(Ulangan 6:4-9)
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan; kitab ulangan adalah kitab yang berisi khotbah Musa yang sifatnya adalah undangan/himbauan bagi bangsa Israel agar tetap setia kepada Tuhan dan tidak menyimpang dari ajaran-Nya. Hanya orang yang tetap melakukan perintah Tuhan yang menjadi orang benar (Ul. 6:25).
Khotbah ini disampaikan Musa di seberang sungai Yordan sebagai pesan terakhir sebelum ia meninggal. Khotbah yang mengulangi kisah yang telah terjadi dalam kehidupan bangsa Israel, yaitu Tuhan dengan kuasa -Nya telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan menuntunnya dalam perjalanan 40 tahun di padang gurun supaya bangsa Israel belajar berpegang pada perintah Tuhan. Sebuah khotbah yang dimaksudkan untuk pendidikan.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan. Pendidikan adalah sangat penting dan dalam bulan ini (Mei 2010) khotbah seragam GTM, yang terlambat selesai, bertema ”pendidikan”. Dalam bulan ini kita juga merayakan hari pendidikan Nasional – 2 Mei –. Ada yang tahu mengapa tanggal 2 Mei yang menjadi tanggal peringatan hari pendidikan? (Hari lahirnya BPK Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara).
Sekolah biasanya dikenal sebagai lembaga pendidikan dan bukan lembaga pengajaran tetapi sekarang sering menjadi kenyataan bahwa sudah terbalik, orang pintar sering menjadi orang yang tidak terdidik; banyak orang yang bersekolah justru yang menjadi orang yang kurang ajar; mereka melakukan korupsi, menipu dengan kemampuan yang mereka miliki, dll. Mari kita melihat bersama bahwa sekolah mesti menyeimbangkan antara pendidikan dan pengajaran.
Selanjutnya, mesti disadari bahwa pendidikan bukan hanya tugas sekolah tetapi adalah tugas semua pihak. Dalam pembacaan kita tergambar bahwa pendidikan adalah tanggung jawab pribadi dan keluarga. Musa meminta: kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu; ini adalah tanggung jawab pribadi – tidak usah ikut-ikutan pada yang tidak mau melakukannya. Hal ini diharapkan menjadi pegangan setiap pribadi, terutama yang sudah dewasa, dalam keluarga supaya keluarga menjalani kehidupan yang berkenan dan berbahagia.
Keluarga memegang peranan utama dalam mengembangkan pendidikan. Musa meminta supaya keluarga mengajarkan tentang mengasihi TUHAN kepada anak-anak secara berulang-ulang, ketika sedang duduk di rumah (baca: sedang santai), di dalam perjalanan (baca: sedang melakukan kegiatan atau bekerja), waktu hendak berbaring (baca: mengakhiri hari – pada waktu malam), dan ketika bangun (baca: mengawali hari). Pendeknya hal ini harus diajarkan berulang-ulang dalam semua keadaan dan setiap waktu.
Dalam ayat ke-8 kembali diminta tanggung jawab pribadi untuk melakukan perintah Tuhan dengan mengikatkannya sebagai tanda pada tangan dan lambang di dahi. Dalam Alkitab bahasa Indonesia sehari-hari yang diperlengkapi dengan gambar-gambar, pada bagian ini diperlihatkan gambar ”gambar hukum Tuhan diikatkan di dahi”. Hal ini menyatakan kepada kita bahwa dalam masyarakat Israel pada zaman dahulu, ketentuan ini berlaku secara leterlek (sebagaimana tertulis) – entah kalau sekarang. Tetapi marilah kita memahami bahwa kasih kepada TUHAN juga adalah tanda pada tangan kita dalam arti bahwa seluruh tindakan kita, yang kita lakukan dengan tangan kita, selalu diwarnai dengan ketaatan kepada hukum TUHAN dan kasih kepada TUHAN juga menjadi lambang di dahi kita dalam arti bahwa kita selalu berpikir sesuai dengan kehendak TUHAN.
Ayat ke-9 adalah gambaran bagi kita bahwa lingkungan rumah kita juga dipenuhi dengan takut akan TUHAN. Mane tamai tau tama biring tarampakta, ummolai pintu gerbang - ke denganni, nang nasa’dingmi kumua to ukkarea’ inde Dewata toma’banua ia e. Tamai banua nang nakassaimi pole’ kumua tae sala pa’pesa’dingna (terjemahan: Ketika orang baru sampai di pinggir halaman rumah, melalui pintu gerbang - jika ada, dia sudah merasakan bahwa tuan rumah adalah keluarga yang takut akan TUHAN; setelah masuk ke rumah – melewati pintu, menjadi jelas bahwa apa yang dirasakannya adalah sebuah kebenaran).
Siapa yang mesti kita kasihi dan ajarkan berulang-ulang kepada anak-anak? TUHAN Yang Esa! (ayat 4). Tuhan yang tidak ada duanya. Kalau ada yang menduakan TUHAN atau menomorduakan TUHAN, dia sesat. Di dunia ini banyak hal yang bisa dijadikan orang menjadi yang terutama selain TUHAN: kekuasaan, keahlian, kekerasan, dan banyak hal lain lagi.
Karena ini HARDIKNAS (Hari Pendidikan Nasional) maka baiklah kita ingat hal ini: Kita bersyukur kalau anak kita pintar tapi kalau ada orang pintar yang kurang ajar, dia juga sesat. Amin.
20 Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar