30 April 2025
SEGALA YANG DILAKUKANNYA BAIK
29 April 2025
DENGAN MAKSUD MERENDAHKAN HATIMU
28 April 2025
ZAMAN KASIH KARUNIA
ZAMAN KASIH KARUNIA
(Roma 6:5-15)
Persekutuan Kaum Perempuan yang dikasihi Tuhan;
Kita bersyukur kepada
Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk kita, maka karena itu kita dapat
menjalani kehidupan persekutuan sebagai sesama yang telah diselamatkan di dalam
kasih karunia yang disampaikan kepada semua manusia yang percaya dan mau
menerima kasih Tuhan Yesus Kristus.
Hal pertama untuk kita
lihat dalam bacaan ini adalah bahwa kita ini menjadi sama dengan kematian dan
kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Hal yang sama dengan kematian-Nya adalah bahwa
dosa (manusia lama) kitalah yang disalibkan sehingga dosa itu yang menjadi
mati; mati artinya tidak ada lagi. Orang yang merayakan kematian Tuhan Yesus
Kristus adalah orang-orang yang tidak ada lagi dosa dalam kehidupannya – maut
tidak berkuasa lagi atas hidupnya; sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas
dari dosa.
Orang yang bebas dari
dosa tidak lagi berbuat supaya dibenarkan – prinsip hukum Taurat itu –
melainkan berbuat karena telah diselamatkan oleh kasih karunia. Manusia yang
merayakan Paskah adalah manusia yang hidupnya menyadari bahwa ia yang
sebenarnya tidak layak dikasihi tetapi diterima dan dibenarkan di dalam kasih
Tuhan Yesus Kristus.
Menjadi sama dengan
kebangkitan Kristus memiliki makna ganda; pertama bahwa orang yang telah mati
di dalam Tuhan akan bangkit kembali dan mewarisi kehidupan kekal di dalam
sorga. Keyakinan ini harus ada dalam seluruh hidup orang yang disebut sebagai
orang Kristen, bahwa ketika ia mati, maka ia akan dibangkitkan di dalam kasih
Tuhan Yesus dan naik ke surga. Makna yang kedua dari bangkit bersama
Kristus adalah bahwa Kristus itu bangkit karena Ia telah hidup di hadapan Allah
dengan melakukan kehendak Allah sepanjang hidup-Nya. Merayakan kebangkitan Yesus
Kristus artinya janji untuk membaktikan seluruh hidup kepada Allah yang telah
mengasihi seluruh umat manusia; tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus,
juga … “Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa
untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah
sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan
serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata
kebenaran.”
Merayakan Paskah yang
benar adalah menyadari bahwa dosa telah dikalahkan, hidup tidak lagi dikuasai
oleh dosa melainkan dikuasai sepenuhnya oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus
yang telah mengalahkan dosa dan memberikan kasih karunia keselamatan yang penuh
kepada manusia melalui kematian dan kebangkitannya. Merayakan Paskah adalah
bentuk ucapan syukur atas kasih Allah yang menyelamatkan sehingga seluruh hidup
ini menjadi hidup yang didasari oleh kasih karunia itu sekaligus menampakkan kasih
karunia itu dalam seluruh kehidupannya; sehingga hidup kita sekarang adalah
hidup yang membentuk zaman yang disebut zaman kasih karunia, situasi yang tidak
lagi kuasa dosa di dalamnya dan tidak ada niat lagi untuk melakukan dosa.
MEMATIKAN KEBENCIAN DAN KEMUNAFIKAN
Yohanes 12:1-11
MEMATIKAN KEBENCIAN DAN KEMUNAFIKAN;
MENGHIDUPKAN KETULUSAN DAN TANGGUNG JAWAB
Bapak, Ibu, Saudara-Saudari yang dikasihi
Tuhan;
Dari perikop bacaan kita kali ini,
dikisahkan tentang Yesus yang ada di rumah Lazarus.
Kisah ini tentu berlatar belakang dari
kisah dalam pasal 11 yang menceritakan tentang Lazarus yang dibangkitkan oleh
Yesus dari kematian. Yesus yang membangkitkan Lazarus membuat imam-imam kepala
semakin kehilangan muka dan pengaruh di tengah-tengah kehidupan bangsa Israel
yang menyegani mereka sebagai pemimpin rohani dalam wibawa Tuhan kini semakin
memudar oleh kuasa Allah yang dimiliki Yesus yang nampak dalam segala pelayanan
yang dilakukan-Nya.
Kebencian para imam kepala membuat mereka
marah kepada Yesus dan merencanakan untuk membunuh Yesus; Pemimpin agama
merencanakan pembunuhan. Timbul kemunafikan dalam kehidupan mereka yang mengaku
melayani Tuhan tetapi ternyata lebih mem entingkan kehormatan pribadi dalam
diri mereka.
Yesus mengunjungi Lazarus, Marta, dan Maria
-- tiga orang bersaudara, bisa merupakan undangan kepada Yesus sebagai bentuk
syukur dari keluarga ini atas apa yang telah dilakukan oleh Yesus sebelumnya
tetapi bisa juga karena Yesus memang mengasihi keluarga ini. Apakah salah satu
alasan yang benar atau keduanya sekaligus, itu bukan masalah, yang penting
adalah bahwa ketika Tuhan Yesus hadir dalam kehidupan seseorang, datang ke
dalam sebuah keluarga, maka di sana akan ada sukacita besar yang terjadi.
Ketika Tuhan diundang ke dalam persekutuan jemaat, maka akan ada kebahagiaan
yang tidak terkira di dalam Jemaat.
Marta rupanya adalah koki dalam rumah
tangga; ia melayani Yesus; Lazarus menemani Yesus dan Maria mewakili keluarga
untuk menyatakan isi hati mereka yang tulus kepada Kristus yang mengasihi
mereka. Ia menuangkan minyak narwastu seharga 300 dinar ke kaki Tuhan Yesus dan
menyekanya dengan rambutnya. Ini adalah sebuah pengorbanan yang besar. Jika 1
Dinar adalah upah kerja sehari (bnd. Matius 20:2), maka itu seharga gaji
pekerja harian selama setahun. Jika dibandingkan dengan upah harian sekarang
yang dirata-ratakan Rp. 100.000/hari, maka itu sebanyak Rp. 30.000.000,- (tiga
puluh juta rupiah).
Maria dan keluarganya tidak merasa rugi
untuk melakukan ini, karena kasihnya yang besar kepada Tuhan Yesus. Orang yang
perhitungan dalam banyak hal yang akan dilakukannya kepada Tuhannya, berarti
tidak mengasihi Tuhannya dengan tulus. Maria bersedia mengorbankan minyak
Narwastu yang mahal karena Yesus memberi kehidupan kepada saudaranya dan ia
bersyukur karena Lazarus yang menjadi harapan hidupnya dibangkitkan sehingga
mereka tidak kehilangan kehormatan.
Yudas gusar dengan apa yang disebutnya
sebagai pemborosan dalam apa yang dilakukan Maria. Sering orang memang
menggunakan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Maria telah melakukan hal
mengingat hari penguburan, yaitu kasih. Orang yang penuh kasih tidak akan
menyesal meninggalkan dunia ini dan orang tidak akan menyesal melepaskan
kepergian orang jika ia telah menyatakan kasih yang besar kepada orang itu.
Yudas berkedok kasih dan pelayanan tetapi
sebenarnya ia adalah pribadi yang penuh dengan kemunafikan. Semua yang
dilakukannya hanya untuk kepentingannya sendiri. Orang seperti ini tidak akan
pernah menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya sebab tidak hal baik yang
sungguh-sungguh dilakukannya dalam hidup ini selain semuanya hanya demi
kepuasan materi yang mengeringkan jiwanya.
Cerita diakhiri dengan kenyataan bahwa
imam-imam kepala menjadi semakin jahat dengan merencanakan pembunuhan Lazarus
juga. Orang tidak bersalah pun dikorbankan, itulah kejahatan. Kejahatan akan
selalu membesar dalam kehidupan mereka yang selalu melawan kehadiran Tuhan
dalam kehidupannya.
Pada kesempatan ini, mari kita menyadari
bahwa kasih itu menumbuhkan ketulusan dan tanggung jawab karena itu marilah
mengupayakannya; sedangkan kemunafikan itu hanya akan menumbuhkan kejahatan,
maka jauhilah.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.
ROH DAN HATI NURANI
Roma 8:22-27
22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang
segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. 23 Dan
bukan hanya mereka saja, tetapi
kita yang telah menerima karunia sulung
Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai
anak, yaitu pembebasan tubuh kita. 24 Sebab kita diselamatkan dalam
pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab
bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? 25 Tetapi jika kita
mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
26 Demikian juga Roh membantu kita dalam
kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa;
tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang
tidak terucapkan. 27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud
Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang
kudus.
ROH DAN HATI NURANI
Salam sejahtera bagi kita sekalian.
Persekutuan Wanita yang boleh berkumpul
pada kesempatan ini, kita membaca bagian Alkitab yang mengajarkan kepada kita
tentang pengharapan manusia yang sama untuk semua orang yaitu terbentuknya
keadaan yang baik bagi semua orang.
Pembacaan ini mengingatkan bahwa manusia
itu sama; dipakai istilah seluruh makhluk untuk mengingatkan hakikat seluruh
manusia itu sama, baik yang percaya kepada Tuhan maupun yang tidak, bahkan
seluruh makhluk di dunia ini punya kesamaan. Ibu-Ibu yang dikasihi Tuhan, sudah
jelas disampaikan bagi kita dua hal yang sama pada segala makhluk, yaitu
keluhan dan sakit bersalin.
Pertama, mengeluh. Mengeluh artinya bahwa
manusia memiliki beban-beban kehidupan untuk diselesaikan; setiap beban hidup
harus diurus dengan baik supaya kehidupan terasa nyaman dan sejahtera; bahkan
manusia harus mengurus dengan baik agar sebisa mungkin tidak ada beban
kehidupan yang dibiarkan menekan hidup ini.
Tetapi keluhan yang paling utama yang
dimaksudkan dalam bacaan ini adalah tentang bagaimana supaya setiap orang
memiliki hidup yang baik. Orang yang hidupnya mapan sehingga seluruh beban
hidupnya bisa diatasinya tetap akan mengeluh atau dikeluhkan orang kalau ia
adalah orang yang tidak beriman. Kelemahan manusia yang paling fatal adalah
kelemahan iman. Ibu-ibu yang adalah ibu kehidupan (Hawa artinya ibu semua yang
hidup) bertanggung jawab untuk mengupayakan agar keluhan kelemahan iman itu
semakin berubah menjadi pengharapan.
Pengharapan iman adalah sesuatu yang
dirindukan untuk tercapai dan dengan demikian hal itu menjadi tujuan iman pula.
Apakah Ibu-Ibu sudah tahu tujuan iman itu? Di dalam 1 Petrus 1:9 disampaikan
bahwa tujuan iman adalah keselamatan jiwa. Dalam pembacaan ini, diungkapkan
bahwa pengharapan iman itu adalah karunia sulung Roh; yang pertama harus
dimiliki manusia di atas segalanya adalah pengharapan akan keselamatan. Orang
yang berpegang pada pengharapan ini akan tekun menantikannya dan menantikannya
di dalam hidup yang baik yang tidak menjadi keluhan bagi manusia yang ada di
sekitarnya.
Pengharapan itu tidak terlihat tetapi
diketahui dengan pasti akan keberadaannya. Orang yang tidak peduli akan hal ini
pastilah hidupnya akan menjadi buruk dan hidupnya tidak akan mengalami
pembebasan tubuh dari terjerat oleh pekerjaan, urusan-urusan duniawi,
kebimbangan, kekuatiran, dan hidupnya akan dipenuhi dengan keluhan-keluhan
tentang berbagai hal.
Setiap orang ingin selamat; hati nurani
setiap orang pasti mengingatkan dirinya dan mendorong dirinya untuk mengalami
ketenangan di dunia ini dan meraih keselamatan itu pada akhirnya. Kalau hal ini
tidak ada dalam hati nuraninya, maka percumalah ia menjadi manusia.
Manusia semuanya memiliki hati nurani
tetapi ada orang yang hati nuraninya sudah tertutup oleh segala cara hidup yang
dikeluhkan oleh orang lain tentang dirinya yang jauh dari keselamatan. Manusia
yang hati nuraninya masih bisa mengeluh maka biarlah ia membiarkan Roh (kuasa
Tuhan yang ajaib) untuk mengubahkan hidupnya. Manusia perlu berdoa bagi dirinya
dan bagi sesamanya untuk semakin diubahkan dari cara hidup 'keluhan' ke arah
pengharapan; kita tidak tahu berdoa tetapi berdoa saja, sebab Roh yang ada di
dalam hati nurani yang diserahkan kepada Tuhan, Roh itulah yang akan berdoa
bagi orang kudus, yaitu mereka yang menantikan keselamatan.
Kedua, sakit bersalin. Semua orang
mengetahui bahwa bersalin itu sakit; Laki-laki mengetahuinya tetapi perempuan
mengalaminya. Ini adalah sebuah gambaran bahwa untuk melahirkan hidup yang
berpengharapan, orang percaya perlu bersedia menanggung sakit dan bukannya
menyakiti orang lain. Semakin orang bersedia menanggung rasa sakit untuk
melahirkan yang baik, semakin tinggi pengharapan di sana. Semua harapan yang
terkandung dalam hati nurani harus dilahirkan menjadi pengharapan yang akan
mengantar ke keselamatan.
Teruslah berjuang meski harus merasakan
sakit bersalin sampai lahir hidup berpengharapan di dunia ini; teruslah
berpengharapan sampai keselamatan itu pada akhirnya menjadi sempurna; teruslah
mendoakan semua itu dengan hati nurani yang dituntun Roh.
Terpujilah Kristus selama-lamanya.
PRIBADI YANG BERTUMBUH
Markus 4:26-34
PRIBADI
YANG BERTUMBUH
Sidang Jemaat yang dikasihi Tuhan;
Manusia adalah makhluk yang dinamis; selalu
berubah dari waktu ke waktu. Secara alamiah, manusia menjadi semakin lebih tua
sehari dari setiap harinya dan barang baru akan menjadi usang seiring
berjalannya waktu. Kalau manusia tidak mau berubah, maka ia akan menjadi asing
di dalam kehidupan ini.
Saudaraku yang saya kasihi; dalam
dinamisnya kehidupan ini, ada hal-hal yang tidak boleh diubah, yaitu hal yang
bersifat pokok, iman. Iman tidak boleh diubah dari percaya kepada Tuhan Yesus
Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat
menjadi iman yang mengatakan bahwa Jalan Keselamatan itu bisa juga ada pada hal
yang lain selain Yesus, yaitu berkelakuan baik seperti yang dikemukakan oleh
aliran Kristen yang sedang marak dipertentangkan saat ini yang disebut Kristen
Progresif.
Iman yang tidak boleh berubah itu bukan
berarti tidak bertumbuh melainkan harus semakin menjadi besar dan menghasilkan
buah pada akhirnya. Sebelum sampai pada hasil, mari kita lihat bahwa manusia
dalam hidupnya diibaratkan oleh Tuhan sebagai benih yang bertumbuh dan menjadi
besar (bahkan sangat besar) dan berguna bagi orang lain.
Pertama, benih iman kita adalah mendengar
firman. Setiap orang yang selalu mau mendengar firman, maka ia memiliki harapan
tentang hidup yang bertumbuh dalam kehidupan ini. Mereka yang tidak mau
mendengar Firman Tuhan akan menjadi orang yang kurus disebut ’stunting’ dalam
bidang kesehatan; sebab kekurangan makanan; Ada semboyan rohani yang harus kita
hayati dalam hidup ini, yaitu: ’Firman
Allah (Membaca Alkitab) adalah makanan Rohani setiap hari. Bukan hanya bersedia
mendengar Firman yang disampaikan dalam ibadah yang terjadwal rutin tetapi
terutama bagaimana setiap orang menyiapkan dirinya untuk membaca Alkitab secara
teratur setiap hari.
Hal kedua, benih itu kecil tetapi kalau ia
ditanam, maka ia akan bertumbuh menjadi tanaman yang besar dan memberi
pengharapan. Benih yang hanya disimpan pada akhirnya zat hidup dan pertumbuhan
yang ada di dalamnya pada akhirnya akan mati total dan sulit lagi untuk
memperoleh bibit seiring semakin banyaknya waktu hidup yang berlalu dan semakin
sedikit waktu hidup yang tersisa. Menanam benih artinya melakukan Firman Tuhan
yang didengar/dibaca. Orang yang menutup hatinya untuk menerima dan melakukan
firman Tuhan adalah mereka yang tidak pernah bertumbuh dalam hidupnya.
Hal ketiga, pertumbuhan iman itu adalah
dari Allah; orang itu tidak tahu bagaimana terjadinya pertumbuhan itu (ayat
27). Berdoalah kepada Allah agar hidup berimanmu bertumbuh, doakanlah anak-anak
untuk bertumbuh dalam kasih Tuhan dan bukan oleh kata-kata makian yang kasar
setiap hari. Arahkanlah anak-anakmu di dalam kasih Tuhan maka mereka akan
menjadi pribadi yang bertumbuh di dalam Tuhan.
Terakhir, orang yang bertumbuh itu mengarah
ke kehidupan yang semakin berbuah bagi orang lain; sawi adalah sayuran yang
dimakan sebagai makanan yang bergizi dan carangnya menjadi tempat bertengger
bahkan bersarang bagi burung-burung. Orang yang bertumbuh dalam iman menurut
pengakuannya tetapi hidupnya tidak berguna bagi orang lain bahkan cenderung
mengacaukan adalah sebuah kebohongan.
Hal kecil yang dirasakan; hal kecil tapi berguna
bagi orang lain itu lebih baik dari pada omong besar tetapi hanya sebatas di
bibir saja.
Terpujilah Tuhan yang memberi pertumbuhan.
MUJIZAT PERTAMA
Yohanes
2:1-11
MUJIZAT
PERTAMA
Sidang Persekutuan Perempuan yang dikasihi
Tuhan;
Tuhan Yesus dalam kehidupan ini melakukan
banyak mujizat untuk memberi kekuatan kepada manusia bahwa di dalam Allah tidak
ada hal yang mustahil dan manusia yang terbatas dan rapuh dapat menjadi kuat
dan teguh dalam menjalani kehidupan setiap hari.
Dari kisah perkawinan di Kana memberi
peringatan bagi kita bahwa manusia harus berusaha dengan baik agar kehidupan
ini tidak kehabisan anggur. Pakai sesuai dengan keadaan dan upayakan untuk
selalu ada persediaan untuk masa di mana akan banyak orang yang datang ke dalam
kehidupan ini.
Manusia dalam proses kehidupan pasti akan
mengalami kekurangan (bahkan kehabisan) sebaik apa pun persiapan yang
dilakukannya. Tetapi orang yang mengundang Tuhan ke dalam kehidupannya, maka
Tuhan akan bertindak untuk memberinya segala hal yang dibutuhkannya dalam
kehidupan ini.
Hal berikut, untuk kita ketahui adalah bahwa terjadinya mujizat
Tuhan dalam kehidupan ini harus disertai dengan kesediaan untuk melakukan
perintah Tuhan dalam kehidupan ini -- ”Apa yang di ka ta kan ke pa da mu,
buatlah itu!”; lakukan yang bisa kita lakukan dan Allah
yang melakukan selebihnya.
Menimba air itu yang bisa kita lakukan dan mengubah air itu menjadi
anggur adalah kuasa Allah bagi orang-orang yang dikasihi-Nya.
Mari melihat bagaimana peran perempuan dalam terjadinya Mujizat air
menjadi anggur, yaitu mujizat pertama yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dalam
pelayanan yang dilakukanNya di dunia ini.
Dapat dikatakan bahwa mujizat air menjadi anggur adalah mujizat yang
terjadi belum pada waktunya; Tuhan Yesus berkata: “… Saat-Ku belum
tiba.” Secara moral, Tuhan Yesus belum siap sepenuhnya untuk memulai tugasnya,
tetapi Maria, ibunya, mendorong anaknya untuk bertindak melakukan tugasnya
tanpa harus menunda-nunda waktu lagi.
Perempuan
(kaum ibu) bertanggungjawab untuk mendorong anak-anaknya berani berbuat
sehingga kehidupan dipenuhi dengan mujizat-mujizat kehidupan; tidak perlu
membayangkan tentang hal mustahil yang menjadi mungkin, air menjadi anggur atau
batu menjadi roti tetapi bagaimana anak-anak berpikir dengan baik sehingga seluruh
hidupnya dipakainya untuk mengembangkan seluruh talenta yang dimilikinya
sehingga timbul kasih Allah yang memberkatinya menjadi anak yang memiliki damai
sejahtera.
Sekali
lagi diulangi bahwa Perempuan adalah pendorong utama terjadinya mujizat
pertama, Air menjadi anggur itu; demikian juga perempuan terpanggil untuk
mendorong kehidupan ini agar selalu ada mujizat yang terjadi setiap waktu dan
hidup ini dipenuhi dengan damai sejahtera.
Dalam
kisah air menjadi anggur yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, anggur itu lambang
damai sejahtera; hidup yang sentosa. Hidup yang selalu tersedia kebaikan di
dalamnya; Perempuan pendorong utama terjadinya hal ini.
Perempuan
tidak untuk selalu mengeluh melainkan untuk dengan iman percaya bahwa apa pun
yang dikatakan oleh Tuhan adalah untuk memberi damai sejahtera bagai umat
manusia.
Tuhan
Yesus memberkati kita semua untuk mendorong kehidupan ini selalu melakukan
perintah Tuhan sebab itulah mujizat yang utama, bahwa setiap orang melakukan
kehendak Allah dan damai sejahtera terwujud dalam kehidupan ini.
Mari
membuat pesta kehidupan tidak kehabisan anggur dengan selalu percaya akan kasih
Allah dan selalu bersedia melakukan apa pun yang dikatakan Allah kepada
umat-Nya.
Amin.
MENCARI JIWA
MENCARI
JIWA
(Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.)
Pengantar
Pengurus PPGTM Jemaat Tobadak 1 memberi saya
kepercayaan untuk memimpin materi Pembinaan pada kegiatan ibadah Padang PPGTM Jemaat
Tobadak 1. Saya kesulitan untuk menentukan tentang tema yang dibutuhkan oleh
pemuda-pemudi dan bentuk kegiatan pembinaan yang sesuai. Pemuda dengan
kompleksitas kebutuhannya akan berbagai hal untuk pengembangan potensi diri
dalam menghadapi berbagai tantangan dan mengisi berbagai peluang kehidupan,
maka pada akhirnya dengan lebih banyak melirik ke keadaan intern kepemudaan di Jemaat
Tobadak 1, maka pada akhirnya dipilih judul ini untuk memulai perhelatan pemuda
dari mengenal diri sendiri.
Judul materi ini
dibisikkan oleh suara kerinduan akan partisipasi aktif seluruh anggota Pemuda
dalam seluruh bentuk kegiatan Pemuda dan bukan hanya iman temporer atau
situasional.
Mengingat bahwa ini adalah
ibadah padang, maka seluruh bentuk
kegiatan sifatnya bermain di alam untuk bertemu dengan Penciptanya, maka khusus
untuk materi ini akan disampaikan dalam bentuk ceramah yang diakhiri dengan
sharing dan diskusi. Dibutuhkan keseriusan untuk hal-hal yang prioritas.
Cakupan
Mencari jiwa adalah
istilah yang muncul dalam lagu Sekolah Minggu di mana setiap orang harus mampu
mencari jiwa, paling tidak satu orang menemukan seorang lagi untuk diselamatkan.
Setiap orang bisa menyelamatkan orang lain dengan mencarinya dan membawanya
kepada Tuhan. Keselamatan tidak ada di dalam nama lain selain di dalam nama
Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 4:12).
Istilah ini bermula dari
panggilan Tuhan Yesus untuk pergi dan memuridkan semua orang di dunia ini;
membaptiskan mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:18-20).
Setiap orang yang
percaya kepada Tuhan Yesus terpanggil untuk mengambil bagian dalam karya
keselamatan Allah itu dalam panggilan gereja, yaitu bersaksi (Yunani: ), bersekutu (Yunani: ), dan melayani
(Yunani: ).
Dalam panggilan ini, setiap orang terpanggil untuk mewujudkannya pada dirinya
sendiri dan bagi orang lain. Dengan demikian tergambar bahwa cakupan mencari
jiwa adalah diri sendiri dan kemudian orang lain.
Pada sisi lain, mencari
jiwa adalah upaya untuk mencari manusia secara utuh: raga dan jiwanya.
Seringkali orang melakukan kesalahan dengan berpikir bahwa jiwa hanyalah jumlah
statistik dan bukan pada manusia secara utuh. Memang sering jumlah dinyatakan
dalam hitungan jiwa tetapi tidak semua jiwa itu adalah jiwa yang menjiwai
keberadaannya sebagai bagian dari persekutuan.
Sebagai persekutuan,
seluruh program yang dikerjakan dalam gereja adalah upaya untuk mencari jiwa,
tetapi sering terjadi bahwa jiwa-jiwa yang ada hanyalah jiwa yang hanya
menjiwai kegiatan, terikat pada acara, dan tidak pada panggilanya secara utuh.
Sisi Praktik
Panggilan gereja yang
telah kita bahas secara bersama di atas, adalah sebuah panggilan yang sedianya
mewarnai kehidupan seluruh orang percaya, baik secara pribadi maupun sebagai
persekutuan. Panggilan gereja dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lainnya. Dalam persekutuan ada kesaksian dan pelayanan,
kekuatan kesaksian hanya bisa dirasakan ketika dilakukan selaras dengan
persekutuan dan pelayanan; dan pelayanan yang berhasil hanyalah mereka yang
melakukannya dalam semangat persekutuan dan kesaksian.
Satu segi yang hilang dari
panggilan itu, maka semuanya hilang sebab suatu panggilan bisa secara langsung
punya pengertian yang sama dengan yang lainnya. Sebagai contoh; pergi beribadah
itu adalah panggilan persekutuan tetapi pada sisi yang lain, itu menjadi
kesaksian bagi orang lain bahwa orang Kristen itu memang rajin beribadah. Orang yang suka melayani akan menjadi
kesaksian yang baik sekaligus akan terhubung secara positif ke persekutuan.
Mengakhiri bagian ini,
mari kita menyadari bahwa panggilan gereja harus dilakukan dalam kesatuan dan
secara utuh; tidak dipengaruhi oleh situasi manusia tetapi sepenuhnya didasari
oleh kesadaran akan kasih Allah.
Tempat
Mengacu pada cakupan tugas
mencari jiwa, maka pada bagian ini fokus kita diarahkan untuk bagaimana mencari
jiwa sendiri yang tempatnya ada di dalam diri sendiri. Setiap orang terbentuk
jiwanya melalui pengalaman hidupnya setiap hari. Apa yang biasa dilakukan seseorang
itu menjadi sesuatu yang menyatu dengan jiwanya. Karena itu cara hidup yang
baik yang biasa dilakukan oleh seseorang akan menjadi jiwanya dan orang yang
terbiasa dengan menjauhkan diri dari perkara-perkara yang baik akan
bertentangan jiwanya dengan perkara-perkara itu.
Tempat untuk mencari jiwa
adalah pada diri sendiri dan dari pencarian itu akan secara tidak langsung
mengajak orang lain untuk juga mencari jiwanya sendiri sehingga setiap orang
menemukan jiwanya dan setiap orang akan sebab jiwa manusia selalu merindukan
tempatnya, yaitu bahwa ia bukan tergantung pada tubuh ini tetapi ia adalah milik
dari Pribadi yang sungguh-sungguh dirindukannya; jiwa sebenarnya selalu
merindukan agar ia berada pada hadirat dari mana dia berasal, yaitu dari
kebenaran, keadilan, kesetiaan, ketulusan, kesungguhan; jiwa adalah milik Sang
Pencipta (Yeh. 18:4)
Penutup
Sebagai bagian akhir dari
materi ini, mari kita melihat beberapa ayat yang bisa menuntun untuk menemukan
jiwa bersama Tuhan yang adalah pemilik segala sesuatu:
Ams 25:25
Seperti air sejuk bagi jiwa yang
dahaga, demikianlah kabar baik dari negeri yang jauh.
Rat 3:25
TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.
2 Taw 15:12
Mereka mengadakan perjanjian untuk mencari TUHAN Allah
nenek moyang mereka, dengan segenap hati dan jiwa.
Mazmur 33:20 Jiwa kita
menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita!
Ams 27:9
Minyak dan wangi-wangian menyukakan
hati, tetapi penderitaan merobek jiwa.
Mzm
66:9 Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak
membiarkan kaki kami goyah.
Mazmur 100:2 Buatlah jiwa hamba-Mu
bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.
Semua
yang telah dikemukakan akan mengantar kita untuk berdiskusi dan berbagi satu
dengan yang lain.
KEMERDEKAAN SEJATI HANYA ADA DI DALAM YESUS KRISTUS
KEMERDEKAAN
SEJATI HANYA ADA DI DALAM YESUS KRISTUS
(Yohanes
8:30-36)
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan;
Merdeka!!
Teriakan merdeka pasti akan disambut dengan
orang secara meriah kalau itu diteriakkan pada sekitar masa perayaan Hari Ulang
Tahun kemerdekaan; dekat-dekat 17-an Agustus; baik sebelum atau sesudahnya – eh
sangat dekat paling jauh seminggu dari tanggal tepatnya atau yang biasa disebut
hari H peringatan HUT kemerdekaan. Tetapi coba teriakkan itu pada sebulan
sebelumnya atau sebulan sesudahnya, maka orang akan berpikir bahwa ada yang
salah pada otak orang yang meneriakkan slogan perjuangan untuk mencapai
kemerdekaan itu.
Apa itu merdeka? Sering orang memahami
istilah itu dalam gambaran merdeka artinya bebas seperti burung yang dapat
terbang lepas ke mana saja dia mau pergi. Tetapi benarkah burung itu merdeka?
Apakah burung itu terbang sesuka hatinya?
Adakah manusia di dunia ini yang
sungguh-sungguh merdeka? Jawabnya: tidak ada. Mari kita coba analisa melalui
pertanyaan kecil ini: Mengapa orang bekerja atau melakukan kegiatannya setiap
saat? Semua jawaban yang muncul pada akhirnya akan mengarah kepada suatu
kesimpulan bahwa manusia itu bekerja untuk mencari makan; orang bekerja karena
perutnya lapar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap orang adalah
hamba dari perutnya – diperintah oleh perutnya.
Secara politik, dalam kehidupan bernegara,
merdeka artinya tidak dijajah oleh orang lain tetapi dapat mengatur negaranya
sendiri – mengatur dirinya sendiri sehingga tidak dieksploitasi oleh pihak
negara lain. Tetapi bagi orang Israel dalam pembacaan kita saat ini, arti
kemerdekaan dilihat sebagai status strata sosial yang pada zaman itu terdiri
dari orang merdeka, para tuan, dan para hamba. Keturunan Abraham yang tidak
pernah menjadi hamba orang lain, adalah sebuah pernyataan yang salah sebab
secara politis, sejak lima ratus tahun sebelum Tuhan Yesus lahir (tepatnya
sejak tahun 586 SM) ketika mereka di tawan oleh Babel, maka sejak saat itu
mereka dikuasai atau dijajah oleh bangsa lain secara berganti-ganti oleh bangsa-bangsa
sesuai dengan peredaran roda politik kekuasaan pada masa itu. Mereka awalnya
dikalahkan dan dijajah oleh Babel, yang kemudian Babel dikalahkan oleh Media
dan Persia dan beralihlah kekuasaan dari Babel ke Persia; demikian selanjutnya kekuasaan
berpindah lagi ke Yunani dan dari Yunani inilah pada akhirnya muncul kekaisaran
Romawi yang menguasai daerah Timur Tengah termasuk Israel sekitar enam puluh
tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus. Hanya sedikit waktu di antara masa-masa
yang digambarkan itu mereka menjadi bangsa yang merdeka ketika Yudas Makabeus
memimpin perlawanan pada sekitar tahun 167 SM.
Manusia, sesungguhnya adalah hamba Allah;
tetapi kemudian ia menjadi hamba dosa yang menguasai sendi-sendi kehidupan
sejak dari dalam kandungan ibu (bnd. Mazmur 51:7). Dosa membuat orang ingin
merdeka seperti burung yang pada akhirnya jatuh ke dalam berbagai bentuk
perhambaan; ada yang diperhamba oleh kemalasan sehingga ia menjadi bodoh,
miskin, masa bodoh. Ada orang yang diperhamba oleh hobby atau kegiatan
kegemarannya, dan sangat banyak contoh yang dapat disebutkan untuk
diperjuangkan agar manusia merdeka atasnya.
Sidang jemaat yang dikasihi Tuhan,
kemerdekaan yang sejati hanya bisa diraih oleh manusia ketika ia menyerahkan
dirinya kepada Tuhan Yesus Kristus yang memerdekakan manusia dari seluruh
bentuk perhambaan dosa yang mengakibatkan penderitaan, kesukaran, kekacauan,
sikap egoistis, dan jauh dari berkat-berkat Tuhan.
Dengan berserah kepada Tuhan Yesus Kristus,
maka setiap orang bebas dari perhambaan dosa dan dari perhambaan dunia untuk
mengupayakan terwujudnya damai sejahtera dalam kehidupan bersama dengan setiap
orang di dalam kesadaran akan anugerah Allah yang tidak terhitung banyaknya.
Setiap waktu mari kita meneriakkan pekik merdeka untuk membakar semangat juang
melawan perhambaan di dunia ini.
Terpujilah Tuhan Yesus Kristus; Amin.
Merdeka!!!
IMAN YANG BESAR
IMAN YANG BESAR
(Pdt. Bangaran Pasamboan)
(Perenungan dari Teks Alkitab Matius 8:5-13)
Natal adalah peristiwa memperingati
kelahiran Yesus Kristus yang telah datang ke dalam dunia ini dan sebagai momen
yang mengingatkan kita bahwa kita sedang menanti kedatanganNya untuk kali yang
kedua. Dengan demikian, Natal tidak akan terlepas dari mempersiapkan acara
penyambutan Yesus Kristus yang seringkali merosot sampai menjadi mempersiapkan
acara Natal yang meriah.
Jika seseorang terlalu sibuk untuk
mempersiapkan acara penyambutan secara sempurna sampai hal-hal terkecil sekali
pun, tetek bengeknya harus sebaiknya mungkin, kalau perlu takaran gula pasir
yang dicampurkan ke air minum pun harus ditakar dengan secermat mungkin
berdasarkan aturan-aturan tertentu tetapi ia tidak bertemu dengan yang
disambut, maka ia adalah orang sukses yang malang.
Datang dan bertemu dengan Yesus adalah
pertemuan yang indah jika dilakukan secara langsung dan bukan hanya melalui
perantara. Perwira ini bisa menyuruh prajuritnya untuk datang meminta Yesus
datang kepadanya yang saat itu membutuhkan pertolongan tetapi ia datang sendiri
dan itu membuktikan bahwa ia serius beriman kepada Tuhan Yesus. Sering terjadi
iman kita biarkan iman kita diwakili oleh orang lain dan kita hanya sibuk
mengurus hidup kita sendiri.
Ketika Tuhan Yesus mau pergi ke rumahnya,
perwira itu merasa tidak layak. Ia bisa melihat dirinya sebagai orang yang menurut
pangkat adalah orang yang masih ada orang di atasnya dan ada prajurit di
bawahnya yang bisa dia perintah secara mutlak tetapi ia hanyalah pribadi yang
tidak dapat memerintah Tuhan untuk datang ke rumahnya.
Kerendahan hati dalam perasaan tidak layak
itulah yang membuat iman percayanya dapat disampaikan dalam kalimat: ”…
katakan saja
sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Sebuah pengakuan iman yang hanya
bisa dimiliki oleh mereka yang merasa tidak layak, bukan mereka yang merasa
lebih hebat dari sesamanya karena berbagai faktor yang termasuk pengaruh dan
kuasa yang dimilikinya.
Hal terakhir yang mau kita lihat dari
Perwira yang memiliki iman yang lebih besar dari pada iman yang ada pada orang
Israel adalah bahwa perwira ini datang untuk kesembuhan hambanya; perkara bodoh
dalam pertimbangan manusia. Ada banyak perenungan yang bisa muncul dalam hati
dan benak kita melalui cerita ini; tetapi tentulah ada hubungan kasih yang
besar antara hamba dengan tuannya sehingga tuannya sendirilah yang berusaha
untuk mencari kesembuhan bagi hambanya. Kalau pun hamba itu bukanlah hamba yang
taat, maka itulah iman yang besar bahwa kita mau melakukan yang terbaik kepada
sesama manusia.
Menyambut Yesus adalah harapan tentang
terjadinya pertemuan yang terasa dan bermakna dengan Pribadi yang disambut itu;
tentang bagaimana setiap pribadi dapat mengalami perjumpaan dalam hidupnya
pribadi lepas pribadi sehingga perjumpaan itu membawanya pada hidup yang
berjumpa dengan setiap orang dalam suasana damai sejahtera yang dibawa oleh Tuhan
Yesus yang telah datang ke dalam dunia yang peristiwanya akan diperingati dalam
acara Natal yang kita harapkan meriah, tetapi lebih dari itu – dan terutama
bermakna bagi setiap orang untuk semakin menjadi pribadi yang beriman semakin
besar setiap harinya.
Tuhan Yesus memberkati.
Amin.
MERENDAHKAN DIRI DI HADAPAN ALLAH
2 Tawarikh 33:10-13
33:10 Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada
Manasye dan rakyatnya, tetapi mereka tidak menghiraukannya.
33:11 Oleh sebab itu TUHAN mendatangkan
kepada mereka panglima-panglima tentara raja Asyur yang menangkap Manasye
dengan kaitan, membelenggunya dengan rantai tembaga dan membawanya ke Babel.
33:12 Dalam keadaan yang terdesak ini, ia
berusaha melunakkan hati TUHAN, Allahnya; ia sangat merendahkan diri di hadapan
Allah nenek moyangnya,
33:13 dan berdoa kepada-Nya. Maka TUHAN
mengabulkan doanya, dan mendengarkan permohonannya. Ia membawanya kembali ke
Yerusalem dan memulihkan kedudukannya sebagai raja. Dan Manasye mengakui, bahwa
TUHAN itu Allah
MERENDAHKAN DIRI DI HADAPAN ALLAH
Dalam persiapan menyambut kedatangan Allah
ke dalam dunia ini, secara liturgis manusia merenungkan arti penantian itu
dalam masa empat Minggu Adven di mana manusia mempersiapkan dirinya untuk
sungguh-sungguh ditemukan sebagai murid yang di dalam hidupnya karya
keselamatan Allah telah nyata dan karena itu menjadi warga Kerajaan Allah yang
berbahagia.
Manasye dan rakyatnya, pada masa
pemerintahan Manasye -- 686-642 SM -- berada di bawah kekuasaan Asyur yang saat
itu juga menguasai Babel sehingga karena takut kepada Asyur membuat mereka
menyembah dewa Asyur dan menjauh dari Firman Tuhan.
Menjauh dari Tuhan juga adalah penyebab
orang jauh dari sesamanya, cenderung melanggar hubungan dengan sesama, sehingga
ketika Manasye tidak menghiraukan Firman Tuhan, maka ia juga semakin jatuh
dalam ke dalam pelanggaran nilai-nilai kemanusiaan yang membuatnya ditangkap
dengan kaitan oleh panglima-panglima Asyur, menawannya dan membawanya ke Babel.
Manasye lalu merendahkan diri bahkan sangat
merendahkan diri setelah ia menderita (dalam keadaan yang terdesak) dengan
berdoa kepada TUHAN, Allah nenek moyangnya.
Doa Manasye didengarkan dan hidupnya
dipulihkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Merendah di hadapan Allah itu adalah
warna hidup umat Tuhan setiap saat dan bukan hanya ketika terdesak atau pada
waktu sekitar perayaan Natal.
2. Firman Tuhan adalah petunjuk hidup yang
paling baik yang pernah ada; sesuatu yang melanggar Firman Tuhan akan membuat
hidup ini dihukum.
3. Kerendahan hati dan hidup yang benar itu
hanya akan mewarnai hidup orang-orang yang mengakui bahwa TUHAN itu Allah.
Mari berdoa memohon kerendahan hati dalam
persiapan menanti perayaan Natal dan dalam seluruh kehidupan kita yang adalah
masa menantikan kedatangan Kristus kali yang kedua.
Tuhan memberkati. Amin.
Yesus Dimuliakan Dalam PenderitaanNya
Yesus Dimuliakan Dalam
PenderitaanNya
Yohanes
12: 20-36
Bapak/ibu,
saudara(i)
Sebuah
biji benih tidak akan efektif dan berguna jika disimpan saja. Hanya saat benih
itu ditanam dalam tanah yang gelap maka benih itu dapat bertumbuh dan
menghasilkan banyak buah. Jika benih itu
mati maka sang benih dapat memenuhi tujuan untuk berbuah. Mati dan di tanam adalah cara agar benih
dapat memberi buah/kehidupan.
Mati
dan dikuburkan adalah cara yang dipakai Allah agar karya pendamaian Yesus nyata
bagi seluruh dunia. Kematian Yesus tidak menjadi sia-sia. Kematian dan
kebangkitanNya justru memberi kemenangan atas maut dan menghasilkan buah
keselamatan bagi manusia. Dalam penderitaan dan kematian, Yesus dimuliakan.
Kasih Allah terwujud melalui salib. Tidak ada salib maka tidak ada mahkota.
Dalam
Yohanes bacaan kita pada saat ini. Ada beberapa orang Yunani datang kepada
Filipus karena mereka ingin bertemu dengan Yesus. Merespon kedatangan mereka,
Yesus menyatakan bahwa inilah saatnya Anak Manusia dipermuliakan. Kedatangan
orang Yunani bagi Yesus menjadi petunjuk bahwa masa pelayanan Yesus kepada
bangsa Yahudi sudah berakhir dengan banyak penolakan dan Ia akan diterima oleh
bangsa-bangsa bukan Yahudi. Akan tetapi misi Allah dilakukan dengan cara mati
terlebih dahulu, darah Yesus tercurah, tubuh-Nya terkoyak, nyawa diserahkan.
Yesus berbicara tentang diriNya sebagai Anak Manusia yang telah di tentukan
untuk mati bagi orang banyak.
Yesus
memakai ilustrasi satu biji gandum yang harus mati supaya menghasilkan banyak
buah. Ia mengumpamakan kematianNya itu dengan kematian satu biji gandum itu,
supaya menghasilkan banyak kehidupan bagi orang banyak. Kematian Yesus memberi
kemenangan dan kehidupan bagi umat manusia. Di dalam kematianlah kemuliaan
Allah dalam diri Yesus menjadi nyata. Kematian adalah cara Yesus menyatakan kasih
Allah dan mewujudkan keselamatan dari Allah bagi umatNya. Yesus dimuliakan ketika Ia ditinggikan di
salib. Salib bukanlah pertanda kekalahan, melainkan pemuliaan.
Bapak/ibu,
saudara (i)
Sebagaimana Yesus dimuliakan melalui
penderitaan, demikian juga kita dipanggil untuk mengikuti teladan Kristus yang
menderita. Seorang murid harus siap dengan segala konsekuensi statusnya sebagai
murid. Panggilan Kristen bukan hanya berbicara dan bersaksi tentang hidup yang
berlimpah berkat tapi juga menunjukkan sikap setia melayani meski difitnah,
sabar menanggung derita, menyangkal diri walaupun tak nyaman.
Hanya bila kita bersedia mati
terhadap diri dan keinginan hidup kita yang berdosa, kita dapat memiliki hidup
berkemenangan. Sebab hanya mati terhadap diri sendirilah kita dapat terbuka
bagi hidup dalam pengenalan kepada Allah.
Segala bentuk kenyamanan kita yang
sampai saat ini menjadi kebiasaan buruk kita, mari tinggalkan itu sebagai respons
kita atas kemenangan yang Yesus telah anugrahkan bagi kita lewat salib. Relasi
kita dengan sesama mari kita eratkan kembali dan terlebih relasi kita dengan
Yesus, mari terus merindukan kehadiranNya dengan terus memberi diri dalam
setiap persekutuan. AMIN
PERBUATAN KASIH SETIA TUHAN
Bacaan
Alkitab: Yesaya 63:7-9
PERBUATAN
KASIH SETIA TUHAN
Jemaat kekasih Tuhan, saat ini kita bertemu dalam
persiapan kita secara bersama untuk menyambut perayaan hari Raya Natal tahun
ini. Tentu saja kita berharap bahwa seluruh bentuk perayaan Natal akan
berlangsung meriah dan semarak; tetapi mari kita menyadari bahwa tujuan kita
merayakan Natal bukanlah untuk perayaan itu sendiri tetapi untuk memuliakan
Tuhan yang telah melakukan perbuatan kasih setia yang besar kepada umat-Nya.
Saudaraku yang kekasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,
perayaan Natal yang sedang kita persiapkan ini adalah sebuah momen yang bukan
hanya kegiatan rutin sekali setahun tetapi merupakan kesempatan untuk
menghayati perbuatan Tuhan yang masyhur di mana Allah sendiri datang menjadi
Juruselamat bagi mereka yang menjadi umat-Nya.
Perbuatan Allah yang besar bagi umat manusia terjadi
bukan karena manusia mempunyai daya pikat yang hebat di hadapan Allah melainkan
semuanya terjadi oleh Allah, dilakukanNya karena kasih setiaNya bagi manusia
yang memang dikasihiNya. Tetapi kasih ini harus dibalas oleh manusia dengan
menjadi umat yang tidak curang; umat yang hidup tulus di hadapan Tuhan Allah
yang telah dan akan terus mengasihinya dengan setia. Kasih hanya akan
kesampaian kalau dibalas juga dengan kasih, sedangkan kasih yang tidak dibalas kasih
hanyalah kasih yang menyakitkan.
Perbuatan kasih Allah itu menebus umat manusia dalam
kasih dan belas kasihan-Nya; ibarat orangtua yang menggendong dan mengangkat
mereka untuk memberi perasaan tenang dan aman kepada anaknya.
Perkara perbuatan kasih Tuhan itulah yang akan kita
sebut-sebutkan dalam persiapan merayakan Natal, pada waktu perayaan Natal tiba
-- ketika kita memperingati bahwa Ia sendiri yang menyelamatkan umatNya, dan
sepanjang hidup kita dalam menyongsong kedatangan Kristus untuk kali yang kedua.
Selamat mempersiapkan diri untuk menjadi pribadi yang
sungguh-sungguh mengakui perbuatan kasih setia Tuhan yang besar kepada semua
orang yang bersedia menerima uluran tangan Tuhan yang penuh kasih dan belas
kasihan itu.
MENERIMA MUJIZAT KEHIDUPAN
Markus 6:1-6a
MENERIMA MUJIZAT KEHIDUPAN
Saudara seiman di dalam Tuhan Yesus Kristus; kita beribadah saat ini
dalam rangka persiapan kita secara bersama untuk merayakan Paskah yang adalah
moment yang penting untuk merenungkan karya terbesar Allah kepada umat manusia
yang datang untuk menyembuhkan kehidupan dari berbagai penyakit yang disebabkan
oleh dosa.
Ada tiga perkara yang perkara yang dibawa Tuhan Yesus kepada manusia
yang akan kita lihat lebih jauh dalam bagian berikut.
Pertama, hikmat yang memberi pedoman
yang luar biasa bagi manusia; hikmat yang mengherankan. Sikap yang salah dari
orang Nazaret adalah bahwa mereka mempertanyakan asal hikmat itu. Mereka tidak
menerima bahwa orang yang mereka kenal (kasarnya dianggap rendah oleh mereka)
dapat dipakai oleh Allah untuk memberkati mereka. Sikap yang benar adalah
mengambil tindakan iman untuk mempercayai dan menghidupi hikmat Allah yang
disampaikan sehingga hidup ini diberkati dengan sukacita dan bukan hanya heran
melihat perkara-perkara besar yang terjadi dari pihak Allah tetapi tidak
terhitung dalam sukacita atas perkara itu.
Kedua, kesembuhan orang sakit. Yesus
menyembuhkan orang sakit dengan kuasa yang besar di dalam iman orang yang
menerima pelayanan-Nya. Sakit fisik yang dialami bisa disembuhkan oleh Tuhan
Yesus dan ini memberi kita kekuatan percaya bahwa Allah berkuasa atas seluruh
kehidupan manusia. Penyakit paling besar untuk kita bawa kepada Tuhan adalah
penyakit dosa kita, ketegaran hati, egoisme – pementingan diri, kemalasan,
sikap acuh tak acuh, dan lain semua dosa yang perlu dibuang dari kehidupan ini.
Fisik boleh sakit tetapi hidup ini jangan kehilangan pengharapan akan kasih
Allah.
Ketiga, sebenarnya termasuk dalam
perkara yang kedua tetapi dapat dispesifikkan tersendiri, yaitu tanda-tanda
mujizat. Penyembuhan adalah mujizat tetapi yang dimaksudkan pada bagian ini
adalah tentang perkara yang luar biasa yang bisa dilakukan oleh Allah, misalnya
air menjadi anggur, lima roti dan dua ikan untuk orang yang lebih dari lima
ribu orang, dan lain sebagainya. Perkara besar dari Allah tidak akan
terjadi dalam hidup mereka yang tidak percaya; Yesus heran akan
ketidakpercayaan orang-orang sekampungnya.
Kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia membawa pendamaian adalah
untuk semua orang yang bersedia menerima-Nya dengan segenap hati. Karya Allah
di dalam Yesus Kristus diterima oleh mereka yang bersedia melihat bahwa Allah
terus memberkati orang yang percaya kepada kuasa dan kasih Allah yang tidak
berkesudahan dalam hidup ini.
Orang yang menjadi kecewa dan menolak Allah tidak akan menerima
mujizat kehidupan sebab mujizat kehidupan diterima oleh mereka yang percaya
akan kemurahan Allah di dalam Yesus Kristus dan sungguh-sungguh membuka diri
untuk melakukan seluruh hidupnya di dalam mengandalkan dan mengutamakan Tuhan
dalam kehidupan ini.
Terpujilah Kristus selama-lamanya. Amin.
MENJADI PEMBAHARU BERSAMA TUHAN
Yesaya 65:17-18
"Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan
langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat
lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.
Tetapi bergiranglah dan bersorak-sorak untuk
selama-lamanya atas apa yang Kuciptakan, sebab sesungguhnya, Aku menciptakan
Yerusalem penuh sorak-sorak dan penduduknya penuh kegirangan. …”
MENJADI PEMBAHARU BERSAMA TUHAN
Karya Allah memperbaharui langit dan
bumi adalah karya-Nya untuk memperbaharui kehidupan umat manusia menjadi umat
yang taat kepada-Nya sehingga seluruh hidupnya menjadi hidup yang diberkati.
Kehidupan baru adalah melupakan yang hal-hal
yang dahulu, yaitu hal-hal yang tidak dikehendaki Tuhan, dan tidak lagi timbul
di dalam hati; sementara hidup yang berkenan itu akan terus hidup dan akan
terus diperbaharui dan memperbaharui kehidupan. Praktik hidup bisa baru tetapi
inti dari kehidupan harus selalu sama, yaitu diperuntukkan bagi kemuliaan
Tuhan.
Masa lalu itu terbentuk setiap waktu; hari baru
tiba dan hari sebelumnya menjadi hari berlalu; demikian juga setiap perputaran
waktu, termasuk hitungan tahun yang berganti dari tahun lalu ke tahun baru;
tetapi jangan sampai terjadi bahwa waktu lalu kita adalah sesuatu yang harus
dilupakan dengan usaha keras karena meninggalkan luka dan sayatan yang
menyakiti diri sendiri dan juga orang lain, tetapi biarlah ia menjadi waktu
yang selalu diingat karena ia memberi warna yang indah bagi semua orang.
Panggilan hidup kita sebagai orang yang percaya
kepada Tuhan, pada Tahun Baru yang tiba ini adalah melakukan semua yang terbaik
sehingga tidak ada hal-hal yang harus dilupakan dari kehidupan pribadi,
keluarga, jemaat, dan masyarakat, tetapi semua menjadi sukacita; di dalam
kemurahan Tuhan dimampukan untuk selalu berkata-kata yang lembut dan ramah,
bergaul akrab dan penuh kasih, meninggalkan kesombongan dan iri hati –
pementingan diri.
Umat Tuhan diminta untuk bergirang dan
bersorak-sorak karena segala yang diciptakan Tuhan; ini berarti bahwa manusia
perlu belajar memiliki sudut pandang positif atas segala perkara dan setiap
orang pada dirinya sendiri menjadi pribadi yang selalu menggembirakan bagi
orang lain sebab setiap orang adalah juga ciptaan Allah.
Terpujilah Tuhan yang
menciptakan hal-hal baru setiap waktu. Amin
BERLARI KE PANGGILAN SORGAWI
Filipi 3:13-14
13 Saudara-saudara, aku
sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang
kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapanku,
14 dan berlari-lari kepada
tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam
Kristus Yesus.
BERLARI KE PANGGILAN
SORGAWI
Panggilan sorgawi adalah
panggilan untuk menjalani hidup di dalam cinta kasih Kristus bagi dan dari
dalam kehidupan umat yang percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Secara waktu, hidup
manusia berproses dalam waktu yang bergulir dalam siklus perputaran waktu yang
membuat segalanya kadang terasa hanya sebagai rutinitas dan perulangan. Kemarin
makan, hari makan, demikian juga hari seterusnya; setiap hari Minggu ke Gereja
dan setiap tahunnya akan ada perayaan Natal dan Paskah.
Pertanyaannya, adakah
kehidupan yang berjalan dalam siklus waktu (perputaran yang berulang) itu telah
merupakan waktu yang digunakan dengan baik untuk menanggapi panggilan sorgawi
yaitu hidup dengan baik di hadapan Tuhan dan sesama ataukah seluruh hidup dan
perhatiannya hanya dipakai untuk menggapai sebanyak mungkin hal yang pada
akhirnya akan habis oleh pemakaian, usang dan rusak seiring waktu, susut,
berkarat, busuk, bahkan menimbun menjadi barang yang merepotkan, ditemukan
ketika tidak dibutuhkan dan raib ketika hendak digunakan.
Tidak menganggap telah
menangkap apa yang dirindukan, yaitu merespons panggilan sorgawi,
bukan berarti bahwa belum
melakukan yang terbaik melainkan sebuah pernyataan kesungguhan untuk terus
merespons panggilan itu dengan sepenuh hati.
Berlari-lari kepada tujuan
adalah sebuah bentuk pengungkapan kesungguhan dalam melakukan sesuatu. Berlari
membuat orang yang berlari itu tidak akan tersendat oleh godaan apa pun
melainkan dia sepenuhnya terarah kepada hal yang ditujunya. Berlari juga membuat
tujuan cepat tercapai. Jangan menunda panggilan sorga itu hanya demi hal-hal
duniawi yang memang ada gunanya secara manusiawi tetapi tidak berarti apa-apa
jika seandainya itu tidak ada. Mari kita ingat janji ini:
Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu
(Matius 6:33).
Hadiah yang tersedia itu
bukanlah hadiah untuk diperebutkan, siapa cepat-siapa dapat, melainkan setiap
orang memperoleh hadiahnya masing-masing sesuai dengan kesungguhannya untuk
memperoleh hadiah itu.
Waktu yang bergulir yang
membuat kita sampai lagi kepada momen pergantian tahun ini, hendaknya membuat
kita melupakan hidup kita yang hari kemarin, bukan berarti kita menjadi orang
tanpa masa lalu, tetapi dalam artian bahwa masa lalu jangan sampai membuat
berlari ke panggilan sorgawi itu tersendat bahkan terhenti melainkan marilah
dengan segenap hati kita menapaki perjalanan ke depan untuk mengisi tahun ini
menjadi tahun yang kita persembahkan untuk Tuhan.
Panggilan sorgawi yang
kita terima itu adalah di dalam Yesus Kristus. Umat Tuhan, setiap orang hanya
bisa mendengar dan menghidupi panggilan itu ketika ia berada di dalam Kristus
-- meneladani Kristus dalam setiap waktu dan perkara. Mari mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapan kita, yaitu panggilan sorgawi di dalam Yesus
Kristus; kita berpikir, berkata-kata, bersikap, dan bertindak dalam wibawa
sorgawi yang nampak di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Terpujilah Tuhan dalam
kehidupan kita setiap saat.
Amin.
MENGHARAPKAN PENGAJARAN TUHAN
Yesaya 42:1-4
MENGHARAPKAN PENGAJARAN TUHAN
Merayakan Paskah adalah momen penting bahkan
terpenting dalam kehidupan umat pilihan Tuhan, baik itu bagi orang Israel
secara keturunan dari bapa Abraham, maupun bagi persekutuan orang yang percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus pada masa sekarang dan sampai kepada kedatangan
Tuhan Yesus Kristus untuk kali yang kedua.
Bagian yang kita baca ini adalah Nyanyian Hamba
Tuhan yang pertama dari empat Nyanyian Hamba Tuhan yang ada di dalam kitab
Yesaya; bagian yang lain adalah: Yesaya 49:1-6, Yesaya 50:4-9, dan Yesaya
52:13-53:12. Bagian ini menceritakan tentang hamba Tuhan yang padanya ada Roh
Tuhan dan Tuhan sendirilah yang memegang (baca: menuntun) dia di dalam
kehidupan.
Hamba itu bertugas untuk menegakkan hukum Tuhan
dan ia akan mengerjakan tugas itu sampai selesai. Dengan memberi kesadaran akan
hukum, ia akan memperbaiki yang masih bisa diperbaiki dan menghidupkan yang
masih bisa dihidupkan; buluh yang terkulai tidak dipatahkan dan sumbuh yang
pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya.
Hamba itu adalah pribadi yang lemah lembut yang
tidak akan memperdengarkan suaranya di jalan. Tidak berteriak adalah gambaran
pribadi yang tidak dikuasai oleh kemarahan maupun oleh keinginan untuk
menguasai orang lain atau meninggikan diri atas orang lain. Identitas diri yang
berbeda dari dunia yang selalu ingin membawa diri mengatasi orang lain;
himbauan untuk meniadakan rasa superioritas di dalam kehidupan ini.
Hamba Tuhan yang menderita itu bisa mengacu
pada bangsa Israel tetapi juga bisa mengacu pada seorang raja yang akan
memimpin bangsa Israel; tafsiran umum menunjukkan bahwa hamba Tuhan itu adalah
Yesus Kristus yang telah turun menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia
dengan penderitaan fisik dan batin yang tidak terkatakan pilunya.
Pengorbanan Yesus sebagai hamba yang menderita
adalah sebuah panggilan agar setiap orang yang dikasihi Allah membuka hatinya
untuk menerima pengajaran di dalam hamba yang menderita itu. Kasih hamba kepada
Tuhan sebagai Tuannya adalah dalam kesiapannya untuk menerima dan melakukan
kehendak Tuhan; bukan menerima tetapi tidak peduli bahkan melawan setiap firman
yang sampai kepadanya.
Selamat menjalani kehidupan yang diberkati
dalam sikap yang selalu mengharapkan pengajaran dari hamba Tuhan yang setia
itu, yang akan membawa kepada hidup yang dipulihkan di dalam Tuhan Yesus
Kristus.
Terpujilah Kristus selama-lamanya.
Amin.