(Kejadian 2:18-25)
Sidang Jemaat yang dikasihi Tuhan; pada saat ini kita duduk bersama di hadapan Tuhan dalam suasana sukacita menyaksikan pernikahan kedua anak kita yang oleh anugerah Tuhan akan dipersatukan menjadi keluarga yang diberkati oleh Tuhan hari ini. Sukacita kita adalah sukacita bersama dan memang itulah satu dari segi kemanusiaan yang harus kita paham bahwa manusia akan mengalami sukacita jika ada kebersamaan dengan orang lain.Ketika orang membaca Kejadian 2:18, umumnya orang memahaminya bahwa tidak baik kalau orang tidak menikah; laki-laki harus punya isteri dan perempuan harus punya suami. Ayatnya tidak berbunyi bahwa tidak baik kalau manusia tidak menikah. Manusia yang menikah itu memang sudah baik tetapi kalau ia tidak hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain, tetap saja tidak baik. Lihatlah misalnya pendapat Yesus dan Paulus yang mengatakan bahwa ada yg lebih baik bagi manusia dari pada menikah, yaitu tidak menikah untuk pelayanan bagi Tuhan (Matius 19:1-12; 1 Korintus 7, khususnya pada ayat 32). Tetapi Paulus mengatakan bahwa lebih baik menikah daripada hangus oleh hawa nafsu (1 Korintus 7:9).
Manusia yang sendiri di taman Eden itu membutuhkan teman dan untuk memenuhi kebutuhan ini Tuhan menciptakan segala binatang hutang dan burung-burung di udara. Ketika itu dibawa kepada manusia, ternyata manusia tidak menemukan teman yang cocok untuk dirinya; manusia hanya cocok berteman dengan manusia. karena itu, pesan bagi yang menikah saat ini dan kepada setiap orang yang telah menjalani kehidupan berumah-tangga ialah bahwa tidak baik bagi manusia kalau ia tidak menghargai kemanusiaan - berlaku seperti binatang. Orang yang tidak menghargai pasangannya sebagai manusia tidak akan mengalami kehidupan berumah-tangga yang baik; setiap orang yang tidak menghargai sesamanya manusia sebagai manusia akan disebut sebagai yang tidak baik; jangan perlakuka manusia sebagai binatang sebab kegagalan dalam hubungan dengan sesama manusia berarti hilangnya berkat dalam kehidupan kita. Orang yang mengasihi pasangannya tetapi tidak menghargai orang lain, tidak bertetangga dengan baik, maka kehidupan rumah tangganya jauh dari berkat.
Jodoh di tangan Tuhan, itu adalah semboyan yang sangat terkenal ketika orang mencari pasangan hidup. Dalam pembacaan kita terlihat bahwa Tuhan menciptakan perempuan bagi laki-laki, berarti memang bahwa pasangan hidup itu adalah dari Tuhan - Jodoh di tangan Tuhan. Perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, tulang yang dekat dengan hati dan berfungsi untuk melindungi hati. Laki-laki harus mendekatkan hatinya kepada pasangannya dan perempuan harus melindungi hati pasangannya. Laki-laki mengasihi isterinya dan keluarganya dengan segenap hatinya dan perempuan menjaga kehormatan suami dan keluarganya dengan segenap kekuatan.
Kalau demikian yang terjadi, maka tetap ada jodoh di tangan Tuhan.
Bisakah jodoh tidak lagi jodoh? Jodoh artinya pasangan yang tepat (untuk mengerti hal ini, lihatlah soal menjodohkan yang biasa dipelajari anak-anak sekolah; ada pernyataan yang harus dipasangkan dengan penjelasannya) dan setiap laki-laki sebenarnya bisa menjadi pasangan yang tepat bagi semua perempuan tetapi kita memilih satu untuk menjadi pasangan karena Tuhanlah yang menentukannya untuk kita; itu arti pertama dari jodoh di tangan Tuhan. Tetapi kita bisa tidak jodoh dengan pasangan yang kita pilih jika kita gagal untuk memahami arti kedua dari ungkapan jodoh di tangan Tuhan, yaitu bahwa kita tetap akan serasi, tetap cocok jika kita tetap melakukan kehendak Tuhan. Sudah banyak pasangan yang pernikahannya hancur karena ada di antara mereka yang tidak lagi melakukan kehendak Tuhan.
Hal terakhir dalam pembacaan ini adalah bahwa orang yang masuk dalam pernikahan itu harus mandiri, meninggalkan ayah dan ibu untuk menyatu dengan isterinya. Artinya bahwa keluarga harus mampu memikirkan sendiri kehidupan kehidupan dan dasar dari kemandirian itu adalah kasih sepenuh jiwa. Saya heran, siapa yang memberitahukan kepada Adam bahwa itulah tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya tetapi ia tahu. Inilah dasar kemandirian keluarga perasaan jiwa manusia bahwa pasangannya adalah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Dengan ini manusia akan bersemangat untuk mengusahakan yang dibutuhkan oleh tulang dan dagingnya dalam kesadaran bahwa itu adalah karunia Tuhan yang terindah.
Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar