Kisah Budi Terbalas
Kisah yang diyakini pernah terjadi pada suatu masa yang lampau, entah waktu pastinya.Di Sebuah Kampung, hiduplah sebuah keluarga yang kepala keluarganya adalah orang yang tidak sempurna cara berpikirnya (kemampuan berpikirnya di bawah normal; dalam bahasa Toraja disebut Tomaro dan istilah ini akan dipergunakan untuk menyebutkan pribadi dari tokoh utama dalam cerita ini).
Kampung mereka adalah sebuah daerah yang masih terisolir dan karena itu penduduk setempat masih sering berombongan untuk pergi berbelanja ke kota yang jauh untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam masyarakat itu.
Suatu hari ketika penduduk hendak berombongan lagi untuk berbelanja ke kota, kepala keluarga yang sedikit terbelakang cara berpikirnya itu memutuskan untuk ikut meski ia tidak punya uang untuk dibelanjakan. Ketika menjelang malam, rombongan berusaha untuk sampai ke sebuah pondok yang biasanya digunakan sebagai tempat di mana mereka menginap. Sampai di pondok itu, mereka tinggal untuk menginap.
Ketika mereka membersihkan tempat itu, mereka menemukan sesosok mayat yang setelah diperiksa adalah orang yang mereka kenal sebagai orang yang dililit hutang karena beratnya beban kehidupan yang dialaminya, seorang teman. Mereka semua merasa tidak bisa mengurus orang itu dan melihat keadaan itu, maka Tomaro meringankan hatinya untuk membawa mayat itu pulang ke kampung dan mengurus mayat itu. Ia mengurus mayat itu sampai dikuburkan dikuburkan dengan layak. Hal ini berarti bahwa ia harus menyembelih babi sebelum mayat itu dikuburkan; kebetulan keluarga itu memelihara seekor babi dan meskipin isterinya keberatan jika babi itu disembelih, tetapi ia meyakinkan isterinya bahwa kebaikan akan diterima oleh orang yang tulus melakukan kebaikan kepada sesamanya.
Setelah ia mengurus jenazah itu, keadaan semakin sulit dan orang-orang harus bepergian lagi ke kota untuk mencari bahan makanan. Seperti biasanya, Tomaro, meski tidak memiliki uang mengikuti penduduk yang pergi ke kota untuk mengadu nasib siapa tahu ada rezeki yang bisa diperoleh untuk menyambung hidup keluarganya.
Setelah sampai di kota, ia pergi mencari pekerjaan yang bisa mendatangkan uang agar ia bisa membeli bahan makanan untuk keluarganya. Ia menawarkan diri menjadi kuli pengangkat barang tetapi tidak ada yang memberinya pekerjaan. Rupanya hari itu ia tidak berhasil memperoleh pekerjaan apa pun sampai pada menjelang sore. Ia lalu pergi ke pinggiran kota dan beristirahat di sebuah pondok yang ada di tempat itu. Ia berpikir bahwa keluarganya akan sangat kecewa jika ia sampai ke kampung tanpa membawa sesuatu apa pun.
Sebelum ia tidur, datanglah seorang bapak mendapatkannya di pondok itu dan bertanya kalau Tomaro bisa membantunya membawa barang-barangnya yang akan dipikulnya dan setengah dari barang yang dipikulnya itu menjadi bagiannya. Tomaro bersedia sebab ia memang hanya mengandalkan penjualan jaza tenaga untuk kebutuhan rumah tangganya. Lalu orang itu pergi dan kembali lagi dengan sepikul beban yang akan dibawa oleh Tomaro.
Kemudian dia pergi hendak pergi lagi. Tomaro bertanya: "Hendak kemanakah Bapak akan pergi?" "Barang yang sudah ada, itu untuk barang bawaannu. Sekarang aku akan pergi untuk mengadakan barang-barang yang akan menjadi bawaan saya" jawab bapak itu. Bapak itu pergi lagi dan kembali dengan barang bawaan yang banyak.
Keseesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka meninggalkan kota menempuh perjalanan kembali ke kampung. Sampai di kampung halaman hari sudah menjelang malam. Mereka singgah di rumah Tomaro. Setelah makan, bapak itu pamit untuk melanjutkan perjalanan. Mengenai barang bawaan mereka, bapak itu berkata: "baik barang yang kau bawa maupun barang yang saya bawa semuanya adalah untukmu." Tomaro merasa heran dan ia berkata: "Dengan barang yang atasnya saya berhak menerimanya sesuai perjanjian kita saja, itu sudah cukup besar nilainya daripada pekerjaan yang saya lakukan. Masakan seluruh barang itu untuk saya; lagi pula jika semua barang ini tinggal di sini, bagaimanakan dengan keluargamu -- apa yang akan mereka makan?"
Bapak itu menjawab dengan tenang: "Cobalah perhaikan saya dengan baik, apakah kau tidak mengenali aku, temanmu ini?" Tomaro menatapnya dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh orang yang mengaku temannya itu. Setelah lama memperhatikan orang itu, barulah ia sadar bahwa orang itu adalah teman yang telah ia kuburkan beberapa waktu lalu. Sesaat setelah Tomaro menyadari bahwa orang itu benar adalah temannya, temannya itu pun menghilang dan ia bersama keluarganya diselamatkan dari bencana kelaparan.
Dikisahkan Oleh Pdt. D. Ake, S.Th. -- 31/10/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar