KISAH SI PEMUDA PENJAGA TOKO KELONTONG
Seorang pemuda bekerja sebagai penjaga toko kelontong di sudut kota. Ia digaji tidak seberapa, padahal ia harus membantu biaya sekolah adiknya.
Setiap malam, pemilik toko pulang lebih dulu, meninggalkannya sendirian untuk membereskan barang. Lama-lama, ia mulai tergoda. "Kalau cuma satu-dua bungkus mie instan, pasti tak ketahuan," pikirnya.
Malam pertama, ia mengambil satu bungkus. Keesokan hari, tak ada yang curiga. Malam kedua, ia mengambil dua bungkus roti. Beberapa minggu kemudian, ia sudah terbiasa mencuri sedikit-sedikit. Ia merasa pintar; lapar adiknya teratasi, dan bosnya tetap percaya.
Suatu malam, pemilik toko tiba-tiba kembali lebih awal. Ia berdiri diam di ambang pintu, menyaksikan pemuda itu menyelipkan barang ke dalam tas.
Pemuda itu tertegun. Tangannya gemetar. Wajah pemilik toko tidak marah, hanya sedih. Dengan suara pelan, ia berkata, "Kalau kau bilang butuh, aku pasti membantu. Tapi mencuri… itulah yang membuat aku kehilangan kepercayaan."
Pemuda itu menunduk, merasa malu lebih berat daripada kemiskinan.
Malam itu ia pulang tanpa membawa apa pun, kecuali penyesalan yang akan ia ingat seumur hidup.
Dalam tekanan hidup, kita sering tergoda untuk menyiasati keadaan. Kita merasa punya alasan yang "masuk akal" untuk berlaku curang: demi keluarga, demi kebutuhan mendesak, demi bertahan hidup. Tapi alasan tidak pernah bisa mengubah salah menjadi benar.
Tuhan tidak mencari orang yang licik tapi sukses. Ia mencari hati yang bersih dan tangan yang tidak mengambil milik orang lain. Bahkan ketika orang lain tidak melihat, Tuhan melihat.
Lebih baik hidup sederhana dengan hati yang jujur, daripada berhasil karena kebohongan dan kehilangan kepercayaan. Sebab sekali kepercayaan rusak, sulit untuk dipulihkan.
Mari belajar percaya bahwa Tuhan sanggup memelihara hidup kita tanpa perlu mencuri sedikit pun dari yang bukan hak kita.
"Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku." (Mazmur 101:7)
Sumber:
Copy paste dari Aplikasi Renungan dan Ilustrasi Kristen; 1 Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar