Matius 7:12-14
Ada dua prinsip yang mempengaruhi hidup manusia dalam hal hubungan dengan sesama manusia: 1). Prinsip keseimbangan, 2). Prinsip sebab-akibat.
Prinsip keseimbangan; manusia berharap bahwa apa yang terjadi seimbang dengan apa yang dilakukannya; setiap orang menerima sesuai dengan andilnya atau perannya masing-masing. Bekerja banyak hasil banyak, bekerja sedikit berarti hasilnya sedikit. Jika untuk pekerjaan yang sama dan tenaga kita sama besar dengan orang lain tetapi dibayar lebih sedikit, maka kita pasti akan kecewa.
Prinsip keseimbangan ini jadi tidak berlaku bagi mereka yang berakal, mereka yang mempunyai banyak pengetahuan. Sebagai contoh: pekerjaan batu. Dalam pekerjaan ini, buruh tenaganya lebih besar dari pada tukang, tetapi kita sadar bahwa tukang berhak untuk mendapat yang lebih besar, karena ia memiliki kepandaian (=keterampilan) yang lebih. Karena itu, marilah kita berusaha dalam hidup ini untuk memiliki pengetahuan yang semakin lebih baik dari sebelumnya.
Prinsip sebab-akibat – apa yang kita lakukan akan mendatangkan akibat tertentu bagi kita. Jika melakukan yang baik maka akan ada kebaikan, atau kehormatan, atau kasih yang akan kita terima. Jika melakukan yang jahat atau buruk, maka yang akan kita terima adalah hukuman, dan keterasingan dalam pergaulan dan hal buruk lainnya. Alangkah tidak adilnya jika ada orang yang melakukan kebaikan kepada kita tetapi kita membalasnya dengan kejahatan. Memang tak sedap jika air susu dibalas dengan air tuba.
Bagi orang percaya, kedua prinsip ini tidak dapat berlaku secara mutlak, tetapi hanya dalam kadar-kadar tertentu. Dalam prinsip keseimbangan, orang percaya diharapkan untuk tetap menghargai (=perwujudan kasih) setiap orang, sekecil apa peran bahkan meskipun tanpa peran sama sekali. Dalam prinsip sebab akibat, orang memberlakukan aturan ini, pembalasan lebih besar dari perbuatan: kau baik, saya lebih baik – dan kalau kau jahat, saya lebih jahat lagi. Orang Kristen hanya bisa menerima sampai pada kau baik, maka saya lebih baik lagi tetapi tidak pada kau jahat, maka saya lebih jahat lagi. Bagi orang Kristen dengan panggilan tuk mengasihi orang yang membenci kita, hal inilah yang mesti kita katakan: kau baik, saya baik – kau jahat saya tetap baik sebab memang saya adalah orang yang baik. Dan itulah prinsip orang Kristen dalam pergaulan, saya tetap yang terbaik.
Jika kedua prinsip di atas dilakukan secara kasar sebagaimana kebanyakan orang memahami dan melakukannya, maka itulah jalan lebar yang menuju ke kebinasaan. Jika kedua prinsip diterima dan dilengkapi dengan prinsip tetap jadi yang terbaik, kita akan menemukan bahwa berjalan di jalan sempit itu ternyata menyenangkan.
Tuhan Yesus memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar