NAMANYA FAMILIAR
Perenungan Tentang Hubungan
Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.
Namanya sudah sangat familiar (terasa sebagai keluarga - mungkin lebih tepat akrab) bagiku, hanya karena ia memberi jempol pada hampir setiap status yang kubuat di facebook, termasuk yang mungkin sebenarnya ia tidak mengerti -- jika statusnya adalah dalam "bahasa ibu"-ku -- Toraja.Hal ini membuat saya merenungkan bahwa manusia memang sangat membutuhkan hal kecil secara berkesinambungan untuk adanya hubungan yang intens (kuat, berapi-api, terasa sampai ke hati atau apalah cara untuk menggambarkan hubungan yang saya rasakan mengenai hal ini). Ada orang yang bukan keluarga (baca: tidak ada hubungan darah daging) namun terasa seperti sangat dekat; sebaliknya, orang yang mempunyai hubungan darah daging seharusnya sangat akrab tetapi jika tidak bergaul dengan baik, maka juga akan terasa sangat jauh.
Kembali ke awal tulisan ini, orang yang saya maksudkan adalah orang yang dengannya belum pernah ketemu secara langsung; bahkan mungkin dia adalah orang yang pendiam sebab jika diajak berbincang di chat facebook, dia tidak terlalu menanggapi. Dengan selalu "menyukai statusku di facebook, saya jadi memahami bahwa dia adalah orang yang penuh perhatian meski kemungkinan ia adalah pendiam.
Sesuatu yang terus menerus itu mendatangkan kebaikan bagi hubungan manusia. Masih pengalaman di facebook, ada beberapa nama yang juga familiar tetapi akhirnya menyurut karena tidak lagi diwarnai dengan ketekunan. Ketika nama-nama ini aktif menulis pada page dan group di mana saya adalah admin-nya, maka nama-nama seakan membuat saya membayangkan orang-orang yang sudah sangat akrab. Tetapi karena saya tidak bisa selalu ada untuk merespon setiap kali ada yang mem-post-kan sesuatu di page atau group saya, maka mereka pun akhirnya terhilang dari perasaan di hati. Masih terkait soal "terus-menerus", ada orang yang bisa melakukannya jika ada temannya untuk juga bersama-sama dengan dia terus-menerus. Satu tantangan manusia untuk tekun adalah ketika orang lain tidak lagi bisa untuk terus-menerus menemani kita dalam melakukan yang terus-menerus itu. Tantangan ini sebaiknya diatasi dengan selalu mengatakan bahwa hal yang kita lakukan secara terus menerus meski itu hanya hal kecil, suatu saat akan menjadi hal besar. Ingatlah pepatah yang mengatakan sedikit demi sedikit jadi bukit.
Hal kecil (memberi jempol pada status) yang terus-menerus akan lebih terasa daripada hal besar (membuat tulisan; berarti mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan untuk menuangkan ide ke dalam tulisan) yang tidak terus-menerus. Sebagai harapan, jika yang kecil itu secara terus-menerus sangat berasa, apakah lagi dengan hal besar yang juga dilakukan terus-menerus. Biasanya, manusia suka berapi-api pada awalnya lalu gas pembakarnya habis dan apinya langsung padam yang menimbullah kekecewaan. Mungkin lebih bijaksana bahwa jika hal itu membutuhkan perhatian yang besar, maka sebaiknya dilakukanah secara perlahan tapi pasti. Terus-menerus tidak berarti bahwa harus setiap saat atau setiap hari, tetapi jika sekali seminggu tetap pada jadwalnya, maka itu pun adalah sesuatu yang dapat disebut berkesinambungan -- terus-menerus.
Sisi sebalikya, pada orang yang menerima yang terus-menerus itu; akan ada dua kemungkinan: 1). Merasa bosan dengan apa yang terjadi padanya meski yang sebenarnya itu adalah yang sangat berarti. Adakah yang sudah bosan makan karena ia sudah berumur 40 Tahun. Ia sudah makan selama itu, tapi mengapa ia tidak bosan? Karena itu adalah penting. Karena itu yang mesti dipelajari adalah bahwa mari kita membiarkan yang baik untuk terus-menerus terjadi pada kita. Pada sisi sebaliknya, marilah kita membiasakan melakukan secara terus-menerus sesuatu yang baik kepada sesama. 2). Menganggap yang biasa itu sebagai keistimewaan sehingga jika seumpama tidak sama dengan yang biasanya, maka itu dianggap sebagai kekeliruan besar dan mulailah kasak-kusuk mempersalahkan ini dan itu yang menimbulkan kekacauan besar dalam hidup.
Mungkin Saudara tidak biasa dengan membaca uraian panjang; sekaligus, karena saya kesulitan untuk menguraikan banyak hal secara panjang lebar -- otak terbatas pada yang pendek-pendek saja, maka kita akhiri bagian ini dengan memikirkan sebuah kata-kata mutiara yang berbunyi:
In the confrontation between the rock and the stream; the stream always win. Not by the strength but persistence.
Dalam pertarungan antara batu karang dan arus, arus selalu menang; bukan oleh kekuatan tapi oleh ketekunan (Persistence = Sesuatu yang terus-menerus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar