Total Tayangan Halaman

Hidup Untuk Orang Lain

Hidup Untuk Orang Lain

Kejadian 2:18; Roma 14:7

Pernikahan adalah tindakan dengan kesadaran penuh memasuki ikatan sehidup semati dengan pasangan yang diyakini adalah dari Tuhan dan kesediaan memikul tanggung jawab seberat apa pun demi terjaganya hubungan sehidup semati itu berjalan langgeng seumur hidup. Kegagalan banyak orang mendayung bahtera rumah-tangganya adalah karena ia memutar haluan dari ikatan sehidup semati dalam kehidupan menjadi sehidup adalah milikku dan semati adalah milikmu, hai pasangan hidupku; yang senang untukku yang setengah mati untukmu saja.

Sadar atau tidak, tindakan seseorang -- sekecil apa pun itu, berpengaruh pada kehidupan orang lain; tidak ada orang yang hidup untuk dirinya sendiri, demikian bunya Roma 14:7. Semakin jelas hubungan dengan orang lain, semakin mudah pula keterkaitan kehidupan itu terbaca. Jika seorang guru bertindak tidak terpandang, maka itu mempengaruhi murid-muridnya, demikian juga sebaliknya jika murid bertindak tidak benar itu mempengaruhi gurunya. Jika seorang suami berbuat jahat, maka itu merusak nama keluarganya; isteri dan anaknya, demikian juga jika isteri yang berbuat jahat.

Nilai seseorang ditentukan dalam kebersamaannya dengan orang lain; kedua ayat yang kita baca ini memperlihatkan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Tidak baik kalau manusia seorang diri saja tidak bisa langsung dipahami bahwa manusia harus menikah; laki-laki harus beristeri dan perempuan harus bersuami sebab suami isteri yang tidak bersosial juga menjadi tidak baik dalam masyarakat. Dalam menjalani hidup bersosial maka manusia mendapat nilainya sebagai yang baik sekali atau baik atau biasa saja, tapi juga bisa buruk bahkan buruk sekali.
Tidak ada orang yang tidak ada kekurangan dan kelemahannya tetapi selama kita hidup biarlah kita berusaha agar setiap orang merindukan kita dan bukan berusaha untuk menyingkirkan atau menjauhi kita. Semakin banyak orang yang merasakan pengorbananmu atas hidup mereka semakin baiklah hidupmu dan semakin bahagialah engkau.

Dalam pernikahan ini, saya hanya mengingatkan bahwa makna keluarga yang berbahagia adalah ketika setiap anggotanya mengalami rasa aman, tenteram dan bahagia karena ia merasa diperhatikan dan ia merasa berguna di tengah-tengah keluarganya. Tidak ada orang yang hidup untuk dirinya sendiri sebab hidup yang bermakna hanyalah hidup yang berguna untuk orang lain. Setiap orang berharap bahwa keluarganya adalah keluarga yang baik dan bahagia; keluarga yang baik adalah keluarga yang anggotanya adalah orang yang baik. Orang yang baik adalah mereka yang menjaga hidupnya agar seimbang antara hak dan kewajiban serta ia yang selalu sadar dan menjalani hidup yang adalah hidup untuk orang lain.




Amin

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENERUSKAN KEBAIKAN

Kamis, 14 Nopember 2024 Renungan Pagi Amsal 3:27 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau ma...