adalah anggur karena Yesus (mungkin belum dikenalnya sebagai Tuhan) adalah orang yang baik dan pasti memaksudkan sesuatu yang baik untuk dikerjakan olehnya walau ia sendiri tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Tuhan Yesus tidak pernah memberitahukan sebelumnya bahwa air itu akan menjadi anggur. Mujizat adalah ketika kita mengerjakan sesuatu yang tidak masuk akal tetapi itu adalah kehendak Tuhan. Biasanya yang diberikan dalam pesta adalah anggur tetapi kalau saya diminta untuk mengantarkan air, maka saya pun akan melakukannya.

Antara Yesus dan Pemimpin Pesta tedapat iman bahwa bersama Yesus akan tercipta sesuatu yang baik. Bagaimana itu akan terjadi, bukanlah urusan saya sebagai pelayan. Urusan saya hanyalah melakukan apa yang Dia perintahkan. Saya tidak usah memikirkan bahwa saya seharusnya mengantarkan anggur tetapi mengapa justru air yang diberikan untuk saya antarkan. Sediakan dirimu untuk mengantarkan air dan Tuhan akan memberi mujizar Air jadi Anggur sama seperti yang diharapkan olehmu sebagai pelayan. Pertanyaan terakhir: Anda adalah pelayan yang baik?

Tuhan Yesus memberkati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENERUSKAN KEBAIKAN

Kamis, 14 Nopember 2024 Renungan Pagi Amsal 3:27 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau ma...