MENCARI JIWA
(Pdt. Bangaran
Pasamboan, S.Th.)
1. Pengantar
Pengurus PPGTM Jemaat Tobadak 1 memberi saya kepercayaan untuk memimpin
materi Pembinaan pada kegiatan ibadah Padang PPGTM Jemaat Tobadak 1. Saya
kesulitan untuk menentukan tentang tema yang dibutuhkan oleh pemuda-pemudi dan
bentuk kegiatan pembinaan yang sesuai. Pemuda dengan kompleksitas kebutuhannya
akan berbagai hal untuk pengembangan potensi diri dalam menghadapi berbagai
tantangan dan mengisi berbagai peluang kehidupan, maka pada akhirnya dengan
lebih banyak melirik ke keadaan intern kepemudaan di Jemaat Tobadak 1, maka
pada akhirnya dipilih judul ini untuk memulai perhelatan pemuda dari mengenal
diri sendiri.
Judul materi ini dibisikkan oleh
suara kerinduan akan partisipasi aktif seluruh anggota Pemuda dalam seluruh
bentuk kegiatan Pemuda dan bukan hanya iman temporer atau situasional.
Mengingat bahwa ini adalah ibadah padang, maka seluruh bentuk kegiatan
sifatnya bermain di alam untuk bertemu dengan Penciptanya, maka khusus untuk
materi ini akan disampaikan dalam bentuk ceramah yang diakhiri dengan sharing
dan diskusi. Dibutuhkan keseriusan untuk hal-hal yang prioritas.
2. Cakupan
Mencari jiwa adalah istilah yang
muncul dalam lagu Sekolah Minggu di mana setiap orang harus mampu mencari jiwa,
paling tidak satu orang menemukan seorang lagi untuk diselamatkan. Setiap orang
bisa menyelamatkan orang lain dengan mencarinya dan membawanya kepada Tuhan.
Keselamatan tidak ada di dalam nama lain selain di dalam nama Tuhan Yesus
(Kisah Para Rasul 4:12).
Istilah ini bermula dari panggilan
Tuhan Yesus untuk pergi dan memuridkan semua orang di dunia ini; membaptiskan
mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:18-20).
Setiap orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus terpanggil untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah itu
dalam panggilan gereja, yaitu bersaksi (Yunani: ), bersekutu (Yunani: ), dan melayani
(Yunani: ).
Dalam panggilan ini, setiap orang terpanggil untuk mewujudkannya pada dirinya
sendiri dan bagi orang lain. Dengan demikian tergambar bahwa cakupan mencari
jiwa adalah diri sendiri dan kemudian orang lain.
Pada sisi lain, mencari jiwa adalah
upaya untuk mencari manusia secara utuh: raga dan jiwanya. Seringkali orang
melakukan kesalahan dengan berpikir bahwa jiwa hanyalah jumlah statistik dan
bukan pada manusia secara utuh. Memang sering jumlah dinyatakan dalam hitungan
jiwa tetapi tidak semua jiwa itu adalah jiwa yang menjiwai keberadaannya
sebagai bagian dari persekutuan.
Sebagai persekutuan, seluruh
program yang dikerjakan dalam gereja adalah upaya untuk mencari jiwa, tetapi
sering terjadi bahwa jiwa-jiwa yang ada hanyalah jiwa yang hanya menjiwai
kegiatan, terikat pada acara, dan tidak pada panggilanya secara utuh.
3. Sisi Praktik
Panggilan gereja yang telah kita
bahas secara bersama di atas, adalah sebuah panggilan yang sedianya mewarnai kehidupan
seluruh orang percaya, baik secara pribadi maupun sebagai persekutuan.
Panggilan gereja dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Dalam persekutuan ada kesaksian dan pelayanan, kekuatan kesaksian
hanya bisa dirasakan ketika dilakukan selaras dengan persekutuan dan pelayanan;
dan pelayanan yang berhasil hanyalah mereka yang melakukannya dalam semangat
persekutuan dan kesaksian.
Satu segi yang hilang dari panggilan
itu, maka semuanya hilang sebab suatu panggilan bisa secara langsung punya pengertian
yang sama dengan yang lainnya. Sebagai contoh; pergi beribadah itu adalah
panggilan persekutuan tetapi pada sisi yang lain, itu menjadi kesaksian bagi
orang lain bahwa orang Kristen itu memang rajin beribadah. Orang yang suka melayani akan menjadi
kesaksian yang baik sekaligus akan terhubung secara positif ke persekutuan.
Mengakhiri bagian ini, mari kita
menyadari bahwa panggilan gereja harus dilakukan dalam kesatuan dan secara
utuh; tidak dipengaruhi oleh situasi manusia tetapi sepenuhnya didasari oleh
kesadaran akan kasih Allah.
4. Tempat
Mengacu pada cakupan tugas mencari
jiwa, maka pada bagian ini fokus kita diarahkan untuk bagaimana mencari jiwa
sendiri yang tempatnya ada di dalam diri sendiri. Setiap orang terbentuk
jiwanya melalui pengalaman hidupnya setiap hari. Apa yang biasa dilakukan seseorang
itu menjadi sesuatu yang menyatu dengan jiwanya. Karena itu cara hidup yang
baik yang biasa dilakukan oleh seseorang akan menjadi jiwanya dan orang yang
terbiasa dengan menjauhkan diri dari perkara-perkara yang baik akan
bertentangan jiwanya dengan perkara-perkara itu.
Tempat untuk mencari jiwa adalah
pada diri sendiri dan dari pencarian itu akan secara tidak langsung mengajak
orang lain untuk juga mencari jiwanya sendiri sehingga setiap orang menemukan
jiwanya dan setiap orang akan sebab jiwa manusia selalu merindukan tempatnya,
yaitu bahwa ia bukan tergantung pada tubuh ini tetapi ia adalah milik dari
Pribadi yang sungguh-sungguh dirindukannya; jiwa sebenarnya selalu merindukan
agar ia berada pada hadirat dari mana dia berasal, yaitu dari kebenaran,
keadilan, kesetiaan, ketulusan, kesungguhan; jiwa adalah milik Sang Pencipta
(Yeh. 18:4)
5. Penutup
Sebagai bagian akhir dari materi ini, mari kita
melihat beberapa ayat yang bisa menuntun untuk menemukan jiwa bersama Tuhan
yang adalah pemilik segala sesuatu:
1.
Ams 25:25 Seperti air sejuk bagi jiwa yang
dahaga, demikianlah kabar baik dari negeri yang jauh.
2.
Rat 3:25 TUHAN adalah baik bagi orang yang
berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang
mencari Dia.
3.
2 Taw 15:12
Mereka mengadakan perjanjian untuk mencari TUHAN Allah
nenek moyang mereka, dengan segenap hati dan jiwa.
4.
Mazmur 33:20 Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan
perisai kita!
5.
Ams 27:9
Minyak dan wangi-wangian menyukakan
hati, tetapi penderitaan merobek jiwa.
6.
Mzm
66:9 Ia
mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak
membiarkan kaki kami goyah.
7.
Mazmur 100:2 Buatlah jiwa hamba-Mu
bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.
Semua
yang telah dikemukakan akan mengantar kita untuk berdiskusi dan berbagi satu
dengan yang lain.