Bersyukur Selalu
Mazmur 63:1-12Kata pengatar dari perokop ini, memberitahukan bahwa mazmur ini adalah mazmur Daud ketika ia berada di padang gurun Yehuda. Ada dua peristiwa yang dapat dikaitkan dengan pernyataan ini: 1). Ketika Daud sebagai pegawai (panglima perang) Raja Saul dan dikejar-kejar oleh Saul, tuannya, karena dianggap bisa menggulingkan takhta kerajaan; sebenarnya adalah bahwa Raja Saul cemburu kepada Daud akan segala keberhasilannya; atau 2). Setelah Daud menjadi raja Israel, ketika Absalom, anaknya, memberontak untuk merebut takhta ayahnya.
Kedua peristiwa ini membuat Daud harus melarikan diri untuk menyelematkan nyawanya dan bersembunyi secara berpindah-pindah tempat dan dalam kedua peristiwa ini Daud pernah berada di daerah padang gurun Yehuda. Karena itu, yang terutama untuk kita perhatikan bukanlah soal pada peristiwa yang mana ketika Daud mengarang mazmur itu tetapi yang pasti bahwa suasana hidupnya saat itu adalah menderita, dan penuh dengan kesulitan.
Menarik untuk merenungkan bahwa umumnya manusia, termasuk Daud sebagaimana nampak dalam pembacaan ini, merindukan Tuhan ketika ia berada dalam kesulitan. Tergambar bagaimana besarnya kerinduan Daud akan hadirat Tuhan dalam pembacaan kita karena ia menyadari bahwa Tuhan berkuasa untuk memberinya hidup bahkan 'Kasih Setia-Nya lebih baik dari hidup" (ayat 4); termasuk ketika hidupnya berada di tengah-tengah ancaman sekalipun, Daud tetap percaya bahwa Kasih setia Tuhan lebih baik dari hidup. Jika untuk hidup saja manusia tidak bisa menghargainya atau memberinya nilai, maka kasih Tuhan lebih besar dari itu. Apa artinya? Tuhanlah yang memberi hidup dan Tuhan jugalah yang menyatakan kasih-Nya sehingga hidup itu dapat berlangsung. Daud memuji Tuhan sebagai tanda syukurnya kepada Tuhan karena ia merenungkan kasih Tuhan yang besar.
Hendaklah setiap orang mencontohi cara hidup Daud yang bisa tetap bersyukur kepada Tuhan meski ia dalam kesulitan. Ada banyak orang yang untuk hal sukacita saja masih tetap mengeluh dan mengeluh. Memang, ada empat kelompok manusia dalam persoalan mengingat Tuhan:
Pertama, mereka yang mengingat Tuhan ketika susah dan melupakan Tuhan ketika sudah senang. Pada saat susah terus-menerus berdoa, tetapi jika apa yang dia doakan dikabulkan oleh Tuhan, lupa bersyukur.
Kedua, mereka yang selalu mengucap syukur kepada Tuhan kala sengan tetapi putus asa ketika mengalami kesulitan karena mereka tidak berserah diri kepada Tuhan. Mereka yang lupa bahwa Allah adalah penolong yang di bawah naungan sayap-Nya, manusia yang mendekat kepadanya akan bersorak-sorai.
Ketika, mereka yang baik sudah maupun senang tidak pernah mengingat Tuhan. Tidak banyak yang bisa katakan tentang mereka; hanya bisa katakan bahwa mereka adalah orang-orang yang kurang ajar meski tidak sedikit diantara mereka adalah orang-orang yang terpelajar.
Keempat, kita yang dalam segalah keadaan hidup senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan yang senantiasa merenungkan kehendak Tuhan dalam seluruh proses kehidupan yang silih berganti antara susah dan senang.
Rasa syukur adalah sebuah perenungan yang membawa kita kepada kebahagiaan meski situasi kehidupan kita sulit atau tidak bahagia, kata orang tetapi sebaliknya, mereka yang tidak tahu bersyukur -- selalu mengeluh adalah mereka yang tidak akan pernah bahagia walau sebenarnya mereka dikelilingi dengan segala yang bisa membahagiakan.
Mereka yang selalu bersyukur, dan semoga Saudara dan saya ada dalam hitungan orang yang seperti itu, bahkan dimampukan untuk melihat masa depan yang baik sebab mereka beriman bahwa Tuhan menyiapkan masa depan yang baik dan bahwa Tuhan berkuasa untuk membungkamkan kebusukan orang-orang jahat.
Terpujilah Tuhan yang tetap memberi kemampuan untuk senantiasa memuji dan bersyukur jika mereka mengalami kesulitan supaya mereka tetap berbahagia di dalam kesulitan itu.
Amin
Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar