2 Petrus 3:1-16
Hari Tuhan, kedatangan Tuhan Yesus untuk kali yang kedua ke dalam dunia untuk menjemput orang yang baik dibawa ke surga dan orang jahat dibawa ke neraka, menjadi sebuah pokok iman Kristen.Pada masa awal kekristenan, banyak Rasul terutama Paulus mungkin meyakini bahwa Hari Tuhan itu akan segera terjadi. Tetapi karena hal itu tidak terjadi juga, maka banyak orang yang mengejek orang Kristen mengenai pokok ini; "Katanya, Tuhan mau datang; mengapa tidak terjadi juga? Hinaan ini menjadi sebuah tantangan untuk membuktikan bahwa kepercayaan orang Kristen adalah sesuatu yang sia-sia. Kekristenan adalah sebuah kebohongan; Dan sepertinya ejekan ini membuat bimbang iman banyak orang Kristen, banyak orang yang bimbang akan janji itu. Petrus menulis suratnya untuk menguatkan iman yang lemah dari orang-orang kristen yang tergoyang oleh ejekan itu.Sekarang, dalam kehidupan beriman kita sebagai orang Kristen, sepertinya hal ini tetap menjadi pergumulan kita. Kita tidak lagi diejek tetapi karena kita sudah terlalu sering mendengarnya, maka sepertinya hal ini sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja dan orang sudah tidak lagi menjadikan hal itu sebagai pokok iman yang harus selalu diperhatikan untuk mewarnai kehidupan. Orang sudah terpaku pada kehidupan dan tidak lagi memperdulikan bahwa Tuhan Yesus akan datang dan mengadili manusia. Untuk banyak perkara, manusia melakukan kegiatannya tanpa sadar akan adanya Hari Tuhan; bahkan untuk hal sepele sekali pun manusia tergoda untuk melupakan hal soal Hari Tuhan, misalnya: Orang yang bermain kartu domino untuk menghibur diri, mengisi waktu luang saja, melakukannya sambil saling menipu. Mereka cari hiburan tetapi untuk itu mereka akan terhitung sebagai orang yang rugi ketika Hari Tuhan datang.
Satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Kalimat ini hendak menyatakan kepada kita bahwa di hadapan Allah yang terutama bukan soal berapa lama sesuatu dikerjakan tetapi yang terutama adalah bagaimana sesuatu dikerjakan. Bukan soal berapa lama manusia hidup yang penting tetapi bagaimana seseorang hidup itu yang harus diperhatikan. Saudara mungkin sudah lama hidup, sudah tua, beruban tetapi kalau anda tidak melakukan yang benar di hadapan Tuhan, maka Saudara sama seperti baru kemarin lahir, anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Sebaliknya mungkin ada orang yang kesempatan hidupnya hanya singkat tetapi karena hidupnya berkenan kepada Tuhan, maka ia adalah orang yang sudah berumur seribu tahun, suatu hidup yang penuh dengan makna di hadapan Tuhan.
Petrus, mengacu pada tulisan-tulisan Paulus yang kebanyakan sukar dipahami oleh orang, memperlihatkan sisi yang tidak dipertimbangkan oleh mereka yang menghina pokok iman kekristenan tentang Hari Tuhan, yaitu bahwa jika Tuhan belum melakukannya, itu berarti bahwa kita yang percaya kepada Tuhan dan perkara Hari Tuhan, diberi kesempatan untuk bertobat, memperbaiki diri agar janji keselamatan menjadi bahagian hidup kita dan bukan sebaliknya mendukung pemikiran orang-orang yang tidak percaya akan adanya Hari Tuhan dengan memperlihatkan cara hidup yang dikuasai oleh hawa nafsu dan tidak peduli janji Tuhan yang akan datang untuk memberi keselamatan dari api hukuman. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup, demikian kesimpulan dari tuntutan yang hendaknya kita perhatikan dalam pasal 3:11 pembacaan kita.
Hal terakhir, bahwa Hari Tuhan itu akan datang seperti pencuri; tidak ada yang tahun kapan tibanya. Bagi kita, hal ini pertama harus dilihat sebagai sebuah keadaan yang sudah terjadi ketika ajal tiba. Sama seperti tidak ada yang memastikan kapal ajal tiba, maka berarti bahwa kematian itu sama dengan Hari Tuhan, tidak ada yang tahu pasti kapan ia akan tiba. Setelah orang meninggal dunia, maka bagi dia tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri tetapi tinggal menunggu datangnya Hari Tuhan, maka dapat dikatakan bahwa kematian adalah langkah pertama untuk menuju ke Hari Tuhan. Kita yang masih hidup harus bersyukur karena kita masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri, tetapi sebalinya kita juga bersyukur atas orang-orang yang kita kasihi yang telah 'pergi' karena mereka tidak lagi bisa dipermainkan oleh dunia dengan godaan-godaannya.
Supaya tidak panjang lebar, kita katakan saja bahwa sehari atau seribu tahun masa hidup kita, itu tidak penting tetapi yang tetap harus kita ingat bahwa kapan kematian tiba saya yakin bahwa saya hidup Seribu tahun di hadapan Tuhan; bahkan jika Hari Tuhan tiba sebelum saya meninggal dunia, saya tetap berumur seribu tahun.
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar