Total Tayangan Halaman

Bersyukur Selalu

Bersyukur Selalu

Mazmur 63:1-12

Kata pengatar dari perokop ini, memberitahukan bahwa mazmur ini adalah mazmur Daud ketika ia berada di padang gurun Yehuda. Ada dua peristiwa yang dapat dikaitkan dengan pernyataan ini: 1). Ketika Daud sebagai pegawai (panglima perang) Raja Saul dan dikejar-kejar oleh Saul, tuannya, karena dianggap bisa menggulingkan takhta kerajaan; sebenarnya adalah bahwa Raja Saul cemburu kepada Daud akan segala keberhasilannya; atau 2). Setelah Daud menjadi raja Israel, ketika Absalom, anaknya, memberontak untuk merebut takhta ayahnya.
Kedua peristiwa ini membuat Daud harus melarikan diri untuk menyelematkan nyawanya dan bersembunyi secara berpindah-pindah tempat dan dalam kedua peristiwa ini Daud pernah berada di daerah padang gurun Yehuda. Karena itu, yang terutama untuk kita perhatikan bukanlah soal pada peristiwa yang mana ketika Daud mengarang mazmur itu tetapi yang pasti bahwa suasana hidupnya saat itu adalah menderita, dan penuh dengan kesulitan.

Menarik untuk merenungkan bahwa umumnya manusia, termasuk Daud sebagaimana nampak dalam pembacaan ini, merindukan Tuhan ketika ia berada dalam kesulitan. Tergambar bagaimana besarnya kerinduan Daud akan hadirat Tuhan dalam pembacaan kita karena ia menyadari bahwa Tuhan berkuasa untuk memberinya hidup bahkan 'Kasih Setia-Nya lebih baik dari hidup" (ayat 4); termasuk ketika hidupnya berada di tengah-tengah ancaman sekalipun, Daud tetap percaya bahwa Kasih setia Tuhan lebih baik dari hidup. Jika untuk hidup saja manusia tidak bisa menghargainya atau memberinya nilai, maka kasih Tuhan lebih besar dari itu. Apa artinya? Tuhanlah yang memberi hidup dan Tuhan jugalah yang menyatakan kasih-Nya sehingga hidup itu dapat berlangsung. Daud memuji Tuhan sebagai tanda syukurnya kepada Tuhan karena ia merenungkan kasih Tuhan yang besar.

Hendaklah setiap orang mencontohi cara hidup Daud yang bisa tetap bersyukur kepada Tuhan meski ia dalam kesulitan. Ada banyak orang yang untuk hal sukacita saja masih tetap mengeluh dan mengeluh. Memang, ada empat kelompok manusia dalam persoalan mengingat Tuhan:

Pertama, mereka yang mengingat Tuhan ketika susah dan melupakan Tuhan ketika sudah senang. Pada saat susah terus-menerus berdoa, tetapi jika apa yang dia doakan dikabulkan oleh Tuhan, lupa bersyukur.
Kedua, mereka yang selalu mengucap syukur kepada Tuhan kala sengan tetapi putus asa ketika mengalami kesulitan karena mereka tidak berserah diri kepada Tuhan. Mereka yang lupa bahwa Allah adalah penolong yang di bawah naungan sayap-Nya, manusia yang mendekat kepadanya akan bersorak-sorai.
Ketika, mereka yang baik sudah maupun senang tidak pernah mengingat Tuhan. Tidak banyak yang bisa katakan tentang mereka; hanya bisa katakan bahwa mereka adalah orang-orang yang kurang ajar meski tidak sedikit diantara mereka adalah orang-orang yang terpelajar.
Keempat, kita yang dalam segalah keadaan hidup senantiasa bersyukur kepada Tuhan dan yang senantiasa merenungkan kehendak Tuhan dalam seluruh proses kehidupan yang silih berganti antara susah dan senang.

Rasa syukur adalah sebuah perenungan yang membawa kita kepada kebahagiaan meski situasi kehidupan kita sulit atau tidak bahagia, kata orang tetapi sebaliknya, mereka yang tidak tahu bersyukur -- selalu mengeluh adalah mereka yang tidak akan pernah bahagia walau sebenarnya mereka dikelilingi dengan segala yang bisa membahagiakan.

Mereka yang selalu bersyukur, dan semoga Saudara dan saya ada dalam hitungan orang yang seperti itu, bahkan dimampukan untuk melihat masa depan yang baik sebab mereka beriman bahwa Tuhan menyiapkan masa depan yang baik dan bahwa Tuhan berkuasa untuk membungkamkan kebusukan orang-orang jahat.

Terpujilah Tuhan yang tetap memberi kemampuan untuk senantiasa memuji dan bersyukur jika mereka mengalami kesulitan supaya mereka tetap berbahagia di dalam kesulitan itu.

Amin

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Ditolong Tuhan

Ditolong Tuhan
2 Raja-Raja 4:1-7

Cerita ini adalah cerita kecil yang sedikit lebih dilihat oleh kebanyakan orang sebagai cerita yang mirip dongeng bagi anak-anak sebelum tidur dan hanya itu saja. Tetapi biarlah kita mempelajari kehendak Tuhan dari cerita ini dimulai dari menceritakan ulang kisahnya dengan memasukkan hal-hal imajinatif agar cerita ini menjadi lebih hidup dan masuk akal bagi kita.

Janda dalam sistem masyarakat timur tengah pada zaman dahulu adalah orang yang sangat sulit untuk mengatur kehidupannya sebab mereka harus menanggung anak-anak mereka

Seorang ibu menjadi janda ketika suaminya yang adalah salah satu dari para nabi telah meninggal. Ia mempunyai dua orang anak dan ia berhutang. Penagih hutang datang untuk menagih hutangnya dan karena ibu janda tidak mampu untuk membayar, maka kedua anaknya akan diambil oleh penagih hutang itu untuk menjadi budak. Seorang ibu pasti bergumul jika anaknya akan mengalami kesulitan. Tetapi ibu ini tahu kepada siapa ia dapat meminta pertolongan. Sebagai mantan istri nabi, yaitu orang yang melayani Tuhan, maka ia tahu bahwa tempat untuk meminta petunjuk atas masalah yang dihadapinya adalah kepada hamba Tuhan.
Ia datang kepada Elisa yang adalah tuan suaminya, mungkin yang dimaksud adalah bahwa dulu suaminya adalah murid Elisa atau bahwa suaminya adalah nabi yang bekerja dalam kelompok nabi yang dipimpin oleh Elisa.
Elisa sendiri adalah murid dari nabi Elia, yaitu nabi yang dipanggil naik ke surga dalam keadaan hidup dengan mengendarai kereta kuda yang berapi. Ibu ini tahu kepada siapa ia datang karena kepala keluarganya (alm. suaminya) adalah orang yang dekat kepada Tuhan pada masa hidupnya sebab ia adalah nabi Tuhan.

Mendengar pergumulan ibu itu, Elisa bertanya apa yang dia miliki di rumah? Sebuah pertanyaan yang sepertinya agak sulit untuk dipahami. Mungkin ibu itu berpikir bahwa Elisa mengada-ada, saya sudah hampir kehilangan anak karena akan diambil sebab hutang lalu mengapa dia bertanya apa yang saya punya. Tentu saja tidak ada hal berarti di rumah saya sebab kalau ada, maka anak-anak saya pasti tidak akan terancam dijadikan budak; tetapi karena ia adalah orang yang saya percaya maka saya jawab saja: "di rumah saya hanya tinggal memiliki buli-buli yang berisi minyak, Pak". Di dalam hati dia berpikir, 'tapi apa artinya itu untuk kebutuhan saya yang sebesar ini?"
Sesulit apa pun kehidupan, kita masih punya sesuatu untuk mempertahankan hidup asal kita bersedia menganggap hal kecil sebagai sesuatu yang sangat berarti.

Elisa meminta supaya ibu itu pulang lalu meminjam bejana dari tetangga-tetangga; bejana yang mau dipinjam itu jangan terlalu sedikit tetapi menurut saya (tidak disebutkan di Alkitab) bahwa Elisa juga berkata jangan terlalu banyak. Ini hanyalah cara Elisa untuk mengingatkan ibu janda bahwa melakukan apa yang dikehendaki Tuhan itu bukan asal-asalan saja, satu juga cukuplah, tetapi harus dengan kesungguhan. Sekaligus ini mengingatkan bahwa usaha untuk memperjuangkan kehidupan haruslah dengan sungguh-sungguh tidak boleh asalan-asalan sebab hidup tergantung pada bagaimana kita memperjuangkannya.
Saya tambahkan bahwa Elisa juga mengatakan jangan terlalu banyak, karena banyak orang yang justru tidak lagi mengalami kebahagiaan hidup sebab ia begitu kerasnya memperjuangkan hidup sampai tidak sadar bahwa ia sendiri sedang menindas hidupnya dan bisa jadi bahwa suatu saat hidup akan menindas dirinya.

Bejana-bejana yang hendak dipinjam dari tetangga itu akan dipakai untuk menampung minyak yang akan dituang dari buli-buli. Untuk melakukan ini, ibu janda tidak boleh memperlihatkannya kepada orang lain, ia harus menuangnya di dalam rumahnya yang tertutup.

Ibu janda mungkin pulang dalam keadaan kebingungan. Apa betul minyak itu akan terus mengalir? Tapi hal ini tidak terlalu sulit baginya untuk mempercayainya sebab meski tidak masuk akan tetapi ia sudah sering menyaksikan hal-hal seperti itu; ia adalah istri seorang nabi. Allah itu besar kuasanya dan dapat melakukan segalanya untuk kebaikan umat-Nya. Persoalan berikut adalah apa alasan yang akan dia katakan jika nanti pergi ke tetangga untuk meminjam bejana. Ibu janda bisa saja berpikir kalau ia tidak usah saja saya meminjam bejana ke tetangga sebab ia tidak punya alasan karena tujuannya meminjam bejana harus bersifat rahasia dan bukankah meminjam itu beresiko; kalau ada bejana yang rusak berarti saya harus menggantinya dan itu berarti celaka sebab hutang saya semakin bertambah. Tetapi akhirnya ibu janda dapat mengatasi semua tantangan yang dia pikirkan; bagaimana caranya tidak diberitahukan dalam pembacaan kita. Ibu janda meminjam bejana-bejana, masuk ke rumahnya dan menutup pintu sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Elisa. Mengapa harus tutup pintu? Sebab manusia gampang membesarkan diri dengan apa yang terjadi padanya -- kalau ibu janda terlihat melakukan hal itu, maka bisa saja ada yang kagum tetapi ada yang bisa mendatangkan celaka dengan tuduhan yang macam-macam, seperti tukang sihir misalnya. Atau kalau orang kagum pada ibu janda, maka ibu jandalah yang menjadi hebat dalam pandangan orang-orang bahkan ibu janda juga bisa membusungkan dada sebagai orang hebat padahal itu adalah kuasa dan kemurahan Tuhan yang terjadi padanya. Ini mengajarkan kepada kita bahwa sebaiknya apa pun yang terjadi kita harus sadar bahwa kemuliaan hanya bagi Tuhan yang adalah sumber segala-galanya.

Setelah ibu janda mengisi semua bejana, ia pergi kepada Elisa untuk menanyakan apa yang seharusnya dilakukan.
Elisa menyuruhnya untuk menjual minyak itu dan memakainya untuk membayar hutang dan membiayai kehidupannya. Sesuatu yang memang barangkali sudah ada dalam pikiran ibu janda untuk dilakukan.

Dari cerita ini ada dua hal yang hendaknya kita pegang:
1). Meski tidak masuk akal tetapi itu adalah kehendak Tuhan, maka lakukanlah itu. Ini adalah cerita dari seorang petani padi yang tidak pernah menjagi padinya dari serangan burung pipit pada hari Minggu karena masuk gereja untuk beribadah tetapi saat panen, hasilnya tetap saja sama dengan mereka yang tidak ke gereja untuk beribadah pada hari Minggu karena menunggui tanaman padinya. Tidak masuk akal bahwa burung pipit juga beristirahat pada hari Minggu, tetapi karena Tuhan meminta umat-Nya untuk beristirahat pada hari Minggu, maka lakukanlah itu; burung pipit juga istirahat pada hari Minggu.
2).Jika ada yang sesuatu, meski sudah ada dalam benak Saudara tentang bagaimana seharusnya melaui perkara tersebut, tetaplah bertanya kepada Tuhan.

A M I N
Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Kasih Adalah Milik Allah

Kasih adalah milik Allah
(1 Yohanes 4:7-21)

Kasih adalah pesan kehidupan yang paling sering kita dengar bahkan paling sering kita ajarkan tetapi sekaligus yang paling banyak kita langgar dalam kehidupan. Karena itu marilah kita lihat apa dan bagaimana kasih itu. Kasih bukanlah hal yang sulit tetapi juga bukan hal yang mudah; ada tetapi perwujudannya kadang membingungkan.

Hal pertama yang kita lihat dalam pembacaan kita kali ini adalah bahwa kasih itu milik Allah dan bukan milik manusia. Manusia hanya bertugas untuk melanjutkan kasih Allah kepada sesamanya manusia dan kepada dirinya sendiri.
Sering terjadi bahwa manusia gagal dalam mengasihi karena ia berpikir bahwa kasih itu adalah miliknya dan datang dari dirinya sendiri. Jika manusia berpikir bahwa kasih adalah miliknya, maka akan terjadi bahwa manusia melakukan kasih dalam godaan menuntut balas, kasih yang berpamrih. Perbuatan baik yang menuntut balas bukanlah kasih. Kasih adalah ketika orang menyadari bahwa ia bertanggungjawab untuk mengasihi karena hidupnya sendiri hanyalah anurah dari Tuhan. Kita mengasihi karena kita terlebih dahulu dikasihi adalah pengakuan iman yang dinyanyikan sejak Sekolah Minggu tetapi apakah pengakuan itu menjiwai kehidupan orang-orang dewasa? Sekali lagi ditegaskan bahwa kita terlebih dahulu dikasihi, maka kita juga mengasihi (ayat 19).

Allah telah mengasihi kita. Dari pernyataan ini, maka mungkin kita bertanya:Bagaimana Allah mengasihi kita? Jawabnya adalah: Taruh jarimu di bawah lubang hidung saudara dan rasakan bahwa Anda masih bernapas. Itu adalah kasih Allah. Tidak ada orang yang bisa menjamin bahwa ia masih akan hidup sampai tahun depan, atau bulan depan atau minggu depan; bahkan apakah kita masih hidup besok adalah sebuah pertanyaan yang besar.
<br>Jika Kita percaya bahwa napas hidup kita adalah karunia Allah, maka selanjutnya kita harus berpikir bahwa napas hidup kita masih ada karena Allah yang mengaruniakan napas itu bagi kita. Hidup adalah pemberian Tuhan dan segala kebutuhan hidup kita hanya dapat terpenuhi karena Allah yang memberi kemungkinan itu. Hanya saja, sangat disayangkan bahwa kita seringa memakai kekuatan yang ada pada kita untuk berusaha memenuhi sendiri kebutuhan kita tanpa peduli pada apa maksud Tuhan dalam kehidupan kita. Kita tidak merasa perlu untuk memuliakan Tuhan dengan segala yang kita lakukan dalam kehidupan ini.
Sampai pada penjelasan yang menyebutkan bahwa hidup kita adalah dari Tuhan dan berkat untuk tetap hidup juga berasal dari Allah, maka pernyataan Allah telah mengasihi kita harus dilengkapi dengan pengakuan bahwa Allah juga tetap mengasihi kita dalam kehidupan ini sampai sekarang dan begitu seterusnya selama kita hidup.

Kasih Allah yang telah dinyatakan kepada kita bahkan bukan hanya sebatas pada hidup kita di dunia ini tetapi melampauinya yaitu memberi keselamatan kepada kita ketika kita tidak lagi hidup di dunia ini. Keselamatan itu sudah kita rasakan selama kita hidup di sini dan menjadi sempurna ketika kita tidak lagi menjalani kehidupan di dunia ini tetapi dengan keyakinan iman kepada karya Tuhan Yesus yang mendamaikan kita dengan Allah, maka kita tidak takut pada hari penghakiman, sebab kita dengan sukacita memasuki negeri idaman kita, surga.

Berikut, yang menarik perhatian saya adalah kalimat: kasih melenyapkan ketakutan. Sering ada kasih yang tidak tersampaikan karena kita dihalangi oleh rasa takut. Teman bersalah tetapi kita tidak menegurnya atau menunjukkan jalan yang benar/baik kepadanya karena kita takut bahwa hubungan kita dengan dia akan menjadi rusak, menjadi tidak harmonis.
Memang benar bahwa hubungan dengan sesama tidak boleh retak, tetapi membiarkan sesama tetap dalam 'dosa' karena alasan ini adalah salah! Cara yang bisa kita tempuh adalah ingatkan kesalahan sesamamu dengan terlebih dahulu mengingatkan dia bahwa Saudara mengasihinya kemudian dalam kasih itu nyatakanlah kesalahannya dengan lemah lembut dan dengan bahas.a yang sopan. Jika kita melakukan ini dan tetap dibenci, maka terimalah dengan sabar sebagai beban yang harus ditanggung untuk kemuliaan Allah. Kasih adalah sebuah sikap yang harus sedia menanggung resiko dari orang yang tidak mau menerima kasih itu.

Kasih kepada sesama juga sering tidak terwujud dengan baik karena salah melakukannya. Seorang ibu bermaksud baik yang didorong oleh kasihnya kepada anaknya memarahi anak terus-menerus untuk memperbaiki kelakuan anaknya. Anaknya tidak mendengar nasihat ibunya tetapi justru yang ia tahu bahwa ibunya adalah 'pemarah'; sebuah contoh kasih tak sampai. Kasih adalah kekayaan yang harus dibagikan dengan cara yang benar (baca 1 Korintus 13).

Terakhir; maaf, saya tidak menyebut yang mana bagian kedua dan seterusnya ... Objek kasih. Objek kasih adalah 1). Diri sendiri 2). Semama manusia 3). Sesama citaan (alam dan isinya) yang adalah pendukung kehidupan, dan di atas semuanya itu adalah 4). Tuhan yang menciptakan segalanya. Cara menyatakan kasih kepada Allah adalah dengan mengasihi sesama dengan kasih yang tanpa pamrih dan cara mengasihi sesama adalah dengan bercermin pada kehendak Allah yang adalah kasih. Tidak mungkin orang dapat mengasihi Allah yang tidak dilihatnya jika ia tidak mampu mengasihi sesamanya yang dia lihat; demikian kata Rasul Yohanes.

Tuhan Yesus memberkati
Amin

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Kebersamaan Fakultas Teologi UKIT

Kebersamaan Fakultas Teologi UKIT

Ini adalah pengalaman terakhir saya di Fakultas teologi UKIT yang ditulis sebagai kenang-kenangan dan harapan saya ke depan tentang UKIT. Saya sebut kenang-kenangan dan harapan sebab dengan selesainya pengalaman yang berkesan dan unik sekaligus aneh dalam pandangan banyak orang ini, maka saya memperoleh tiket pulang ke kampung halaman untuk mengemban tugas yang demi persiapannya saya telah singgah di Fakultas Teologi UKIT selama enam semester.
Tidak penting untuk dicari latar belakangnya mengapa pengalaman terakhir saya di Fakultas Teologi UKIT adalah dengan berada pada titik yang biasanya menjadi awal kehidupan mahasiswa yaitu mengikuti Pembinaan Mahasiswa Pengenalan Kampus (PMPK) tetapi yang jelas bahwa hal ini saya alami dan karena itu hal ini sangat berkesan bagi saya; mungkin ini kali pertama dalam dunia perguruan tinggi bahwa ada seorang yang telah mengikuti ujian stratum satu kemudian mengikuti kegiatan PMPK sebelum mendapat gelar sarjana sebagai tiket pulang. Unik karena ternyata bahwa pengalaman PMPK yang saya lalui tetap sama menariknya dengan kegiatan yang sama yang saya ikuti ketika memulai menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologia untuk Indonesia Bagian Timur (STT INTIM) Makassar pada tahun 2001 yang lalu, meskipun tentu saja bahwa teknis pelaksanaannya berbeda. Ini hanya catatan pendahuluan untuk masuk dan melihat betapa berartinya kebersamaan yang selalu menjadi tema sentral dalam pelaksanaan PMPK.

Dalam pelaksanaan PMPK yang saya alami pada awal dan akhir dari kehidupan studi saya pada tingkat S1 – semoga kelak bisa lanjut sampai ke Sselanjutnya, saya melihat bahwa PMPK dimaksudkan untuk membina kebersamaan antara mahasiswa baru dengan mahasiswa lama (ada juga mahasiswa yang sudah sangat lama) bahkan dengan mantan mahasiswa (alumni). Tekanan yang lebih utama lagi ialah bahwa mahasiswa yang sama-sama memasuki dunia kemahasiswaan (seangkatan) dibina untuk berjuang bersama-sama dalam kebersamaan ketika menghadapi perkuliahan yang akan mereka lalui bersama-sama. Tentu saja bahwa yang dimaksud kebersamaan di sini yang bersifat positif, bukan ba spik – nyontek (dari bahasa Belanda Spoken [?] artinya melirik) tetapi saling mendukung, saling membantu dalam kesulitan, dan kebersamaan lainnya yang sifatnya positif. Kebersamaan dengan mahasiswa lama adalah dalam bentuk yang senior menjadi teladan dan kamus/ensiklopedi – tempat bertanya bagi adik-adik ketika ada hal yang sulit untuk dipahami karena selalu dipahami bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik; berbagi pengalaman adalah cara belajar yang paling baik.

Kebersamaan yang dimaksudkan hanya dapat dicapai kalau ada kerelaan bahkan panggilan hati untuk saling menghargai dalam keakraban. Hal ini yang utama dikatakan oleh para senior (mahasiswa lama) kepada yunior (mahasiswa baru) dalam PMPK. Dalam pelaksanaan PMPK ini, secara pribadi saya memahami bahwa PMPK adalah wadah pembinaan dan untuk bisa mencapai kebersamaan, setiap orang harus berusaha untuk merendahkan hati, merendahkan diri (asal jangan sampai menjadi rendah diri) dalam arti bahwa setiap peserta PMPK harus mampu melihat bahwa harga diri seseorang adalah di atas dari segala keadaan yang dialaminya. Kepala botak untuk laki-laki dan rambut dikepang dalam jumlah yang banyak dan diikat dengan pita untuk perempuan sehingga baik laki-laki maupun perempuan terlihat aneh tidak berarti bahwa harga diri hilang tetapi yang penting ialah bahwa dalam keadaan seperti itu pun kita mampu melihat bahwa harga diri manusia adalah manusia itu sendiri dan bukan pada penampilan fisiknya. Ketika yunior harus patuh pada permintaan senior yang kadang-kadang memang tidak masuk akal itu tidak berarti bahwa harga diri hilang tetapi hilangnya harga diri adalah ketika seseorang melakukan tindakan yang baik tindakan itu maupun akibat dari tindakannya itu tidak dapat dipertanggungjawabkannya.

PMPK selalu identik dengan senior berkuasa sepenuhnya atas yunior dan dengan demikian yunior harus patuh kepada senior. Yunior harus kritis di atas aturan bahwa senior tidak pernah bersalah sehingga dalam ke-kritis-an pun yunior pasti salah dan PMPK menjadi tempat di mana mahasiswa baru harus belajar satu orang melakukan kesalahan semua bersalah yang dimaksudkan untuk belajar arti kebersamaan tetapi seharusnya secara kritis kita sadar bahwa orang yang bersalah itu harus menanggung kesalahannya sendiri dan tugas kebersamaan kita hanyalah saling mengingatkan supaya jangan sampai ada yang bersalah. Kalau tugas untuk saling mengingatkan sudah dilakukan dan tetap ada yang bersalah, maka kesalahan itu adalah kesalahan pribadi dari orang yang melakukannya tetapi kalau kita tidak saling memperingatkan dan saling menjaga supaya jangan sampai ada yang jatuh ke dalam pencobaan (kesalahan) dan ada (pasti banyak) yang jatuh, maka itu memang adalah kesalahan bersama.

Hal terakhir yang menarik bagi saya ialah bahwa ternyata kebersamaan harus dilihat sebagai perjuangan dan bukan hasil. Penderitaan yang dialami oleh mahasiswa baru karena harus merayap, jalan jongkok, dan banyak lagi kegiatan lainnya yang menyebabkan penderitaan fisik tetapi juga mental dimaksudkan supaya peserta PMPK belajar merasa senasib sepenanggungan yang menjadi titik tolak dari kebersamaan yang selalu dibangga-banggakan dalam kehidupan Fakultas Teologi UKIT. Para senior yang berbagi pengalaman tentang kebersamaan mereka di Fakultas teologi UKIT (Yayasan Perguruan Tinggi Kristen – YPTK – Gereja Masehi Injili di Minahasa) juga tidak menceritakan pengalaman yang membahagiakan tetapi kebersamaan itu digambarkan dalam upaya berjuang bersama menghadapi pergumulan UKIT yang terjadi sejak tahun 2005 yang tetap diperjuangkan sampai sekarang ini. Dalam pergumulan UKIT, kebersamaan adalah senjata perjuangan utama tetapi di samping itu setiap orang juga harus berjuang untuk bersama-sama memperjuangkan kebersamaan di antara seluruh civitas kampus UKIT pada umumnya, civitas Fakultas Teologi khususnya.

Inilah harapan saya tentang Fakultas Teologi UKIT ke depan; hubungan yang baik antara seluruh pihak adalah hubungan yang dibina terkait dengan perjuangan bersama membangun UKIT (khususnya Fakultas Teologi) dan upaya berjuang bersama mencari jalan keluar dari pergumulan yang sedang dihadapi oleh UKIT. Saling menghargai memang penting selama penghargaan itu tidak mengarah ke rasa takut dari mahasiswa kepada dosen, rasa takut dari yunior kepada senior, dan rasa takut dalam hubungan struktural yang ada di kampus. Hubungan saling menghargai yang baik adalah ketika penghargaan itu membawa kepada kehidupan dalam kebersamaan, kehidupan yang saling akrab antara semua pihak, hubungan yang mengarahkan semua pihak untuk secara bertanggungjawab merasa bagian dari kehidupan kampus, setiap orang merasa to be at home.

Hanya dengan saling menghargai akan timbul keakraban dalam kebersamaan; hanya dengan bersama, maka Fakultas Teologi UKIT akan tetap maju dan berkembang, hanya dengan berjuang bersama UKIT akan menjawab segala tantangan yang dihadapinya. Akhir kata saya mengucapkan selamat berjuang kepada saudara-saudara seperjuangan saya dalam PMPK, adik-adikku angkatan 2008 yang baru memulai perjuangannya di Fakultas Teologi UKIT.

Hidup kebersamaan!!!

Hidup Fakultas Teologi UKIT!!!

Hidup YPTK!!!

Hidup untuk setiap orang yang terus berjuang menjadi manusia!!!
 

Bangaran Pasamboan (sudah S.Th.) meski baru selesai ikuti PMPK

Di Antara Yesus dan Pemimpin Pesta

Di Antara Yesus dan Pemimpin Pesta

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.


Membaca cerita tentang mujizat pertama yang dilakukan oleh Tuhan Yesus (Yohanes 2:1-11), ada beberapa hal yang menarik di dalamnya. Yesus merasa bahwa Ia belum waktunya bekerja tapi Ia jadi bekerja, bekerja bukan pada waktu-Nya; Manusia memang punya banyak cara untuk menutupi kekurangannya sama seperti yang dicontohkan oleh pelaksanaan pesta perkawinan di Timur Tengah pada zaman dahulu; dan tentu saja bahwa kita ingin melihat dan merasakan bagaimana seandainya dalam pesta pernikahan kita sendirilah mujizat itu terjadi.

Tulisan ini, adalah sebuah perenungan saya pribadi terhadap tanggapan pelayan yang disuruh Tuhan Yesus untuk mencedok air dari tempayan yang akan diantarkannya kepada pemimpin pesta dengan berbagai kemungkinan yang pada akhirnya ia harus memutuskan untuk mengambil tindakan mengantarkan "air" itu kepada alamat yang sudah pasti bisa mendatangkan celaka bagi dirinya.

Kalau setelah air penuh di tempayan dan langsung berubah menjadi anggur sebelum ia diperintahkan untuk mencedoknya, maka tentu saja bahwa itu tidak terlalu sulit untuk melakukan tugasnya. Ia akan berbahagia sebab tugasnya yang terhambat dan harus membuatnya repot untuk mengatur prioritas yang akan diberi anggur karena angurnya sudah kurang, sekarang ia dapat dengan sukacita memberi anggur kepada siapa saja tanpa harus dan tugasnya untuk memberi kepuasan minum anggur kepada setiap orang akan membuatnya bersukacita. Tugas yang terlaksana dengan baik pasti akan memberi kebahagiaan kepada yang melakukan tugas itu.

Demikian juga jika air itu nanti berubah menjadi anggur ketika ia mencedok air itu, ia akan berpikir bahwa tindakannyalah yang menjadi satu dari kemungkinan terjadinya mujizat dan ia pasti akan merasa bahwa ia turut ambil bagian dalam mujizat yang terjadi. Mujizat tidak terjadi begitu saja tanpa kesediaan kita untuk mengerjakan sesuatu. Orang yang tidak mau mengambil tindakan apa pun terhadap masalah yang terjadi adalah orang yang tidak akan pernah melihat mujizat Tuhan untuk masalah yang dihadapinya.

Persoalannya ketika cawan yang ia isi dengan air yang ia cedok dari tempayan itu tetap berisi air ketika ia hendak mengantarkannya, maka terjadilah pergumulan dalam hidupnya. Mau mengantar, itu mempermalukan diri sendiri sebab sudah tahu air tapi mengaku mengantarkan air atau bahkan ia bisa mendapat murka dalam tugas yang ia lakukan. Tetapi tidak melakukannya juga adalah masalah sebab itu berarti bahwa ia tidak patuh kepada Ibu Maria, yang barangkali dalam pesta pernikahan itu adalah panitia yang bertanggungjawab untuk mengatur segalanya agar pesta berjalan dengan baik. Ia harus memilih antara melakukan tugas dari atasan atau mementingkan harga diri. Bagi yang berpikiran pendek, bisa saja ia berangkat untuk mengantarkan air itu tetapi di tengah jalan ia menyimpang untuk meminum air itu (syukur, ada kesempatan baik untuk menghilangkan haus setelah lelah bekerja) atau membuangnya (sambil berkata: "sudah repot ditambah lagi akan mendapat resiko berat. Berbuat ini adalah lebih baik") lalu pulang dan melapor bahwa ia sudah selesai melaksanakan tugasnya. Pilihan yang lebih bijaksana adalah bahwa ia tetap mengantarkan air itu dan mempersiapkan jawaban sejujur-jujurnya jika ia ditanya tentang apa yang dia lakukan. Barangkali dalam hal inilah ia memberanikan diri melakukan tugasnya, kejujuran. Jujur membutuhkan kerepotan untuk menjelaskan banyak hal sebab itu manusia sering tidak jujur karena tidak mau repot untuk menjelaskan banyak hal. Dengan siap melakukan kejujuran, maka mujizat dapat tercipta dalam kehidupan kita. Orang yang tidak jujur akan dipenuhi banyak mawas diri bahkan akan menghancurkan harga dirinya.

Sampai pada bagian ini, rupanya kita setuju bahwa pelayan itu mengantarkan air (belum jadi anggur) di cawan sampai beberapa saat sebelum air itu diserahkan kepada pemimpin pesta, sebab dalam Alkitab dituliskan bahwa pemimpin pesta itu mengecap air (sebuah tindakan yang hendak memastikan keadaan persediaan anggur pemilik pesta yang diperkirakannya sama dengan pesta-pesta lainnya, pasti sudah kurang baik.) Tinggal satu kemungkinan yang belum kita perkirakan, yaitu bahwa pelayan itu tetap melihat air di dalam cawan tapi ia mempunyai iman bahwa air itu adalah anggur karena Yesus (mungkin belum dikenalnya sebagai Tuhan) adalah orang yang baik dan pasti memaksudkan sesuatu yang baik untuk dikerjakan olehnya walau ia sendiri tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Tuhan Yesus tidak pernah memberitahukan sebelumnya bahwa air itu akan menjadi anggur. Mujizat adalah ketika kita mengerjakan sesuatu yang tidak masuk akal tetapi itu adalah kehendak Tuhan. Biasanya yang diberikan dalam pesta adalah anggur tetapi kalau saya diminta untuk mengantarkan air, maka saya pun akan melakukannya.

Antara Yesus dan Pemimpin Pesta tedapat iman bahwa bersama Yesus akan tercipta sesuatu yang baik. Bagaimana itu akan terjadi, bukanlah urusan saya sebagai pelayan. Urusan saya hanyalah melakukan apa yang Dia perintahkan. Saya tidak usah memikirkan bahwa saya seharusnya mengantarkan anggur tetapi mengapa justru air yang diberikan untuk saya antarkan. Sediakan dirimu untuk mengantarkan air dan Tuhan akan memberi mujizar Air jadi Anggur sama seperti yang diharapkan olehmu sebagai pelayan. Pertanyaan terakhir: Anda adalah pelayan yang baik?

Tuhan Yesus memberkati

Membuat Dictionary untuk Spelling Bahasa Indonesia

Membuat Dictionary untuk Spelling Bahasa Indonesia

Bangaran Pasamboan


Dalam pekerjaan mengetik dengan program microsoft word, jika ingin memperoleh pekerjaan yang benar-benar memuaskan, maka satu hal yang harus dilakukan secara teliti adalah mengedit kesalahan kata. Untuk tulisan yang sedikit, tidak terlalu membutuhkan waktu dan perhatian melakukan pekerjaan ini; demikian juga dengan tulisan yang diketik secara langsung akan membuat kita untuk dapat setiap saat melakukan perbaikan kesalahan penulisan kata sehingga kesalahan yang terjadi dapat diperkecil oleh ketelitian dalam mengetik. Jika untuk mengedit kesalahan kata dalam tulisan yang banyak yang tidak diketik sendiri, maka diperlukan waktu dan perhatian yang cukup untuk mengedit kesalahan pengetikan.

Untuk kata-kata bahasa Inggris, hanya dengan mengaktifkan 'spelling' pada microsoft word, maka kesalahan pengetikan kata diperlihatkan dengan garis merah pada bagian bawah dari kata yang salah. Daftar kata bahasa Inggris memang merupakan kelengkapan microsoft word dan sudah dapat digunakan sejak microsoft word diinstal.

Berikut cara mengaktifkan spelling pada microsof word (2007):

Office button >> Word Options >> Proofing;

beri tanda checklist (tanda centang yang biasa digunakan untuk menyatakan yang benar) pada Flag repeated words, Check spelling as you type, use contextual spelling, mark grammar errors as yuo type, Check grammar with spelling >> Ok







Dengan menggunakan bantuan 'spelling' pada microsoft word, maka mengedit kesalahan kata dapat dilakukan dengan lebih mudah; kata yang diberi garis merah diperbaiki dengan membawa kursor ke kata yang bergaris merah kemudian mengklik kanan pada kata tersebut dan memilih kata yang dikehendaki dari kata-kata kemungkinan pembenaran yang disiapkan. Dengan catatan bahwa bahasa yang aktif untuk microsoft word anda adalah Englis (United States). Jika anda telah menggunakan bahasa yang lain pada ketikan Anda, maka blok seluruh ketikan Anda (tekan tuts Ctrl + A) kemudian pergilah ke Menu Microsoft Word; Klik Review >> Set Language >> pilih: English (United States) >> Ok. Default ... adalah opsi untuk menerapkan pilihan bahasa yang terpilih secara permanen pada microsoft word. Setiap kali membuka microsoft word, maka bahasa itu otomatis menjadi bahasa yang aktif pada microsoft word.





Langkah yang telah disebutkan di atas baru mengaktifkan spelling bahasa Inggris. Jika kata yang diketik adalah kata bahasa Indonesia, maka itu akan diberi garis merah, terhitung sebagai kata yang salah tidak ditemukan dalam daftar yang telah disiapkan oleh kamus spelling microsoft word.

Untuk tersedianya kamus spelling yang memuat kata-kata bahasa Indonesia, maka dibuat sendiri dengan menggunakan program notepad, ditulis satu kata untuk setiap barisnya secara berturut-turut. Untuk diingat bahwa kata yang seharusnya dimulai dengan huruf kapital seperti nama hari, nama tempat, nama pribadi orang, dll. didaftarkan demikian adanya agar dihitung sebagai kesalahan jika diketikkan dengan tidak memulainya memakai huruf kapital.

Jika Anda telah membuat daftar kata-kata bahasa Indonesia di Notepad, save dengan memberi nama file yang diakhiri .dic, anggaplah nama filenya adalah Eja Kata Bahasa Indonesia.dic; pilihlah sebagai type All files; dan pilih enconding Unicode.

setiap kata hanya didaftarkan satu kali dan sudah akan terpakai untuk seterusnya.




Setelah Anda memiliki file tersebut, Anda harus mengacunya menjadi kamus untuk spelling dengan cara sebagai berikut: Office button >> Word Options >> Proofing >> Custom Dictionaries...

Pada kotak dialog yang muncul pilihlah: Add...; akan muncul kotak dialog yang meminta untuk mengacu pada kamus. Aculah file Eja Kata Bahasa Indonesia.dic yang telah Anda buat. Kemudian pada opsi Dictionary language: pilihlah All Languages >> Ok

Catatan:

Jangan menghapus CUSTOM.DIC yang ada sebab itu adalah kelengkapan dictionary Microsof Word untuk Spelling bahasa Inggris.

Walaupun kamus Eja Kata Bahasa Indonesia.dic ini didaftarkan sebagai kamus yang berfungsi pada semua bahasa, namun dalam pengalaman, biasanya berlaku ketika microsoft word menggunakan English (united States) sebagai bahasa.





Kamus ini dapat terus ditambahkan dengan kata-kata bahasa Indonesia setiap melakukan pengetikan. Jika ada kata yang digaris merah dan ternyata kata itu benar, berarti kata tersebut belum didaftarkan dalam kamus dan dapat ditambahkan ke daftar dengan cara sebagai berikut:

  1. Office button >> Word Options >> Proofing >> Custom Dictionaries...; pada kotak dialog Dictionary List, pilihlah Eja kata Bahasa Indonesia.dic kemudian pilih Edit Word list ... dan tuliskan kata yang hendak ditambahkan (cobalah dengan nama Anda) pada kotak dialog word(s) >> add >> Ok . Setelah daftar kata kamus Eja kata Bahasa Indonesia.dic tidak aktif/menghilang, Klik lagi Ok pada kotak dialog Custom Dictionaries -- Kotak dialog menghilang; Klik lagi OK pada kotak dialog Word Option. Periksalah bahwa kata sudah terdaftar; tidak lagi diberi garis merah.

    Anda dapat juga menambahkan kata dengan mengetiknya langsung pada file Eja kata Bahasa Indonesia.dic. Untuk mengaktifkannya, Anda harus masuk terlebih dahulu melakukan save untuk perubahan yang terjadi pada file Notepad Anda (Eja Kata bahasa Indonesia) lalu acu dengan cara: Office button >> Word Options >> Proofing >> Custom Dictionaries...; pada kotak dialog Dictionary List, pilihlah Eja kata Bahasa Indonesia.dic >> Ok >> Ok lagi pada kotak dialog Word Option.


  2. Office button >> Word Options >> Proofing >> Custom Dictionaries...; pada kotak dialog Custom Dictionaries pilihlah Eja kata bahasa Indonesia.dic >> Change Default >> Ok. Kotak dialog Custom Dictionaries menghilang; Klik Ok pada kotak dialog Word Options. Setelah itu, kata yang belum terdaftar dapat ditambahkan langsung dari halaman pengetikan dengan membawa kursor ke kata yang belum terdaftar (spelling/ejaan benar tetapi digarisbawahi dengan warna merah), lalu klik kanan dan pilih Add to Dictionary
  3. Selamat mengumpulkan dan menggunakan spelling Bahasa Indonesia. Demikian seluruh ulasan tentang "Spelling Bahasa Indonesia"; semoga berguna. September 2013

Pandangan Iman Kristen terhadap Panda Bolong

Pandangan Iman Kristen terhadap Panda Bolong

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.


Pendahuluan


Tulisan ini dibuat sebagai refleksi atas pelaksanaan budaya terkait kematian di suatu tempat di wilayah Tanda Langngan1. Pengalaman ini memang terjadi di satu tempat dalam wilayah tempat tugas pada periode pertama sebagai pendeta Gereja Toraja Mamasa (Desember 2009 - Juni 2016), tetapi saya membuat tulisan ini mengingat bahwa acara adat yang sama juga dapat ditemui dalam seluruh wilayah Mamasa bahkan dalam seluruh proses kehidupan orang Toraja.


Panda Bolong adalah masa antara tiga hari setelah mayat orang meninggal dunia yang di-pandan dimasukkan ke dalam peti kayu sampai pada selesainya pemakaman dari jenazah tersebut. Mayat yang di-pandan artinya bahwa mayat orang yang telah meninggal dunia disimpan dalam peti kayu dan disemayamkan di rumah duka untuk waktu yang lama sesuai dengan yang disepakati oleh keluarga (biasanya sekitar satu tahun) dan pada akhir dari waktu yang disepakati itu dilaksanakanlah upacara pemakaman. Keluarga yang menyimpan jenazah anggota keluarganya yang telah meninggal untuk waktu yang lama disebut to ma'pandan dan hanyalah orang-orang kaya yang dapat melakukannya sebab untuk melakukan acara adat ini dibutuhkan banyak kerbau untuk disembelih pada masa sebelum mayat dimasukkan ke dalam peti dan pada acara pemakaman.

Selama mayat disemayamkan di rumah duka, keluarga to ma'pandan tetap dianggap sebagai keluarga yang ada dalam dukacita karena kematian dan waktu ini digunakan oleh keluarga untuk mengumpulkan segala kebutuhan yang akan dipergunakan ketika sudah sampai waktunya untuk menguburkan jenazah yang dari keluarga yang dipandan.

Pada masa Panda Bolong, setiap keluarga yang mempunyai waktu untuk berkunjung dan hadir untuk berbagi duka dengan keluarga dapat datang dan menyatakan dukacitanya dalam acara yang disebut ma'dulang.

Istilah Panda Bolong berlawanan dengan Pandanan Lemba yaitu istilah yang digunakan untuk acara pesta panen padi setelah warga masyarakat selesai memanen hasil sawah. Selain syukuran atas hasil sawah, masyarakat di tempat ini juga melaksanakan syukuran panen kopi, cokelat (kakao), dan cengkeh. Karena itu, sebelum lebih jauh melihat Panda Bolong, sepintas kita menyimak bagaimana acara Pandanan Lemba dilaksanakan untuk menjadi bahan perbandingan ketika Panda Bolong dibicarakan. Pada acara Pesta Panen yang biasanya dilakukan di gereja, sebab penduduk di tempat ini adalah masyarakat Kristen, maka setiap orang membawa sebagian dari hasil padinya sebagai persembahan kepada Tuhan dan setiap keluaga memotong seekor ayam (ma'manuk tungga') untuk lauk dalam acara makan bersama sebagai bagian dari rasa syukur. Sebagian dari daging ayam yang dipotong oleh keluarga diserahkan ke jemaat dan diatur untuk lauk bagi tamu. Biasanya ada tamu yang turut hadir -- tanpa diundang atau dengan undangan -- ketika acara Pesta Panen dilaksanakan oleh Jemaat.
Kembali ke pokok permasalahan yang menjadi perhatian utama dalam tulisan ini, yaitu Panda Bolong. Pada masa Panda Bolong, masyarakat memikul Panda, yaitu aturan yang mengikat bagi seluruh wilayah Panda:

  1. Jika ada yang akan menikah harus datang meminta izin ke Panda.
  2. Jika ada yang akan mendirikan rumah atau melakukan syukuran setelah pembangunan rumah telah selesai harus meminta izin ke Panda.
  3. Jika ada yang melakukan kerusuhan atau masalah dalam kehidupan bersama harus datang ke Panda atau dinyatkan sebagai orang yang melanggar Panda dan karenanya terkena (hukum) Panda (Nakanna Panda dalam istilah masyarakat setempat secara linguistik seharusnya diterjemakan terkena panda).
  4. Jika ada yang bermaksud untuk menjual "sesuatu" harus terlebih dahulu menjualnya ke Panda; jika Panda tidak membelinya, barulah dijual kepada pihak yang lain.
  5. Jika ada yang membakar lahannya dan apinya menjalar ke lahan orang lain, maka orang tersebut harus datang ke Panda.
Keluarga yang ma'pandan dapat menambahkan atura-aturan lain, misalnya: siapa pun yang kedapatan melakukan kegiatan judi dalam wilayah Panda selama masa Panda Bolong harus datang ke Panda. Meminta izin kepada Panda (istilahnya dalam bahasa Toraja: messiman lako Panda) berarti bahwa sebelum dilakukannya acara sukacita dalam kehidupan mereka, maka terlebih dahulu harus menyatakan perasaan turut berdukacita mereka kepada keluarga dengan datang membawa seekor babi untuk disembelih di tempat duka dan dimakan secara bersama, yang disebut ma'dulang.
Mengenai wilayah yang menjadi lingkup berlakunya Panda; pada masa dulu, ketika daerah ini masih diatur dalam tatanan adat yang mengenal Injil Yesus Kristus, adalah wilayah yang ditetapkan oleh toma'kada (pemimpin dalam bidang agama pada tatanan masyarakat pada masa lampau) dan ketika itu ditetapkan, maka dilakukan berdasarkan tatanan adat dan ditetapkan dengan menyembelih seekor babi dan garis yang ditetapkan itu menjadi wilayah yang dikuasai oleh toma'kada dalam tugasnya dan seluruh warga yang ada dalam wilayah yang ditetapkan itu menjadi 'umat' dari toma'kada yang menetapkan batas wilayah tersebut. Pada masa tulisan ini dibuat, dalam sebuah acara ma'pandan yang dilakukan oleh salah satu keluarga, wilayahnya dipersempit dari wilayah yang dulu ditetapkan oleh toma'kada ke lingkup yang lebih sempit, yaitu seluas wilayah desa di mana acara itu dilakukan.
Dari catatan pengantar di atas, dapat diperoleh pengertian bahwa Panda adalah keikutsertaan setiap orang dalam kebersamaan terhadap apa yang terjadi dalam masyarakat baik itu sukacita maupun dukacita. Dalam Panda setiap orang turut bertanggungjawab untuk terlaksananya suatu acara dalam masyarakat. Objek yang menjadi pemicu (orang yang dipandan, rasa syukur dalam acara Pandanan Lemba) dan pengikat (hukum Panda) adanya kebersamaan juga disebut Panda. Karena itu, ada kemungkinan bahwa istilah di-pandan juga adalah istilah yang lahir dari pemahaman 'orang-tua' zaman dulu tentang Panda, yaitu orang meninggal yang seluruh proses acara kedukaan baginya melibatkan seluruh masyarakat yang ada dengan hampir seluruh situasi kehidupannya; hanya ketika orang mengalami kedukaan yang serupa -- ada yang meninggal dunia, maka keluarga yang berduka tidak datang untuk membawa babi untuk izin bagi acara kedukaan yang akan mereka lalui.

Melihat Panda Bolong dari Sudut Pandang Iman Kristen

Pada bagian ini akan dibicarakan secara sepintas tentang-nilai yang baik maupun nilai-nilai yang tidak sesuai dengan prinsip iman Kristen agar ditemukan cara pandang yang benar terhadap budaya ma'pandan dan bagaimana seharusnya sikap serta masukan yang dapat diberikan untuk memperbaiki yang keliru, menambahkan yang kurang dan bahkan mungkin menentukan apakah kita menerima atau menolaknya.Tentu saja bahwa yang disebutkan terakhir ini kemungkinannya sangat kecil.

Kebaikan Panda Bolong


Salah satu panggilan iman Kristen adalah Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! (Roma 12:15). Panggilan ini terwujud dalam Panda Bolong di mana setiap orang dalam wilayah Panda sama-sama turut berduka dalam hampir seluruh situasi kehidupan bahkan dapat dikatakan bahwa seluruh orang dalam wilayah Panda turut terlibat dalam kedukan keluarga yang ma'pandan pada seluruh situasi kehidupan sebab rasa senasib -- sama-sama berduka akan membuat keluarga yang ada anggota keluarganya yang meninggal dunia pada masa Panda Bolong akan turut merasakan kesedihan dari keluarga yang anggota keluarganya sedang dipandan. Panda Bolong adalah budaya yang mengajarkan bahwa tidak baik jika kita bersukacita dan melupakan dukacita orang lain. Lebih lagi dari itu sebab Panda Bolong juga mengajarkan bahwa tidak baik jika dukacita yang kita alami menghalangi orang lain untuk bersukacita. Budaya Panda bolong mempertemukan orang yang bersukacita dengan orang yang berdukacita. Janganlah keadaang dalam keluarga kita menjadi pengikat/penghalang bagi keluarga yang lain untuk aktif dalam proses kehidupannya yang silih berganti antara suka dan suka. Orang berduka tidak boleh menghalangi sukacita dan orang bersukacita tidak boleh melupakan orang yang berdukacita.
Pada sisi yang lain, budaya Panda Bolong dapat menjadi alat untuk mendukung gereja dalam memasyarakatkan nilai-nilai Kristiani, seperti melarang penjudian dan membiasakan hidup tertib dan tidak saling mengganggu antara yang satu dengan yang lain. Sebuah acara Pa'pandanan, pernah melarang warga masyarakat Panda untuk melakukan kegiatan judi karena adanya aturan gereja yang menggariskan bahwa jika ada acara keluarga, baik sukacita maupun dukacita, yang di dalamnya dilakukan kegiatan judi, maka acara itu tidak akan dilayani oleh gereja. Dukacita karena kematian adalah rasa yang sangat kuat untuk mengikat manusia. Jika dilaksanakan pesta pernikahan, orang mungkin bisa memiliki banyak alasan untuk tidak hadir meski dia adalah orang yang sangat diharapkan untuk datang dan itu akan membuat orang kecewa tetapi pada acara dukacita karena kematian, setiap orang datang tanpa diundang dan jika ada (keluarga atau sahabat) yang tidak sempat untuk turut datang berbagi berdukacita, orang akan lebih mudah untuk memahami keadaannya. Demikian juga bahwa hal-hal yang terkait dengan acara kedukaan akan sangat dihargai oleh orang. Aturan yang ditetapkan sebagai bagian untuk turut merasakan dukacita dari keluarga yang mengalaminya akan diperhatikan dan dilaksanakan dengan sepenuh hati.

Kelemahan Panda Bolong

Setiap hal pasti mempunyai kekurangan dan ada titik lemahnya, sebaik apa pun sesuatu itu atau sehebat apa pun atau sekuat apa pun. Demikian juga dengan adat Pa'pandanan yang kebaikannya telah kita bicarakan seblumnya, pasti memiliki sisi yang lemah atau tidak dapat diterima jika dinilai dengan prinsip hidup kekristenan.
Hal pertama yang saya temukan adalah adanya semacam unsur 'paksaan' dalam pelaksanaan Panda Bolong di mana aturan yang diberlakukan mengikat secara ketat sehingga hal ini mempunyai andil untuk menghambat perkembangan kehidupan orang lain. Hal yang dikemukakan ini terkait dengan kehidupan ekonomi masyarakat yang tidak sama untuk semua orang. Persoalannya adalah bagi penduduk yang dalam ekonomi lemah jika ada rencana untuk mendirikan rumah sebagai tempat tinggal dan tidak mampu untuk menyiapkan apa yang diperlukan untuk meminta izin ke Panda, maka ia harus menunggu untuk waktu yang lama sebelum rumahnya dibangun dan bisa saja terjadi bahwa apa yang dipersiapkan untuk proses membangun rumah habis terpakai untuk kebutuhan 'mendesak' dalam kurun waktu yang didtetapkan oleh keluarga to ma'pandan sebagai masa Panda Bolong yang biasanya relatif lama. Demikian juga dengan pesta pernikahan; Jika keluarga yang akan menikah adalah keluarga 'berada', maka tentu saja bahwa ini tidak masalah, tetapi kalau yang akan menikah adalah dari keluarga yang tidak mampu, maka ini dapat menimbulkan masalah sebab acara yang dipersiapkan hanyalah sebuah acara sederhana yang mungkin anggarannya tidak mencapai nilai dari bahan yang dipaikai untuk
meminta izin ke Panda; kalau demikian, haruskah ia menunggu sampai masa Panda Bolong berakhir?
Hal kedua, ada unsur ketidakadilan dalam pelaksanaan Panda Bolong. Tidak semua warga dapat merasakan perhatian dalam bentuk kesediaan untuk turut merasakan rasa duka dari seluruh warga masyarakat. Hanya orang-orang kaya yang dapat merasakan dan berhak menentukan bagi dirinya tentang rasa turut berduka baginya. Tidak semua orang dapat menerima rasa turut berduka yang melibatkan seluruh warga apa lagi untuk waktu yang lama. Budaya ini adalah bentuk yang membawa manusia pada penghargaan terhadap nilai kemanusiaan manusia berdasarkan status sosial yaitu memberi penghargaan kepada yang kaya yang tidak nampak diberikan jika orang miskin yang mengalami hal serupa. Dalam Alkitab disebutkan bahwa dalam berbagai hal manusia tidak boleh pandang bulu2. Bahkan jika dicermati secara mendalam, kita akan melihat bahwa orang yang percaya kepada Yesus Kristus terpanggil bukan hanya mengasihi sesama manusia (siapa pun dia) tetapi terutama untuk memperhatikan sesama manusia justeru pada mereka yang miskin; pelayanan yang dilakukan kepada orang-orang miskin (telanjang, tidak punya makanan, dll.) adalah pelayanan yang diidentikkan sebagai pelayanan yang dilakukan kepada Yesus sendiri (bnd. Matius 25:31-46).
Ketiga -- Wilayah panda; Pada sebuah acara pa'pandanan, terjadi bahwa wilayah Panda ditetapkan oleh keluara to ma'pandan secara sepihak, yaitu seluas wilayah satu desa di mana acara ma'pandan itu dilakukan. Meski wilayah ini lebih sempit dari wilayah yang ditetapkan pada mulanya oleh toma'kada pada tempo dulu, namun tetap ada persoalan yang mesti dipertimbangkan dengan serius, yaitu apakah keputusan ini tidak mengganggu tatanan kehidupan bersama. Pada masa lampau, Wilayah Panda adalah wilayah yang ditetapkan oleh pemuka agama (toma'kada) sebagai wilayah kekuasaannya atau wilayah yang menjadi daerah pelayanannya, wilayah yang harus mengikuti aturan-aturan agama (aluk) yang diaturnya. Pada masa itu, hal ini dapat dibenarkan sesuai dengan tatanan masyarakat pada waktu itu tetapi sekarang ini wilayah Panda yang secara sepihak ditetapkan oleh keluarga to ma'pandan yaitu wilayah seluas satu desa, adalah aturan yang tidak dapat dimengerti dan dipahami pada masa sekarang yang warganya tidak lagi memiliki toma'kada sebagai tokoh yang berhak untuk mengatur dan mengarahkan aturan agama pada wilayah yang ditetapkannya. Masyarakat sekarang dalam seluruh sistem kehidupannya adalah masyarakat yang tidak lagi menjalani kehidupan yang patriatkhal tetapi kehidupan yang diatur dalam kebersamaan, sehingga wilayah yang ditetapkan secara sepihak -- bercermin pada cara to ma'kada pada masa lampau -- adalah melanggar sistem dan nilai kehidupan pada masa kini dan ini bisa menimbulkan banyak pertentangan dalam diri masyarakat, antara yang masih setuju dengan aturan ala toma'kada dan prinsip kebebasan dalam kesepakatan bersama antara semua manusia pada masa sekarang.
Terakhir, -- Keempat. Orang Kristen yang diselamatkan dari dosa dan akibatnya, yaitu maut adalah orang-orang yang dipanggil untuk tidak larut dalam dukacita karena kematian tetapi sebaliknya dipanggil untuk hidup bersukacita senantiasa di dalam Tuhan dalam segalah hal. To ma'pan melarutkan diri dalam dukacita yang panjang dan itu berbeda dengan pemahaman Paulus yang menganggap kematian sebagai sesuatu yang lebih baik dari kehidupan (Filipi 1:21-25) sehingga seharusnya kematian seharusnya diterima sebagai berkat.

Panda Bolong dan Iman Kristen

Bagian ini adalah kesimpulan sekaligus penutup dari seluruh kerangka berpikir dalam tulisan ini. Tidak ada jalan keluar pasti yang diusulkan tetapi sekedar pertimbangan-pertimbangan untuk menjadi pedoman dalam menentukan sikap dalam memilih berbagai kemungkinan yang bisa dilalui agar budaya dan Injil tetap manjadi bagian kehidupan yang tidak saling merugikan dan tidak saling mengorbankan satu dengan yang lain; dan bahwa orang percaya dapat menemukan sukacita baik oleh budaya Pa'pandanan dan oleh iman Kepada Yesus Kristus.
  1. Budaya pa'pandanan adalah warisan leluhur yang sangat dekat berkaitan dengan agama pada masa lalu ketika orang-tua kita belum mengenal kekristenan sehingga warnanya adalah agama leluhur dan perlu dikaji ulang dalam terang Kristus. Bahwa, seperti yang telah dikemukakan di atas, di dalam budaya Pa'pandanan juga ada hal-hal yang baik dan mendukung nilai-nilai kristiani, maka budaya ini ditolak sangatlah sulit sebab dalam istilah yang sangat terkenal dari kajian ilmu-ilmu sosial bahwa "budaya adalah the second nature of human. Sebagai alam kedua manusia, budaya ini terkait dengan 'harga diri' atau 'status' manusia sehingga memang tidak akan segampang membalik telapak tangan untuk mengatakan bahwa budaya ini juga mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai yang dikehendaki oleh Kristus. Bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kita akan dapat menemukan cara lain untuk menemukan hal-hal baik yang mendukung nilai Kristen yang ada di dalam budaya pa'pandanan tanpa harus melakukan pa'pandanan untuk mengalaminya.

    Harus disadari bahwa orang yang percaya kepada Yesus Kristus harus selalu mengingat bahwa di dalam hidupnya harus selalu ada 'jadilah kehendak Bapa' dan satu dari kehendak Bapa untuk kita lakukan adalah jangan mencari kehormatan di hadapan manusia.

  2. Sebagai manusia yang sama di hadapan Sang Pencipta, maka sebaiknya budaya pa'pandanan diberlakukan bagi semua orang yang ada dalam masyarakat dan disepakati bersama aturan-aturan yang akan diberlakukan jika acara itu dilaksanakan. Jika ini yang dilaksanakan, maka kita harus bersedia merombak secara total warisan budaya orang-tua menjadi sesuatu yang bersifat Kristiani dan sesuai dengan tatanan sistem hidup manusia sekarang. Secara kristiani, telah disebutkan di atas, bahwa kita seharusnya belajar untuk bersukacita dalam iman atas kematian dan bukan larut dalamnya dan ditambah bahwa akan sulit untuk 'mengubah budaya' terlebih karena acara ini terkait dengan peningkatan status sosial bagi yang mampu melakukannya dan upaya mempertahankannya bagi mereka telah melakukannya, maka pilihan ini sepertinya hanyalah fatamorgana.

  3. Hal terkahir yang bisa dipikirkan bahwa sebaiknya acara pa'pandanan sedikit lebih diperlonggar dalam kehidupan masyarakat, yaitu bahwa dalam pelaksanaan aturan Panda yang terkait dengan acara itu, maka sebaiknya untuk yang bersifat denda terus dilaksanakan karena memberi peningkatan nilai-nilai yang baik dalam masyarakat tetapi untuk yang sifatnya minta izin diberlakukan berdasarkan kerelaan karena jika itu diberlakukan secara kaku, maka akan menghambat perkembangan masyarakat dan bisa menimbulkan kekacauan.

Demikan seluruh kerangka berpikir ini telah disampaikan dalam tulisan singkat ini dan kiranya setiap orang turut memikirkannya menjadi upaya kita bersama untuk mendatangkan 'Kerajan Bapa di surga' dalam kehidupan yang senantiasa dipenuhi dengan segala perkara yang harus dipikirkan untuk menadikannya sebagai kekayaan iman sebab kita percaya bahwa dalam segala perkara Allah turut bekerja untuk mendatangkan yang terbaik untuk umat-umat-Nya.
September 2016

1 Tanda Langngan adalah salah satu dari wilayah Kabupaten Mamasa yang terdiri dari beberapa kecamatan, yaitu Nosu, Pana', Tabang, dan Tabang Barat. Wilayah ini adalah satu dari empat wilayah yang termasuk dalam kesatuan wilayah 'Kondo Sapata' Uai Sapalelean' dalam tatanan kehidupan bersama orang-tua (generasi dahulu) pada zaman dulu. Ketiga wilayah lainnya adalah: Pitu Ulunna Salu, Limbong Kalua', dan Tanda Sau'. Setiap wilayah terdiri dari beberapa kecamatan dalam pengaturan pemerintahan pada masa sekarang.
 2 Ayat-ayat tentang 'pandang bulu':
  • Ulangan 1:17 Dalam mengadili jangan pandang bulu. Baik perkara orang kecil maupun perkara orang besar harus kamu dengarkan. Jangan gentar terhadap siapa pun, sebab pengadilan adalah kepunyaan Allah. Tetapi perkara yang terlalu sukar bagimu, harus kamu hadapkan kepadaku, supaya aku mendengarnya.

  • Ulangan 10:17 Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap;

  • Ulangan 16:19 Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang benar.

  • Amsal 24:23 Juga ini adalah amsal-amsal dari orang bijak. Memandang bulu dalam pengadilan tidaklah baik.


  • Amsal 28:21 Memandang bulu tidaklah baik, tetapi untuk sekerat roti orang membuat pelanggaran.


  • Maleakhi 2:9 Maka Aku pun akan membuat kamu hina dan rendah bagi seluruh umat ini, oleh karena kamu tidak mengikuti jalan yang Kutunjukkan, tetapi memandang bulu dalam pengajaranmu.


  • Roma 2:11 Sebab Allah tidak memandang bulu.


MANUSIA WARISAN AGAMA DAN BUDAYA

Sebagai pendahuluan tulisan ini, pertama-tama dikemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Dalam kaitan dengan itu, maka manusia memerlukan tatanan hidup bersama agar manusia dapat saling berbagi, saling mendukung, saling mengisi dalam kehidupan secara tertib dan aman. Kehidupan yang aman dan tertib itu juga terkait dengan alam di mana suatu masyarakat berada. Untuk tatanan itu, maka timbullah pemikiran-pemikiran yang kemudian dipakai secara bersama berdasarkan kesepakatan bersama sebagai patokan untuk melakukan segala kegiatan dalam kebersamaan dengan orang lain.
Selain menjadi patokan untuk melakukan kegiatan bersama, patokan itu juga menjadi nilai yang mendorong setiap pribadi untuk bertindak dalam kehidupan pribadinya, menjadi penentu cara berpikir, menjadi nilai yang digunakan untuk membina kehidupan dalam interaksi dengan orang lain. Pendeknya menjadi penentu karakter pribadi dalam masyarakat.
Catatan yang telah dikemukakan di atas, hendak memperlihatkan bahwa dalam kehidupan manusia, ada empat komponen yang saling terkait antara yang satu dengan yang lain, yaitu pribadi, masyarakat, alam, dan nilai (patokan, aturan/norma atau apalah namanya. Selanjutnya hanya akan dipakai istilah ”nilai”). Selain empat komponen yang telah disebutkan, masih ada satu komponen lain lagi yang belum disebutkan tetapi pasti selalu ada dalam setiap masyarakat, yaitu bahwa masyarakat dan pribadi dalam menjalani hidup berdasarkan nilai yang disepakati bersama itu menyesuaikannya dengan kuasa yang berada di luar manusia, katakanlah yang transenden.
Jadi, dapat dilihat bahwa ada keterikatan antara pribadi dan masyarakat, antara pribadi dan nilai, antara masyarakat dan nilai, antara manusia (pribadi dan masyarakat) dengan alam. Dan, tentu saja ada keterkaitan antara semuanya dengan yang transenden. Dalam kesalingterkaitan itulah manusia mengenal istilah budaya dan agama.
Karena itu, adalah sangat sulit untuk melihat bahwa ada pengertian agama yang terlepas dari budaya dan sebaliknya sulit untuk memahami pengertian budaya terlepas dari agama. Ada tumpang tindih antara kedua pengertian tersebut. Sebagai contoh tumpang tindih tersebut dapat dikemukakan dalam definisi agama menurut etimologi dan definisi budaya menurut Bekker; secara etimologi, agama berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari a – tidak dan gama – kacau, jadi agama artinya tidak kacau (etimologi ini masih menjadi polemik, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju). Dalam pengertian ini ada unsur tertib dan aman dan pastilah bahwa dalam agama nilai yang utama adalah hubungan manusia dengan yang transenden. Bekker menyebut hakikat kebudayaan adalah penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai-nilai insani, atau dengan kata lain budaya adalah ”man humanizing himself in humanizing the world around him” (Filsafat Kebudayaan, 2005. Hal. 22). Kalau agama didefinisikan sebagai kepercayaan manusia kepada Tuhan (Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994. Hal. 9.), maka itu berarti bahwa agama adalah bagian dari budaya tetapi kalau dilihat bahwa agama itu adalah jiwa masyarakat (pendapat Emile Durkheim), maka berarti bahwa agama adalah sejajar, kalau tidak lebih tinggi dari budaya. Dalam tumpang tindih pengertian antara agama dan budaya kemudian dikenal istilah agama samawi – yang berasal dari Allah dan agama wadi – agama budaya (Kamus Ilmiah Pupoler. Hal. 10) sehingga semakin sulit untuk memahami apa itu agama dan apa itu budaya. Tetapi yang jelas bahwa agama maupun budaya adalah tempat di mana manusia dapat memperoleh nilai yang menjadi patokan untuk menjalani hidup sebab baik agama maupun budaya berbicara tentang hal yang sama, yaitu bagaimana manusia menjadi rohani dalam hidup yang tidak kacau di alam ini dan di hadapan yang transenden. Di dalam agama dan di dalam budaya manusia berbicara tentang manusia, alam, dan tentang yang transenden.
Catatan pendahuluan di atas kiranya menjadi perhatian dalam rangka mempertemukan agama khususnya agama Kristen (baca: gereja) dan budaya di mana Injil diberitakan oleh gereja. Disadari atau tidak kita sering melihat bahwa agama Kristen lebih tinggi dari budaya sebab kita berbicara tentang transformasi budaya kalau yang dimaksudkan adalah bahwa budaya diubah bentuknya dan disesuaikan dengan injil tetapi kalau sebaliknya kita kadang melihatnya sebagai sinkretisme. Marilah kita berpikir bahwa pada saat terjadi transformasi budaya itu juga adalah transformasi injil sebab injil dipahami dalam budaya setempat.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana melihat Injil yang utuh tanpa budaya dan sepertinya itu tidak mungkin sebab ketika Injil itu hadir melalui pelayanan Yesus, ia dipahami dalam budaya Yahudi dan mendapatkan bentuknya dalam budaya tersebut, lalu ia (injil itu) kemudian mendapat bentuk dalam budaya Yunani dan selanjutnya mendapat bentuk dalam budaya Barat. Injil yang sampai kepada kita adalah injil yang telah mendapatkan bentuk dalam budaya-budaya itu. Karena itu kita mengalami kesulitan sebab injil yang sampai kepada kita telah memperoleh bentuk (dibungkus) oleh tiga budaya yang telah disebutkan sehingga kita harus belajar untuk melihat setiap bungkusan itu ketika injil itu sampai kepada kita, dan tugas itu mungkin telah kita lakukan dalam hermeneutik.
Hermeneutik tidak boleh berhenti pada melihat bungkusan budaya tetapi harus dilanjutkan dengan bagaimana injil itu bisa dibungkus dengan budaya kita di sini. Dan ini berarti bahwa kita harus belajar untuk melihat nilai inti yang dibalik bungkusan itu untuk kita pahami dalam budaya kita di sini, katakanlah bagaimana inti injil yang berisi kasih kepada Tuhan dan sesama yang di dalamnya ada pengampunan, kesetiaan, ketaatan dan lain-lainnya dapat hidup untuk kita di sini yang mempunyai budaya sendiri dari budaya mereka yang telah lebih dahulu mengalami injil dan membungkusnya dengan budaya mereka sendiri kemudian diwariskan kepada kita di sini.
Kita harus sadar bahwa kita yang di sini adalah manusia yang karakternya (baik secara pribadi maupun kehidupan sosial) adalah warisan budaya kita di sini dan bahwa agama Kristen (baca: Injil) adalah warisan yang kita terima dari budaya lain sehingga kita mampu untuk bertanya bagaimana warisan dari budaya lain itu dapat saya pahami dari budaya saya sendiri ataukah kita harus berusaha untuk menerima injil lengkap dengan bungkusannya. Adalah lebih bijaksana untuk memilih bahwa kita harus memahami injil dalam budaya kita sendiri sebab budaya kita adalah hidup kita sendiri; ada yang menyebut budaya sebagai the second nature of human. Untuk bisa melakukan ini, kita harus belajar untuk melihat nilai-nilai injil yang ada dalam budaya kita sebaliknya berusaha untuk melihat mana nilai-nilai budaya kita yang harus diubah oleh injil. Injil bukanlah di atas budaya kita tetapi ada dalam budaya kita dan sebaliknya budaya kita tidaklah di atas injil tetapi di dalam injil. Dengan memahami ini kita bisa hidup dalam budaya kita yang selalu berhubungan dengan injil tanpa ada yang merasa menang tetapi saling membangun dan akhirnya kita menjadi manusia rohani oleh budaya dan oleh agama. Budaya kita di dalam agama Kristen dan agama Kristen (baca: injil) kita dipahami dalam budaya kita.
Harapan kita bahwa semuanya ini mengajarkan kepada kita untuk menjadi rendah hati dalam budaya dan agama kita dan tidak membuat agama dan budaya saling menghakimi sehingga kita sendiri hidup dalam pertikaian yang membuat kita tidak bisa hidup mewarisi baik agama maupun budaya kita. Semoga agama dan budaya bisa terus diwariskan tanpa ada yang hilang karena dihilangkan oleh yang satu; tidak ada transformasi budaya (atau mungkin sinkretisme) yang merugikan budaya maupun injil.
Tujuan akhir kita adalah bahwa hidup kita adalah warisan dari agama dan budaya kita dan bahwa tanggungjawab kitalah untuk membuat generasi mendatang hidup mewarisi dan dibentuk (menjadi warisan) agama dan budaya. Kita adalah warisan budaya dan agama yaitu agama yang ada dalam budaya dan budaya yang ada dalam agama.

Tulisan ini adalah sebuah karya ketika masih kuliah di UKIT

Tidak Baik Sendiri

(Kejadian 2:18-25)

Sidang Jemaat yang dikasihi Tuhan; pada saat ini kita duduk bersama di hadapan Tuhan dalam suasana sukacita menyaksikan pernikahan kedua anak kita yang oleh anugerah Tuhan akan dipersatukan menjadi keluarga yang diberkati oleh Tuhan hari ini. Sukacita kita adalah sukacita bersama dan memang itulah satu dari segi kemanusiaan yang harus kita paham bahwa manusia akan mengalami sukacita jika ada kebersamaan dengan orang lain.
Ketika orang membaca Kejadian 2:18, umumnya orang memahaminya bahwa tidak baik kalau orang tidak menikah; laki-laki harus punya isteri dan perempuan harus punya suami. Ayatnya tidak berbunyi bahwa tidak baik kalau manusia tidak menikah. Manusia yang menikah itu memang sudah baik tetapi kalau ia tidak hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain, tetap saja tidak baik. Lihatlah misalnya pendapat Yesus dan Paulus yang mengatakan bahwa ada yg lebih baik bagi manusia dari pada menikah, yaitu tidak menikah untuk pelayanan bagi Tuhan (Matius 19:1-12; 1 Korintus 7, khususnya pada ayat 32). Tetapi Paulus mengatakan bahwa lebih baik menikah daripada hangus oleh hawa nafsu (1 Korintus 7:9).
Manusia yang sendiri di taman Eden itu membutuhkan teman dan untuk memenuhi kebutuhan ini Tuhan menciptakan segala binatang hutang dan burung-burung di udara. Ketika itu dibawa kepada manusia, ternyata manusia tidak menemukan teman yang cocok untuk dirinya; manusia hanya cocok berteman dengan manusia. karena itu, pesan bagi yang menikah saat ini dan kepada setiap orang yang telah menjalani kehidupan berumah-tangga ialah bahwa tidak baik bagi manusia kalau ia tidak menghargai kemanusiaan - berlaku seperti binatang. Orang yang tidak menghargai pasangannya sebagai manusia tidak akan mengalami kehidupan berumah-tangga yang baik; setiap orang yang tidak menghargai sesamanya manusia sebagai manusia akan disebut sebagai yang tidak baik; jangan perlakuka manusia sebagai binatang sebab kegagalan dalam hubungan dengan sesama manusia berarti hilangnya berkat dalam kehidupan kita. Orang yang mengasihi pasangannya tetapi tidak menghargai orang lain, tidak bertetangga dengan baik, maka kehidupan rumah tangganya jauh dari berkat.
Jodoh di tangan Tuhan, itu adalah semboyan yang sangat terkenal ketika orang mencari pasangan hidup. Dalam pembacaan kita terlihat bahwa Tuhan menciptakan perempuan bagi laki-laki, berarti memang bahwa pasangan hidup itu adalah dari Tuhan - Jodoh di tangan Tuhan. Perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk, tulang yang dekat dengan hati dan berfungsi untuk melindungi hati. Laki-laki harus mendekatkan hatinya kepada pasangannya dan perempuan harus melindungi hati pasangannya. Laki-laki mengasihi isterinya dan keluarganya dengan segenap hatinya dan perempuan menjaga kehormatan suami dan keluarganya dengan segenap kekuatan.
Kalau demikian yang terjadi, maka tetap ada jodoh di tangan Tuhan.
Bisakah jodoh tidak lagi jodoh? Jodoh artinya pasangan yang tepat (untuk mengerti hal ini, lihatlah soal menjodohkan yang biasa dipelajari anak-anak sekolah; ada pernyataan yang harus dipasangkan dengan penjelasannya) dan setiap laki-laki sebenarnya bisa menjadi pasangan yang tepat bagi semua perempuan tetapi kita memilih satu untuk menjadi pasangan karena Tuhanlah yang menentukannya untuk kita; itu arti pertama dari jodoh di tangan Tuhan. Tetapi kita bisa tidak jodoh dengan pasangan yang kita pilih jika kita gagal untuk memahami arti kedua dari ungkapan jodoh di tangan Tuhan, yaitu bahwa kita tetap akan serasi, tetap cocok jika kita tetap melakukan kehendak Tuhan. Sudah banyak pasangan yang pernikahannya hancur karena ada di antara mereka yang tidak lagi melakukan kehendak Tuhan.
Hal terakhir dalam pembacaan ini adalah bahwa orang yang masuk dalam pernikahan itu harus mandiri, meninggalkan ayah dan ibu untuk menyatu dengan isterinya. Artinya bahwa keluarga harus mampu memikirkan sendiri kehidupan kehidupan dan dasar dari kemandirian itu adalah kasih sepenuh jiwa. Saya heran, siapa yang memberitahukan kepada Adam bahwa itulah tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya tetapi ia tahu. Inilah dasar kemandirian keluarga perasaan jiwa manusia bahwa pasangannya adalah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Dengan ini manusia akan bersemangat untuk mengusahakan yang dibutuhkan oleh tulang dan dagingnya dalam kesadaran bahwa itu adalah karunia Tuhan yang terindah.
 
Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Satu Hari Bisa Berarti Seribu Tahun

2 Petrus 3:1-16

Hari Tuhan, kedatangan Tuhan Yesus untuk kali yang kedua ke dalam dunia untuk menjemput orang yang baik dibawa ke surga dan orang jahat dibawa ke neraka, menjadi sebuah pokok iman Kristen.Pada masa awal kekristenan, banyak Rasul terutama Paulus mungkin meyakini bahwa Hari Tuhan itu akan segera terjadi. Tetapi karena hal itu tidak terjadi juga, maka banyak orang yang mengejek orang Kristen mengenai pokok ini; "Katanya, Tuhan mau datang; mengapa tidak terjadi juga? Hinaan ini menjadi sebuah tantangan untuk membuktikan bahwa kepercayaan orang Kristen adalah sesuatu yang sia-sia. Kekristenan adalah sebuah kebohongan; Dan sepertinya ejekan ini membuat bimbang iman banyak orang Kristen, banyak orang yang bimbang akan janji itu. Petrus menulis suratnya untuk menguatkan iman yang lemah dari orang-orang kristen yang tergoyang oleh ejekan itu.

Sekarang, dalam kehidupan beriman kita sebagai orang Kristen, sepertinya hal ini tetap menjadi pergumulan kita. Kita tidak lagi diejek tetapi karena kita sudah terlalu sering mendengarnya, maka sepertinya hal ini sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja dan orang sudah tidak lagi menjadikan hal itu sebagai pokok iman yang harus selalu diperhatikan untuk mewarnai kehidupan. Orang sudah terpaku pada kehidupan dan tidak lagi memperdulikan bahwa Tuhan Yesus akan datang dan mengadili manusia. Untuk banyak perkara, manusia melakukan kegiatannya tanpa sadar akan adanya Hari Tuhan; bahkan untuk hal sepele sekali pun manusia tergoda untuk melupakan hal soal Hari Tuhan, misalnya: Orang yang bermain kartu domino untuk menghibur diri, mengisi waktu luang saja, melakukannya sambil saling menipu. Mereka cari hiburan tetapi untuk itu mereka akan terhitung sebagai orang yang rugi ketika Hari Tuhan datang.

Satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Kalimat ini hendak menyatakan kepada kita bahwa di hadapan Allah yang terutama bukan soal berapa lama sesuatu dikerjakan tetapi yang terutama adalah bagaimana sesuatu dikerjakan. Bukan soal berapa lama manusia hidup yang penting tetapi bagaimana seseorang hidup itu yang harus diperhatikan. Saudara mungkin sudah lama hidup, sudah tua, beruban tetapi kalau anda tidak melakukan yang benar di hadapan Tuhan, maka Saudara sama seperti baru kemarin lahir, anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Sebaliknya mungkin ada orang yang kesempatan hidupnya hanya singkat tetapi karena hidupnya berkenan kepada Tuhan, maka ia adalah orang yang sudah berumur seribu tahun, suatu hidup yang penuh dengan makna di hadapan Tuhan.

Petrus, mengacu pada tulisan-tulisan Paulus yang kebanyakan sukar dipahami oleh orang, memperlihatkan sisi yang tidak dipertimbangkan oleh mereka yang menghina pokok iman kekristenan tentang Hari Tuhan, yaitu bahwa jika Tuhan belum melakukannya, itu berarti bahwa kita yang percaya kepada Tuhan dan perkara Hari Tuhan, diberi kesempatan untuk bertobat, memperbaiki diri agar janji keselamatan menjadi bahagian hidup kita dan bukan sebaliknya mendukung pemikiran orang-orang yang tidak percaya akan adanya Hari Tuhan dengan memperlihatkan cara hidup yang dikuasai oleh hawa nafsu dan tidak peduli janji Tuhan yang akan datang untuk memberi keselamatan dari api hukuman. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup, demikian kesimpulan dari tuntutan yang hendaknya kita perhatikan dalam pasal 3:11 pembacaan kita.

Hal terakhir, bahwa Hari Tuhan itu akan datang seperti pencuri; tidak ada yang tahun kapan tibanya. Bagi kita, hal ini pertama harus dilihat sebagai sebuah keadaan yang sudah terjadi ketika ajal tiba. Sama seperti tidak ada yang memastikan kapal ajal tiba, maka berarti bahwa kematian itu sama dengan Hari Tuhan, tidak ada yang tahu pasti kapan ia akan tiba. Setelah orang meninggal dunia, maka bagi dia tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri tetapi tinggal menunggu datangnya Hari Tuhan, maka dapat dikatakan bahwa kematian adalah langkah pertama untuk menuju ke Hari Tuhan. Kita yang masih hidup harus bersyukur karena kita masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri, tetapi sebalinya kita juga bersyukur atas orang-orang yang kita kasihi yang telah 'pergi' karena mereka tidak lagi bisa dipermainkan oleh dunia dengan godaan-godaannya.

Supaya tidak panjang lebar, kita katakan saja bahwa sehari atau seribu tahun masa hidup kita, itu tidak penting tetapi yang tetap harus kita ingat bahwa kapan kematian tiba saya yakin bahwa saya hidup Seribu tahun di hadapan Tuhan; bahkan jika Hari Tuhan tiba sebelum saya meninggal dunia, saya tetap berumur seribu tahun.

Amin

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

PENDIDIKAN ADALAH TANGGUNG JAWAB BERSAMA

(Ulangan 6:4-9)


Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan; kitab ulangan adalah kitab yang berisi khotbah Musa yang sifatnya adalah undangan/himbauan bagi bangsa Israel agar tetap setia kepada Tuhan dan tidak menyimpang dari ajaran-Nya. Hanya orang yang tetap melakukan perintah Tuhan yang menjadi orang benar (Ul. 6:25).

Khotbah ini disampaikan Musa di seberang sungai Yordan sebagai pesan terakhir sebelum ia meninggal. Khotbah yang mengulangi kisah yang telah terjadi dalam kehidupan bangsa Israel, yaitu Tuhan dengan kuasa -Nya telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan menuntunnya dalam perjalanan 40 tahun di padang gurun supaya bangsa Israel belajar berpegang pada perintah Tuhan. Sebuah khotbah yang dimaksudkan untuk pendidikan.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan. Pendidikan adalah sangat penting dan dalam bulan ini (Mei 2010) khotbah seragam GTM, yang terlambat selesai, bertema ”pendidikan”. Dalam bulan ini kita juga merayakan hari pendidikan Nasional – 2 Mei –. Ada yang tahu mengapa tanggal 2 Mei yang menjadi tanggal peringatan hari pendidikan? (Hari lahirnya BPK Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara).

Sekolah biasanya dikenal sebagai lembaga pendidikan dan bukan lembaga pengajaran tetapi sekarang sering menjadi kenyataan bahwa sudah terbalik, orang pintar sering menjadi orang yang tidak terdidik; banyak orang yang bersekolah justru yang menjadi orang yang kurang ajar; mereka melakukan korupsi, menipu dengan kemampuan yang mereka miliki, dll. Mari kita melihat bersama bahwa sekolah mesti menyeimbangkan antara pendidikan dan pengajaran.

Selanjutnya, mesti disadari bahwa pendidikan bukan hanya tugas sekolah tetapi adalah tugas semua pihak. Dalam pembacaan kita tergambar bahwa pendidikan adalah tanggung jawab pribadi dan keluarga. Musa meminta: kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu; ini adalah tanggung jawab pribadi – tidak usah ikut-ikutan pada yang tidak mau melakukannya. Hal ini diharapkan menjadi pegangan setiap pribadi, terutama yang sudah dewasa, dalam keluarga supaya keluarga menjalani kehidupan yang berkenan dan berbahagia.

Keluarga memegang peranan utama dalam mengembangkan pendidikan. Musa meminta supaya keluarga mengajarkan tentang mengasihi TUHAN kepada anak-anak secara berulang-ulang, ketika sedang duduk di rumah (baca: sedang santai), di dalam perjalanan (baca: sedang melakukan kegiatan atau bekerja), waktu hendak berbaring (baca: mengakhiri hari – pada waktu malam), dan ketika bangun (baca: mengawali hari). Pendeknya hal ini harus diajarkan berulang-ulang dalam semua keadaan dan setiap waktu.

Dalam ayat ke-8 kembali diminta tanggung jawab pribadi untuk melakukan perintah Tuhan dengan mengikatkannya sebagai tanda pada tangan dan lambang di dahi. Dalam Alkitab bahasa Indonesia sehari-hari yang diperlengkapi dengan gambar-gambar, pada bagian ini diperlihatkan gambar ”gambar hukum Tuhan diikatkan di dahi”. Hal ini menyatakan kepada kita bahwa dalam masyarakat Israel pada zaman dahulu, ketentuan ini berlaku secara leterlek (sebagaimana tertulis) – entah kalau sekarang. Tetapi marilah kita memahami bahwa kasih kepada TUHAN juga adalah tanda pada tangan kita dalam arti bahwa seluruh tindakan kita, yang kita lakukan dengan tangan kita, selalu diwarnai dengan ketaatan kepada hukum TUHAN dan kasih kepada TUHAN juga menjadi lambang di dahi kita dalam arti bahwa kita selalu berpikir sesuai dengan kehendak TUHAN.

Ayat ke-9 adalah gambaran bagi kita bahwa lingkungan rumah kita juga dipenuhi dengan takut akan TUHAN. Mane tamai tau tama biring tarampakta, ummolai pintu gerbang - ke denganni, nang nasa’dingmi kumua to ukkarea’ inde Dewata toma’banua ia e. Tamai banua nang nakassaimi pole’ kumua tae sala pa’pesa’dingna (terjemahan: Ketika orang baru sampai di pinggir halaman rumah, melalui pintu gerbang - jika ada, dia sudah merasakan bahwa tuan rumah adalah keluarga yang takut akan TUHAN; setelah masuk ke rumah – melewati pintu, menjadi jelas bahwa apa yang dirasakannya adalah sebuah kebenaran).

Siapa yang mesti kita kasihi dan ajarkan berulang-ulang kepada anak-anak? TUHAN Yang Esa! (ayat 4). Tuhan yang tidak ada duanya. Kalau ada yang menduakan TUHAN atau menomorduakan TUHAN, dia sesat. Di dunia ini banyak hal yang bisa dijadikan orang menjadi yang terutama selain TUHAN: kekuasaan, keahlian, kekerasan, dan banyak hal lain lagi.

Karena ini HARDIKNAS (Hari Pendidikan Nasional) maka baiklah kita ingat hal ini: Kita bersyukur kalau anak kita pintar tapi kalau ada orang pintar yang kurang ajar, dia juga sesat. Amin.

20 Mei 2010

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Pembangunan Bait Suci Mendatangkan Berkat

(Hagai 2:16-20)

Bangsa Israel adalah bangsa yang pada masa lalu dihukum oleh Tuhan sehingga mereka dikalahkan oleh musuh dan dibawa tertawan ke negeri orang asing; Nebukadnezar dari kerajaan Babel mengalahkan mereka dan membawa mereka tertawan ke Babel. Mereka ada di sana selama 70 tahun sampai akhirnya Babel dikalahkan oleh bangsa Media dan Persia dan raja Media dan Persia, yaitu Koresy mengizinkan mereka pulang dengan tugas utama untuk membangun bait suci (Ezra 1:1 dyb).
Setelah bangsa Israel sampai di Yehuda, pada bulan ketujuh setelah mereka sampai, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Bait Suci sebagai awal dari pembangunan kembali Israel.
Tetapi pembangunan ini tidak berlanjut terus karena berbagai tantangan. Pertama, tantangan dari luar; yaitu tantangan dari bangsa-bangsa sekitar yang tidak suka dengan pembangunan itu, dan kedua, tantangan dari dalam. Tantangan kedua ini terkait dengan tantangan yang pertama atau tantangan dari luar; di mana tantangan dari bangsa-bangsa lain menyusutkan semangat dari bangsa Israel untuk melanjutkan pembangunan. Semangat bangsa Israel untuk membangun semakin disurutkan oleh bencana alam yang menggagalkan panen sehingga mereka berpikir bahwa mereka harus kehidupan ekonomi mereka dulu baru melanjutkan pembangunan Bait suci. Karena itu, pembangunan Bait Suci di Israel setelah pembuangan memakan waktu sampai bertahun-tahun; hampir dua puluh tahun baru dapat diselesaikan.
Karena itu, Hagai diutus Tuhan untuk mengatakan Firman Allah kepada bangsa Israel untuk tidak salah memahami proses pembangunan Bait Suci. Bukan nanti ada berkat baru kami membangun tetapi kami membangun supaya ada berkat yang mengalir ke dalam kehidupan kami.
Jika warga jemaat tetap berpikir bahwa perhatian kepada hal-hal yang bersifat pembangunan rohani dinomorduakan dan usaha untuk memperbaiki taraf kehidupan ekonomi diutamakan, maka ingatlah bahwa hal itu tidak akan menyebabkan orang mengalami damai sejahtera. Sebab Tuhan mengurangi hasil yang diperolehnya dari pekerjaan yang dilakukannya. Semakin banyak hasil yang diharapkan semakin banyak yang berkurang; dari dua puluh menjadi sepuluh (berarti setengahnya berkurang) tetapi dari yang lima puluh tinggal dua puluh (lebih dari setengahnya yang berkurang). Itu berarti bapak, ibu dan saudara-saudari bahwa Jika kita tidak memperhatikan hidup untuk melakukan pembangunan hidup yang beribadah kepada Tuhan, maka tidak ada gunanya kita untuk melakukan kegiatan sehari-hari sebab itu tidak akan membawa hasil yang memadai untuk kehidupan kita.
Sebaliknya marilah kita meyakini janji Tuhan bahwa semakin orang memperhatikan pembangunan bait suci, maka ia akan memberi berkat kepada umat-Nya supaya pembangunan untuk mendirikan rumah Ibadah saat ini kita kerjakan dengan sukacita dan tidak dengan mengeluh. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

MENCAPAI NILAI STABIL YANG BAIK

Matius 21:28-32


Membaca bagian ini, hal pertama yang ada dalam pemahaman kita adalah adanya perubahan nilai pada kedua anak dari seorang bapa yang meminta kedua anaknya untuk bekerja di kebun anggur hari ini:
  • Anak sulung memulai dengan nilai yang baik, yaitu memberi jawab yang diharapkan, lalu mengakhirinya dengan nilai yang buruk, yaitu tidak melakukan apa yang ia telah ucapkan; pada akhirnya nilai akhir dari anak sulung adalah tidak sejalan antara kata dan perbuatan dan itu adalah buruk.
  • Anak bungsu memulai dengan nilai yang buruk, yaitu memberi jawab yang tidak diharapkan, menjadi anak yang tidak penurut. Lalu nilai buruk itu diperbaiki dengan tindakan yang menyatakan penyesalan dan upaya memperbaiki diri dengan perbuatan yang nyata. Nilai akhirnya adalah berubah dari buruk ke baik dan itu adalah baik.


Setelah membaca nilai yang ada pada kedua anak itu, sekarang kita akan melihat nilai dari pasangan bercerita Tuhan Yesus dan dari orang yang terkait atau yang disinggung dalam topik itu:
  • Nilai yang ada pada pasangan cerita Yesus (disebut mereka dalam ayat 31 yang adalah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi; lih. Mat 21:23) adalah dari tidak percaya kepada tetap tidak percaya. Sebuah nilai yang disebut sebagai yang tertinggal - kamu akan didahului – meskipun secara perkiraan manusia mereka adalah orang yang diperhitungkan sebagai yang terdahulu soal kepercayaan sebab mereka adalah pemuka-pemuka agama.
  • Nilai yang ada pada pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal, yaitu mereka yang tidak diperhitungkan dalam hal agama apalagi kepercayaan, adalah berubah dari tidak peduli agama menjadi orang yang percaya dan ini disebut sebagai kemajuan – mereka akan mendahului – dan berhak menerima yang terbaik, yaitu masuk dalam ke dalam kerajaan Allah.


Setelah melihat nilai-nilai di atas, maka masih ada satu nilai idealis yang barangkali tidak mustahil untuk dilalui dan dihayati dalam hidup, yaitu dari baik tetap baik; dari percaya tetap percaya – Nilai stabil yang baik adalah stabil sebagai yang terbaik.

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Tuhan Sumber Hayat

Mazmur 36:6-11

Keseluruhan Mazmur 36 ini adalah doa untuk memohon perindungan Tuhan dari orang fasik. Alasan pemazmur untuk melakukan itu ialah bahwa Tuhan itu penuh kasih bagi umat yang senantiasa menyerahkan diri kepada-Nya. Tuhan akan membela umat-Nya dari kefasikan dunia dan menyelamatkan dari kesiksaan sebagai akibat dari perbuatan orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Pada saat ini, kita akan melihat bagaimana besarnya kasih Allah itu dalam ungkapan pemazmur. Kasih itu adalah kasih yang tiada taranya, tiada bandingnya, tiada duanya; kasih yang digambarkan sebagai 'yang sampai ke langit'. Langit, baik dahulu maupun sekarang, kadang-kadang menjadi simbol bagi sesuatu yang di luar jangkauan kekuasaan manusia, dan kasih Allah sampai ke sana. Satu dari keadaan yang tidak akan pernah dijangkau oleh Manusia adalah kematian, tetapi tidak usah kita bimbang sebab dalam iman, kita percaya bahwa kasih Allah ada di sana. Allah tetap mengasihi suami, isteri, anak, saudara, dan setiap orang yang telah sampai ke sana.
Untuk kita yang tinggal di dunia, yang berduka ketika ada peristiwa kematian, ingatlah bahwa Allah itu setia dan kesetiaan-Nya sampai ke awan. Dalam Alkitab, awan adalah gambaran dari berkat Allah sebab awan sering menjadi pertanda turunnya hujan dan bagi masyarakat Timur tengah yang memang sebagian besar wilayahnya sangat tergantung pada curah hujan untuk bisa menanam, maka awan adalah pertanda berkat Tuhan. Tetapi juga bahwa awan sering menjadi gambaran tentang suatu perkara yang tidak sepenuhnya dipahami oleh manusia atau sesuatu yang bersifat sementara; tetapi kesetiaan Allah juga sampai ke awan kehidupan kita.
Allah adalah pribadi yang pada-Nya umat dapat berlidung; Ia digambar sebagai gunung yang pada-Nya manusia berlindung sehingga manusia diselamatkan. Tuhan melindungi dengan keadilan-Nya dan hukum-hukumnya. Artinya bahwa supaya kita dihiburkan dalam kedukaan kita, kita harus bisa melihat bahwa kematian itu adalah keadilan Tuhan; bahkan kita harus mampu melihat bahwa kematian adalah kasih Allah yang paling besar bagi manusia. Orang yang bisa memahami bahwa Allah itu adil, maka ia akan minum dari sungai kesenangan.
Ayat 10; Allah adalah sumber hayat; kehidupan yang hakiki, kehidupan yang sesungguhnya. Jika kita menggunakan terang yang sesungguhnya, yaitu kasih Allah, maka kita dengan terang - dengan jelas melihat kehidupan yang sesungguhnya bahwa hidup yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa bersama dengan Sang Pemberi kehidupan.
Ayat 11; Doa kita adalah "lanjutkanlah kasih setia-Mu" pada orang yang mengenal Engkau, baik yang masih hidup maupun yang telah kembali kepada Penciptanya; sudah sampai ke langit kehidupan manusia

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

MEMEGANG PRINSIP MENJADI YANG TERBAIK

Matius 7:12-14


Ada dua prinsip yang mempengaruhi hidup manusia dalam hal hubungan dengan sesama manusia: 1). Prinsip keseimbangan, 2). Prinsip sebab-akibat.

Prinsip keseimbangan; manusia berharap bahwa apa yang terjadi seimbang dengan apa yang dilakukannya; setiap orang menerima sesuai dengan andilnya atau perannya masing-masing. Bekerja banyak hasil banyak, bekerja sedikit berarti hasilnya sedikit. Jika untuk pekerjaan yang sama dan tenaga kita sama besar dengan orang lain tetapi dibayar lebih sedikit, maka kita pasti akan kecewa.

Prinsip keseimbangan ini jadi tidak berlaku bagi mereka yang berakal, mereka yang mempunyai banyak pengetahuan. Sebagai contoh: pekerjaan batu. Dalam pekerjaan ini, buruh tenaganya lebih besar dari pada tukang, tetapi kita sadar bahwa tukang berhak untuk mendapat yang lebih besar, karena ia memiliki kepandaian (=keterampilan) yang lebih. Karena itu, marilah kita berusaha dalam hidup ini untuk memiliki pengetahuan yang semakin lebih baik dari sebelumnya.

Prinsip sebab-akibat – apa yang kita lakukan akan mendatangkan akibat tertentu bagi kita. Jika melakukan yang baik maka akan ada kebaikan, atau kehormatan, atau kasih yang akan kita terima. Jika melakukan yang jahat atau buruk, maka yang akan kita terima adalah hukuman, dan keterasingan dalam pergaulan dan hal buruk lainnya. Alangkah tidak adilnya jika ada orang yang melakukan kebaikan kepada kita tetapi kita membalasnya dengan kejahatan. Memang tak sedap jika air susu dibalas dengan air tuba.

Bagi orang percaya, kedua prinsip ini tidak dapat berlaku secara mutlak, tetapi hanya dalam kadar-kadar tertentu. Dalam prinsip keseimbangan, orang percaya diharapkan untuk tetap menghargai (=perwujudan kasih) setiap orang, sekecil apa peran bahkan meskipun tanpa peran sama sekali. Dalam prinsip sebab akibat, orang memberlakukan aturan ini, pembalasan lebih besar dari perbuatan: kau baik, saya lebih baik – dan kalau kau jahat, saya lebih jahat lagi. Orang Kristen hanya bisa menerima sampai pada kau baik, maka saya lebih baik lagi tetapi tidak pada kau jahat, maka saya lebih jahat lagi. Bagi orang Kristen dengan panggilan tuk mengasihi orang yang membenci kita, hal inilah yang mesti kita katakan: kau baik, saya baik – kau jahat saya tetap baik sebab memang saya adalah orang yang baik. Dan itulah prinsip orang Kristen dalam pergaulan, saya tetap yang terbaik.

Jika kedua prinsip di atas dilakukan secara kasar sebagaimana kebanyakan orang memahami dan melakukannya, maka itulah jalan lebar yang menuju ke kebinasaan. Jika kedua prinsip diterima dan dilengkapi dengan prinsip tetap jadi yang terbaik, kita akan menemukan bahwa berjalan di jalan sempit itu ternyata menyenangkan.

Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Kerajaan Allah dimulai dari kecil ke besar

Matius 13:31-35


Perikop ini menjelaskan tentang kerajaan Sorga. Kerajaan sorga adalah istilah yang searti dengan kerajaan Allah; Matius memakai istilah Kerajaan Sorga karena ia menulis Injilnya kepada orang Yahudi yang sangat dipengaruhi dengan Hukum Taurat yang salah satunya adalah 'Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan'.
Untuk pemahaman sehari-hari kita, Kerajaan Allah adalah tempat dan keadaan di mana yang berlaku adalah kehendak Allah. Dan Perumpamaan yang ada dalam perikop ini adalah pembacaan yang mengarahkan kita untuk melihat bahwa Kerajaan Sorga atau kerajaan Allah itu adalah sesuatu yang bertumbuh dan sesuatu yang berpengaruh besar.
Bertumbuh, artinya bahwa kerajaan Allah itu adalah sesuatu yang harus dimulai dengan benih. Tidak ada sesawi yang besar tanpa ada biji yang jatuh ke tanah. Dan benih jatuh ke tanah itu, biasanya harus merupakan pekerjaan yang dipikirkan secara serius dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Biji yang sudah tumbuh tapi tidak dirawat juga tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Bertumbuh juga berarti bahwa itu dimulai dari kecil kemudian ada yang besar. Saya biasanya mengatakan bahwa "yang kecil itu selalu berarti besar" sebab hanya orang-orang yang memperhatikan hal-hal kecil yang bisa mencapai hal-hal yang besar; Tuhan Yesus berkata, "bahwa mereka yang setia dalam perkara yang kecil adalah orang yang juga bisa diandalkan untuk perkara yang besar" (Matius 25a:21, 23;Lukas 16:10). Orang yang tidak mempedulikan hal-hal kecil tidak akan menjadi orang besar; bahkan pepatah mengingatkan kita pada resiko mengabaikan perkara kecil, 'Orang tidak tersandung pada batu besar tetapi pada batu kecil'. Semoga kita sadar bahwa banyak hal besar yang menjadi rusak oleh hal-hal kecil yang dianggap sepele saja.

Setelah melihat uraian tentang Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah itu bertumbuh, maka berikut diuraikan tentang Kerajaan Allah itu Berpengaruh besar. Dalam pembacaan kita, tentang pengaruh kerajaan Allah itu digambarkan dengan burung yang bersarang pada pada cabang-cabang pohon sesawi dan digambarkan juga sebagai ragi yang mengembangkan adonan. Kerajaan sorga yang nyata dalam kehidupan kita akan mendatangkan sukacita dalam kehidupan kita secara pribadi dan akan membawa kebahagiaan kepada orang lain juga. Jika ada orang yang baru bergabung lagi ke dalam persekutuan setelah lama tidak aktif, bukankah sukacita itu terasa dalam kehidupan beriman kita? Tetapi Kerajaan Allah juga akan mendatangkan pengaruh yang sangat besar ke dalam kehidupan kita secara pribadi dan inilah titik awal pengaruh Kerajaan Allah bahwa orang yang hidup dalam lingkup Kerajaan Allah akan memancarkan hidup yang bahagia dan mulia sehingga orang lain juga akan mengikutinya.

Akhirnya bahwa Kerajaan Allah itu harus bertumbuh dalam kehidupan setiap orang percaya secara pribadi dan jika Kerajaan Allah sudah bertumbuh dalam kehidupan pribadi setiap orang, maka itu akan mendatangkan kemuliaan bagi keluarga, persekutuan, jemaat, masyarakat atau apa pun sebutan lembaga manusia.

Dimulai dari kecil bertumbuh menjadi semakin besar dalam kehidupan pribadi setiap orang dan akhirnya berbuah kemuliaan dalam kehidupan bersama dan kebahagiaan di hati pribadi dan dalam kehidupan setiap orang; itulah Kerajaan Sorga.

Tuhan Yesus memberkati;
Amin

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th

Hamba Kasih Karunia Allah


Roma 6:15-23

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan; Perikop ini hendak mengajarkan kepada kita bahwa di hadapan Tuhan, hanya ada dua status manusia, yaitu: satu hamba dosa dan status yang kedua adalah hamba Kasih karunia Allah. Suka atau tidak, manusia adalah hamba yang harus taat kepada apa yang dipihnya untuk ditaati dan pilihannya hanya boleh satu di antara dua pilihan. Kedua pilihan status manusia ini tidak bisa dicampur aduk; tidak bisa setengah-setengah.
Orang yang menyerahkan dirinya kepada dosa tetap orang berdosa, meskipun ia rajin ke gereja, rajin menyebut nama Tuhan dalam hidupnya.
Orang yang sadar akan kasih karunia Allah adalah orang yang melandasi hidupnya dengan rasa syukur kepada Tuhan dan menjauhkan diri dari dosa yang dapat merusak hubungannya dengan Tuhan yang mengasihinya.
Arti dari menjadi hamba Kasih Karunia Allah adalah bahwa dalam keterbatasan dan kelemahan kita, kita tetap memohon kepada Tuhan supaya kita diberi kekuatan untuk melawan dosa dan bukan membiarkan diri kita tetap berada di bawah kuasa dosa.
Membaca bagian ini, saya terkesan dengan satu kalimat dalam pembacaan ini yang berbunyi: Karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Memang kalimat ini harus dimengerti dalam kaitan dengan seluruh pembacaan, tetapi kita membaca kalimat ini, saya menjadi sadar bahwa keberadaan manusia sangat terbatas; akhirnya toh akan mati, kembali menjadi tanah. Lalu kalimat ini membawa saya kepada perenungan bahwa banyak manusia yang menyerahkan dirinya untuk menjadi hamba dosa karena ia tidak mengingat secara terus-menerus bahwa pada akhirnya ia akan mati. Karena tidak sadar bahwa ia akan mati dan berpikir bahwa ia akan hidup selamanya lalu ia berusaha untuk mengumpul sebanyak mungkin yang dia bisa kumpul termasuk biar yang bukan miliknya asal bisa dikumpulkan, lalu pada akhirnya semuanya menjadi kedurhakaan.
Terkait dengan status manusia di hadapan Allah, perlu diketahui bahwa menjadi hamba dosa mendatangkan rasa malu dan berakhir dengan maut, artinya masuk neraka dan menjadi hamba kasih karunia Allah membawa pada pengudusan, suatu proses di mana setiap saat semakin menuju ke arah hidup yang semakin berkenan kepada Allah.
Yang dimaksud dengan kedurhakaan dalam pembacaan ini adalah bahwa orang yang sudah terbiasa dengan dosa sudah tidak lagi merasa malu akan dosa yang diperbuatnya sehingga hidupnya tetap terus-menerus dalam dosa bahkan yang sering terjadi bahwa orang yang durhaka itu menjadi orang yang pemarah; jika ada orang yang menegurnya akan dosa yang diperbuatnya, tidak ditanggapinya dengan rasa terima kasih tetapi dengan marah ahkan marah yang sangat besar.
Mari Kita sadari bahwa Allah begitu mengasihi kita dan kasih-Nya yang paling besar adalah memerdekakan kita dari kuasa dosa dan maut yang menjadi upahnya lalu dengan segenap hati menyerahkan diri kepadanya agar semakin hari kita semakin dikuduskan untuk menuju kek kehidupan yang kekal dan menjalani kehidupan yang mulia, tanpa rasa malu, sebelum kita sampai ke sana - ke kehidupan yang kekal itu.
A m i n

MENERUSKAN KEBAIKAN

Kamis, 14 Nopember 2024 Renungan Pagi Amsal 3:27 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau ma...