Total Tayangan Halaman

Akibat Tidak Sadar Diri

Akibat Tidak Sadar Diri

Kejadian 4:8-16

Saudara-saudara, sidang jemaat Tuhan yang saya kasihi. Pembacaan kita ini adalah cerita yang sangat dikenal; seorang saudara memukul saudaranya; kakak memukul adik.
Kain dan Habel, anak Adam dan hawa, persolannya, kalau membaca pasal 4 sejak ayat pertama, kita melihat bahwa kedua saudara ini adalah yang satu petani dan yang satu lagi peternak; Kain mempunyai ladang dan Habel memeihara kambing domba. Kedua orang ini dangan hasil kerjanya masing-masing, membawa persembahan kepada Tuhan; yang satu diterima dan yang lain tidak diterima. Tidak Jelas disebutkan dalam Alkitab mengapa yang satu diterima dan yang satu lagi tidak diterima.

Yang tidak diterima persembahannya oleh Tuhan, merasa terganggu hidupnya oleh keberadaan saudaranya, adiknya sendiri, dan ia menyimpan dendam kepada adiknya. Sebuah pelemparan amarah yang salah alamat; seharusnya kain marah kepada Tuhan sebab Tuhanlah yang tidak menerima persembahannya dan bukannya marah kepada adiknya. Atau bisa saja terjadi bahwa Kain memang marah kepada Tuhan, tetapi adiknya yang jadi sasaran.
Kekerasan yang salah alamat ini, sering juga terjadi dalam kita sehai-hari; marah kepada seseorang tetapi pelampiasannya kepada orang lain; di dalam rumah tangga, sering terjadi bahwa suami atau isteri marah kepada pasangannya tetapi anak-anak yang menerima akibat kemarahan itu.

Lebih parah lagi bahwa kain tidak memiliki sikap sadar diri; seharusnya Kain memeriksa apa yang salah pada dirinya sehingga persembahannya tidak diterima dan bukannya marah kepada adiknya yang persembahannya diterima. Harusnya Kain belajar dari Habel, bukan membencinya.
Ini adalah pendahuluan atau bahagian sebelum bacaan kita saat ini; pasal 4:1-7.

Kain mengajak adiknya ke ladang. Ajakan ini ditanggapi baik oleh Habel, adiknya. Ia tidak menaruh curiga kepada kakaknya bahkan mungkin ia berharap bahwa ia akan memperoleh kebaikan dari kakaknya; wajarlah bahwa ia berharap akan makan buah-buahan atau sesuatu dari hasil ladang kakaknya. Tetapi ternyata Kain punya maksud buruk dan terjadilah hal buruk, pembunuhan antar saudara-pembunuhan pertama di dunia. Hati-hati dengan niat buruk karena ia tidak memandang persaudaraan.

Atas apa yang telah terjadi, Kain diminta untuk bertanggungjawab. Tuhan berfirman di manakah adikmu? Tetapi Kain bukannya menjadi sadar diri dan mengakui kesalahannya, malah menutupi apa yang telah dilakukannya. Dan memang sering terjadi bahwa manusia lebih gampang menghindar atas kesalahannya dengan berbagai dalih daripada mengakui dengan jurjur kesalahan yang telah dilakukannya. Kain mempertanyakan sesuatu yang seharusnya memang adalah tugasnya; "apakah saya adalah penjaga adikku?" Seharusnya kita sadar bahwa rangkaian kesalahan Kain adalah berawal dari ketidaksadarannya akan tugasnya sebagai kakak; kakak memang adalah penjaga adiknya. Karena itu, jika kita mempunyai suatu tugas, sekecil apa pun itu janganlah mengingkarinya sebab kita akan terjatuh ke dalam kesalahan yang susul-menyusul.

Tanggung jawab yang diberikan Tuhan dalam kehidupan kita, menjadi alat Tuhan untuk membina hubungan dengan sesama dan jika kita gagal melakukannya dengan baik, maka kita terjatuh ke dalam hukuman. Orang yang tidak dalam hubungan yang benar dengan sesamanya karena tidak melaksanakan tugas tanggungjawabnya dengan baik, maka ia tidak akan memahami dan mengalami 'Damai Sejahtera'

Tuhan mengutuk Kain bahwa pekerjaan yang dilakukannya tidak sepenuhnya akan memberi hasil. Karena itu jika pekerjaan yan kita kerjakan tidak berhasil dengan baik, janganlah marah kepada Tuhan atau marah kepada sesama atau marah kepada Tuhan dan melampiaskannya kepada sesama tetapi belajarlah sadar diri sebelum semakin dihukum.

Amin.

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENERUSKAN KEBAIKAN

Kamis, 14 Nopember 2024 Renungan Pagi Amsal 3:27 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau ma...