Total Tayangan Halaman

Ditappe Kaso Dalle Disandak Bua Matasak

Ditappe Kaso Dalle Disandak Bua Matasak

(Pdt. Bangaran Pasamboan, S.Th.)

Sebagai seorang pelayan Tuhan, adalah kewajiban saya untuk mengajak orang yang belum mengenal Yesus Kristus agar mereka menerima-Nya menjadi Tuhan dan Juruselamat. Sebuah tugas yang mudah sebab hanya disampaikan dengan kata-kata tetapi juga sulit sebab harus memberi jawab yang dapat dipertanggungjawabkan tentang seluruh kehidupan gereja pada umumnya. Kalimat yang disebutkan dalam judul tulisan ini adalah jawaban dari seorang yang belum mengenal Kristus ketika saya mengajaknya untuk bersama-sama menyembah Yesus Kristus bersama dengan umat yang telah beragama Kristen.
Di daerah tempat saya melayani sebagian besar warganya telah beragama Kristen dan hanya sangat sedikit yang masih berkeyakinan kepada Tuhan dengan memeluk aluk todolo. Secara arti kata aluk artinya agama dan todolo artinya leluhur, jadi aluk todolo diterjemahkan agama leluhur; agama yang dimiliki oleh leluhur dan tetap dipegang oleh keturunannya sampai masa kini. Sejak kapan istilah itu digunakan dan sudah berapa generasi agama ini dikenal oleh todolo? Tidak ada kepastian mengenai hal ini. Menurut banyak orang, aluk todolo adalah aluk sanda pitu (7777). Pelaksanaan aluk ini terkait dengan kasta orang; semakin tinggi kastanya, maka semakin tinggi aluk yang mengikatnya. Mengenai hal ini pun saya tidak punya pengetahuan yang cukup.

Beralih ke topik pembicaraan dengan orang yang diajak untuk menyembah Kristus; dijawabnya bahwa terkait dengan aluk, maka dia dipesankan oleh ayahnya yang adalah pemuka agama (sederajat imam/pendeta -?-) dalam masyarakat yang masih umumnya menganut aluk todolo pada zaman dulu kala: ia aluk ia, tae' mala ditappe kaso dalle aka pemali; dau sandak bua matasakki dana munapapusa ~ Agama tidak bisa ditinggalkan ibarat tongkol jagung, pantanglah hal itu; jangan seperti mencoba buah matang sebab itu bisa membuatmu tersesat. Saya yang tidak memahami istilah ini bertanya tentang artinya dan dia menjelaskan bahwa ditappe kaso dalle artinya bahwa sesuatu jangan ditinggalkan sebagai sisa yang tidak berguna dan satu tantangan yang ditakutkannya adalah bahwa jangan sampai ketika dia menjadi Kristen, maka nilai-nilai yang baik yang ada dalam aluk todolo harus dia tinggalkan. Arti yang lebih mendalam, menurutnya, adalah bahwa harus diselesaikan segala yang menjadi beban (mungkin lebih baik: tanggung jawab) sebelum sesuatu ditinggalkan supaya itu tetap menjadi terhormat dan tetap ada jalan kembali jika seandainya suatu saat kita hendak kembali sebab tempat yang dituju ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dau sandak bua matasakki artinya bahwa mengikuti sesuatu itu jangan hanya karena enaknya saja tetapi harus bersedia untuk menerima resiko 'yang tidak enak' sekali pun.
Pesan inilah yang membuatnya tidak (semoga saja: belum) bersedia untuk memeluk agama Kristen saat ini, meski menurutnya bahwa sebenarnya ia sudah tidak akan terhitung orang yang memberlakukan aluk todolo sebagai yang ditappe kaso dalle seandainya ia masuk agama Kristen.

Pertanyaannya sekarang ialah, 'mungkinkah persoalannya adalah dau sandak bua matasakki?'. Ia belum merasa yakin tentang alasan untuk turut serta memeluk agama Kristen. Menurutnya, memeluk agama Kristen tidak cukup hanya dengan alasan bahwa memang hanya tinggal sedikit orang yang sekeyakinan dengan dia dan tidak ada lagi yang bisa membantunya untuk melakukan kewajiban agamanya jika ada acara yang berlaku dalam kehidupannya sementara dalam agama Kristen mudah untuk menghubungi pendeta jika ada acara keluarga seperti pernikahan atau kegiatan lainnya.
Memeluk agama bukanlah untuk tujuan mempermudah hidup semata-mata tetapi untuk lebih memperdalam maknanya. Hidup pasti selalu menderita sebab manusia tidak mengetahui arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Dalam situasi yang seharusnya disebut bahagia pun sering manusia merasa menderita. Manusia adalah makhluk yang seharusnya mampu menemukan makna dalam setiap keadaan yang dialaminya dan berbahagia dalam susah dan senangnya perputaran roda kehidupan.
 Dan sampai di sini pun kita tetap harus bertanya: apa sebabnya Kristen tidak menang?

Pertanyaan yang mungkin akan membawa kita untuk mengambil pernyataan adalah: 'bagaimana dengan keadaan dalam kehidupan orang Kristen?' Manusia, pribadi dan setiap kelompok hidup yang dibentuk olehnya hendaknya mengupayakan agar memiliki daya tarik yang indah .... Orang yang dibahas dalam tulisan ini, menyatakan bahwa sebenarnya di dalam jiwanya ia telah Kristen dan memang nampak bahwa ia sangat menghargai nilai-nilai masyarakat yang juga dicintai oleh kekristenan. Pribadi yang bersangkutan bahkan terlibat dalam kegiatan orang Kristen untuk membangun gedung gereja dan dia mengatakan bahwa adalah niatnya untuk masuk Kristen tetapi saatnyalah yang belum tepat sekarang. Pertanyaan mengapa orang tidak tertarik untuk masuk Kristen atau mempertimbangkan keputusannya itu memeluk agama Kristen sepertinya semakin membuat kita (baca: pemeluk agama Kristen) harus belajar mengenal dan memperbaiki diri.

Kadang terjadi bahwa orang Kristen sendirilah yang melakukan tindakan keyakinannya ditappe kaso dalle untuk hal-hal yang tidak penting; tidak ke gereja pada hari Minggu karena mengurus ternak (biasanya kerbau dan babi), merasa capek untuk ke gereja sekali seminggu tapi tidak merasa capek untuk melakukan kegiatan lain yang secara tenaga membutuhkan tenaga yang lebih besar setiap hari, tidak punya waktu untuk menghadiri pertemuan ibadah di gereja dan kumpulan-kumpulan tetapi selalu bersedia untuk berkumpul minum ballo' (tuak - air sadapan dari pohon enau/aren), dll., pendeknya agama dinomorduakan bahkan disepelekan.
Kekristenan juga sering disandak bua matasak oleh orang Kristen, hanya mencari enaknya saja dari seluruh proses bergereja; mencari gereja hanya kalau perlu pelayanan tetapi tidak mau memenuhi kewajibannya sebagai gereja yang biasa disebut tri panggilan gereja, yaitu bersekutu (Yunani = koinonia), bersaksi (Yun = marturia), dan melayani (Yun = diakonia). Bahkan orang Kristen yang melakukan tugas itu pun kadang-kadang tidak menyertai tindakannya dengan kesungguhan, baik dari sisi semangat maupun maknanya; ketika pulang gereja tidak lagi mengingat apa yang dikhotbahkan di gereja dan tidak mengetahui dengan siapa dia duduk di bangku gereja selama beribadah ~ tidak bersekutu dengan sungguh-sungguh dan tidak memperhatikan apa yang harus disaksikannya sebagai orang percaya.

Daya tarik gereja bukanlah karena ia mayoritas (di beberapa daerah) tetapi pada semangat kekristenan yang sungguh-sungguh dari setiap warganya. Selama orang Kristen masih melakukan tindakan keyakinan ditappe kaso dalle dan disandak bua matasak, maka selama itu juga orang tidak akan melihat kekristenan sebagai sesuatu yang meyakinkan untuk dijadikan sebagai tujuan hidup yang dapat menggantikan keyakinan yang pengikutnya memang tidak seberapa lagi. Orang lain tidak bersedia masuk agama Kristen hanya untuk mencari enaknya saja tetapi orang Kristen sendiri yang cari enak dalam kehidupan beragamanya. Orang lain, meskipun jumlah mereka sedikit, tidak mau meninggalkan keyakinannya begitu saja tetapi orang Kristen melalaikan tanggung jawab keyakinannya dan meminta orang lain untuk bergabung dengannya. Undangan yang tidak akan pernah dipenuhi oleh orang-orang yang diundang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENERUSKAN KEBAIKAN

Kamis, 14 Nopember 2024 Renungan Pagi Amsal 3:27 Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau ma...