Total Tayangan Halaman

Tenang dekat Allah

Mazmur 62:1-13
Perasaan tenang dekat Allah


 62:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Daud. 62:2 Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. 62:3 Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. 62:4 Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang, hendak meremukkan dia, hai kamu sekalian, seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tembok yang hendak roboh? 62:5 Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia dari kedudukannya yang tinggi; mereka suka kepada dusta; dengan mulutnya mereka memberkati, tetapi dalam hatinya mereka mengutuki. S e l a 62:6 Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. 62:7 Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. 62:8 Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah. 62:9 Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. S e l a 62:10 Hanya angin saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia. Pada neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin. 62:11 Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya. 62:12 Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, 62:13 dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Tenang dekat Allah

Mazmur 62:1-13

Jika berbicara tentang ketenangan, berarti kita berbicara tentang jiwa manusia sebab yang merasakan ketenangan adalah bagian terdalam pada manusia yaitu jiwa. Jiwa adalah bagian yang menentukan manusia itu secara ke dalam dan secara keluar; dan jiwa itulah yang menghubungkan manusia dengan segala sesuatu. Jika seseorang mengalami sesuatu dan 'menjiwainya' maka pengalaman itu akan dirasakannya sebagai yang berkesan, entahkah itu peristiwa dukacita ataukah peristiwa sukacita.

Dengan jiwa kita menanggapi segala sesuatu dan itulah penyebabnya setiap orang berbeda sikapnya dalam suatu hal yang sama. Ketika ada orang yang sedang menyampaikan firman Tuhan, maka ada yang merasa tersinggung, ada yang merasa marah, ada yang merasa senang, ada yang merasa sedih, ada yang merasa bingung, dan ada yang tidak merasakan apapun. Semua itu tergantung pada bagaimana jiwa orang-orang yang ada dalam acara pemberitaan firman Tuhan saat itu.

Demikianlah jiwa menjadi penetu sikap orang terhadap segala kejadian di dunia ini. Ada orang yang keadaan ekonominya baik (keuangannya di atas rata-rata) tetapi ia tidak pernah tenang, selalu panik jika ada kebutuhan. Sebaliknya ada orang yang diliputi oleh banyak pergumulan kehidupan karena kebutuhan kehidupan, tetapi ia baik-baik saja.

Pembacaan kita mengatakan bahwa hanya dekat Allah saja aku tenang. 'Hanya', berarti bahwa tidak ada hal lain yang membuat kita tenang, selain Allah saja. Ada orang yang berpikir bahwa ketenangan adalah ketika kita memiliki banyak materi, lihatlah misalnya contoh yang dikemukakan Yesus dalam Lukas 12:13-21 di mana orang kaya berkata: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (ayat 19). Tetap justru banyak orang yang tidak bahagia dalam hidupnya karena mereka berebut, bertengkar, saling membenci karena harta. harta memang mungkin bisa memberi ketenangan tetapi jika hanya itu yang diandalkan, maka kelirulah manusia sebab harta bisa membawa kita pada kepanikan juga. Ketenangan karena harta benda bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Ayat 11 dalam pembacaan kita mengingatkan supaya hati kita jangan melekat pada harta yang makin bertambah.

Pertanyaannya adalah, 'bagaimana sehingga dekat Allah itu membuat tenang'?
Pertama, Allah adalah gunung batu. Gunung batu adalah gambaran pertahanan yang baik dari bahaya serangan musuh. Di dalam Tuhan, kita akan dilindungi dari bahaya kehidupan dan itu adalah sebuah ketenangan.
Kedua, Allah adalah pengharapan. Manusia menjadi tidak tenang jika ia berpikir bahwa masa depannya tidak akan baik; di dalam Tuhan kita menjadi tenang karena kita tahu melalu 'pengharapan' bahwa Allah menyediakan yang terbaik untuk masa depan.
Ketiga, Manusia juga menjadi tidak tenang karena keadaan emosinya. Jika segalanya baik adanya, maka orang pasti tenang tapi kalau lagi marah, tentulah bahwa orang tidak tenang. Tetapi orang yang dekat dengan Tuhan akan tetap tenang yaitu dengan mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan melalui doa; hanya saja sering terjadi bahwa ketika ada yang menyinggung perasaan, kita tidak dekat dengan Allah dalam doa tetapi melontarkan kata-kata yang keras dan tidak sopan yang justru membuat kita jauh dari Allah sehingga masalah semakin besar. Sekali lagi, jika Saudara marah, maka hal pertama yang harus saudara lakukan adalah berdoa dan saudara akan jadi tenang untuk menyelesaikan persoalan yang karenanya Saudara jadi marah.
Kelima (?!?), Orang mungkin merasa tenang jika ada orang 'besar' menjadi sandaran hidupnya; tetapi jika orang itu adalah orang yang tidak takut pada Tuhan, maka ia sebenarnya bersandar pada angin yang tidak dapat memberikan apa-apa; artinya bahwa jika anda ingin bersandar pada manusia, maka bersandarlah pada mereka yang takut akan Tuhan sebab merekalah orang-orang besar meski kecil menurut ukuran dunia.

Terakhir...! Manusia akan merasa tenang jika ia dapat mengatasi kehidupan dan Allah yang penuh dengan kasih setia itu memberi kita kuasa untuk melakukannya. Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar, yaitu: 1). Allah penuh kasih setia dan 2). Allah memberi kuasa.

Paling terakhir...! Ingatlah selalu bahwa Allah membalas setiap orang menurut perbuatannya; di dunia ini selama kita hidup dan juga ketika kita di dunia setelah kehidupan ini berakhir.

Terakhir sekali....! A .... min.

Tuhan memberkati

Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENERUSKAN KEBAIKAN

Kamis, 14 Nopember 2024 Renungan Pagi Amsal 3:27 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau ma...